Catatan Khotbah: “The Year of the Lord.” Ditulis ulang dari sharing khotbah Pdt. Yose Ferlianto, di Ibadah Minggu pada Tgl. 23 Desember 2024.
Pada masa akhir pergantian tahun, biasanya kita melakukan kegiatan berdoa dan juga mengambil waktu refleksi untuk merenungkan tentang apa saja yang sudah Tuhan dan diri kita kerjakan di tahun ini, serta berdoa dan meminta hikmat serta tuntunan dari Tuhan atas apa yang nantinya kita perbuat untuk tahun selanjutnya.
Ada seorang jemaat yang bercerita pada Pdt. Yose bahwa di tahun 2024 ini banyak orang mengalami keadaan sepi dan menurun di pekerjaannya, dan hal ini hampir memukul di segala aspek.
Situasi dan kondisi yang telah dialami jemaat tersebut mengingatkan kita pada sebuah kejadian di mana Tuhan juga pernah berdiam diri selama periode “400 tahun keheningan”. Di masa-masa itu tidak ada lagi nabi yang perkataannya diakui sebagai firman dari Tuhan dan ditulis di dalam Kitab Suci, di mana hal ini terjadi di antara zaman nabi Maleakhi (awal 400-an SM) sampai munculnya Yohanes Pembaptis (akhir tahun 20-an M).
Di masa keheningan sudah tidak ada lagi mukjizat dan pekerjaan yang Allah perbuat, terjadi keadaan monoton dan penuh kebosanan. Ketika umat menaikkan permohonan doa, Tuhan sepertinya sudah tidak mau dan tidak bisa menjawab lagi. Padahal di masa sebelumnya selalu ada nabi yang diutus Tuhan untuk menyampaikan pesan-Nya, dan berbicara pada umat-Nya.
Kisah Imam Zakharia dan Elisabet.
Ayat Bacaan: Lukas 1:5-17.
Di penghujung masa sunyi 400 tahun, diceritakan pada kita ada kisah Zakharia dan Elisabet yang mengakhiri kesunyian. Di ayat 16-17 yang disampaikan Gabriel, merupakan nubuatan yang pernah disampaikan di kitab Maleakhi (4:5-6).
Saat keadaan hening berlangsung sangat lama, dan sudah tidak terdengar lagi suara Tuhan disampaikan melalui para nabi-Nya.. Gabriel datang untuk menyampaikan pesan-Nya pada Zakharia. Selama 400 tahun masa keheningan tidak pernah terjadi kondisi seperti ini. Zakharia selama ini telah mendengar cerita Allah yang berbicara pada umat-Nya, yang disampaikan melalui para nabi-Nya.
Dan Gabriel hadir untuk menyampaikan janji Tuhan pada Zakharia dan Elisabet, yakni seorang anak, yang selama ini telah menjadi beban pergumulan di sepanjang usia pernikahan mereka. Pada masa itu ada semacam sanksi sosial menurut tradisi, bahwa keadaan mereka yang belum dikaruniai seorang anak bisa jadi mereka sedang dihukum Tuhan. Padahal Zakharia dan Elisabet ini bukan dari golongan rakyat jelata, tetapi dari golongan imam yang menjadi kasta tertinggi pada saat itu di hidup bangsa Israel.
Banyak orang mencibir seharusnya mereka menjadi perwakilan Tuhan, dan hidup mereka seharusnya berjalan dengan baik dan dikaruniai anak.
Sikap apa yang harus kita miliki, untuk memasuki tahun yang baru?
Pertama. Tetap Setia di tengah Rutinitas.
“Pada suatu kali, waktu tiba giliran rombongannya, Zakharia melakukan tugas keimaman di hadapan Tuhan. Sebab ketika diundi, sebagaimana lazimnya, untuk menentukan imam yang bertugas, dialah yang ditunjuk untuk masuk ke dalam Bait Suci dan membakar ukupan di situ.” (Lukas 1:8-9).
Pada masa itu, seluruh imam yang tercatat dan bisa bertugas jumlahnya diperkirakan sekitar 17-20 ribu orang. Untuk dapat bertugas di Bait Suci, mereka harus membuang undi dan siapa yang mendapat undian, dirinya baru bisa melayani Tuhan.
Kata Zakharia kepada malaikat itu: “Bagaimanakah aku tahu, bahwa hal ini akan terjadi? Sebab aku sudah tua dan isteriku sudah lanjut umurnya.” (ayat 18).
Dari ayat di atas bisa jadi selama ini Zakharia sudah menunggu kurang lebih sekitar kurun waktu 40-50 tahun dengan tetap setia melayani Tuhan, di dalam berbagai rutinitasnya. Hal ini dengan setia dilakukannya, sampai dirinya mendapat undian dan bisa melayani Tuhan, bertemu langsung dengan-Nya di dalam ruang kudus.
Di dalam kurun waktu 40-50 tahun, Zakharia belajar dengan setia melakukan apa yang menjadi tugas kesehariannya secara rutin, meskipun keadaan yang dihadapinya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan yakni, mendapat seorang anak. Zakharia dan Elisabet istrinya selama ini telah sering mendengar apa yang sudah Allah kerjakan di masa lalu, tetapi dalam masa hening, mereka tidak mengalami penggenapan janji Allah di hidupnya.
Secara manusia kita bisa menjadi lelah dan hilang harapan, dan mungkin saja keadaan ini sering dilalui Zakharia dan istrinya. Mereka berdua selama ini telah setia di dalam melakukan rutinitas bagiannya, tetapi tidak pernah mendengar suara Allah berbicara bagi dan melalui hidup mereka. Selain itu, pergumulan keduanya adalah mereka berdua dari golongan imam, tetapi mereka masih belum dikaruniai Tuhan seorang anak.
Mungkin saja selama ini keduanya sering mendengar perkataan sesama yang jauh lebih menyakitkan, dari beratnya beban pergumulan yang mereka berdua sedang hadapi. Tetapi Zakharia tetap setia menjalankan tugas kesehariannya sebagai seorang imam, meski kondisi yang dihadapinya tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya selama ini.
Banyak orang memberikan prediksinya bahwa tahun 2025 akan berjalan monoton, dan tidak sesuai dengan harapan yang kita miliki.. tetapi marilah tetap setia menyelesaikan apa yang sudah dipercayakan Tuhan di dalam hidup kita.
Ketika Zakharia tidak mendapat apresiasi dan orang-orang di sekitarnya tidak ada yang menghargai apa yang selama ini dikerjakannya.. Zakharia tetap setia menyelesaikan tugas dan bagiannya. Justru di tengah hal yang seperti itu, Tuhan sering kali memberi kita kejutan-Nya, yang tidak pernah kita duga sebelumnya.
Teruslah setia di dalam melayani-Nya, dan menyelesaikan apa yang sudah Tuhan percayakan di dalam hidup kita masing-masing.
Kedua. Tetap Percaya pada Janji Tuhan.
“Maka tampaklah kepada Zakharia seorang malaikat Tuhan berdiri di sebelah kanan mezbah pembakaran ukupan. Melihat hal itu ia terkejut dan menjadi takut. Tetapi malaikat itu berkata kepadanya: “Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes.” (Lukas 1:11-13).
Ini adalah peristiwa supranatural yang terjadi pertama kalinya sejak masa keheningan selama 400 tahun. Ketika Tuhan memberikan janji-janjiNya, Dia selalu memulainya dengan perkataan,
“Jangan takut..”
Hal ini dapat kita baca pada saat Gabriel menyampaikan pesan Tuhan pada Zakharia (Lukas 1:13), pada Maria (ayat 30), pada para gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam (2:8-10), dan juga di banyak ayat firman Tuhan yang tertulis di dalam Alkitab.
Kata “Jangan Takut” memiliki arti pada saat janji tersebut diberikan, maka Tuhan itu berkuasa dan sanggup untuk menggenapi semua janji-Nya.
Karena itu, hal apa saja yang menjadi ketakutan kita dalam menghadapi tahun 2025? Daripada kita menghabiskan waktu di dalam kekuatiran, marilah kita membawanya di dalam doa, sebab kita percaya ada Allah yang mendengar setiap permohonan doa. Dia tidak pernah lalai dalam menggenapi semua janji-janjiNya.
“Lalu katanya kepadaku: “Janganlah takut, Daniel, sebab telah didengarkan perkataanmu sejak hari pertama engkau berniat untuk mendapat pengertian dan untuk merendahkan dirimu di hadapan Allahmu, dan aku datang oleh karena perkataanmu itu.” (Daniel 10:12).
Di ayat di atas dikatakan pada kita bahwa di hari pertama, Tuhan itu sudah mendengar permohonan doa dari Daniel. Hal ini mengajar bahwa kita sedang berdoa dan berharap bukan pada allah yang mati, yang tidak bisa mendengar setiap permohonan doa. Tetapi kita berdoa dan berharap pada Allah yang hidup dan berkuasa, yang sanggup untuk menjawab setiap permohonan doa kita sesuai dengan waktu dan kehendak-Nya yang terbaik.
Tuhan Bekerja dengan Cara-Nya.
Nama Zakharia sendiri memiliki arti bahwa Tuhan mengingat / God remembers. Ketika janji Tuhan dinyatakan pada Zakharia, hal ini mengingatkan kembali bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan umat-Nya. Tuhan memilih Zakharia sebagai pernyataan profetis pada umat Israel bahwa “Tuhan Mengingat” dan Dia tidak melupakan semua doa dan keluhan yang dipanjatkan selama ini.
Zakharia mungkin saja berpikir bahwa dalam masa keheningan, Tuhan sudah tidak mengingat dan mendengar lagi setiap permohonan doa yang dinaikkan. Padahal sejak hari pertama, Tuhan itu mengingat dan Dia mengabulkan sesuai dengan waktu dan kehendak-Nya yang terbaik. Ketika Gabriel menyampaikan pesan Tuhan, Zakharia kembali diingatkan apa arti namanya.
Mengapa kita harus setia dan percaya pada setiap janji dari Tuhan?
Karena pada suatu hari kelak, kita akan mendapat jawaban dari-Nya. Tetapi satu hal yang kita tidak boleh lupakan adalah Tuhan bekerja dengan waktu dan cara-Nya, bukan dengan waktu dan cara kita.
Lalu kata Zakharia kepada malaikat itu: “Bagaimanakah aku tahu, bahwa hal ini akan terjadi? Sebab aku sudah tua dan isteriku sudah lanjut umurnya.” (Lukas 1:18).
Zakharia mengajukan pertanyaan di atas karena semua pengharapannya sudah menipis. Bisa jadi selama ini Zakharia dan Elisabet sudah berulang kali berdoa untuk meminta seorang anak, tetapi Tuhan tidak kunjung menjawab berbagai permohonan doanya, sampai usianya menjadi tua. Bahkan ketika mendapat undian, bisa jadi Zakharia melakukan dengan setengah hati, karena merasa permohonan doanya tidak dijawab Tuhan.
Tetapi pada saat Zakharia mendapatkan janji Tuhan melalui Gabriel, Zakharia disadarkan bahwa Tuhan itu bekerja dengan cara-Nya tersendiri. Zakharia dan Elisabet berdoa untuk mendapatkan seorang anak, tetapi Tuhan malah menjawab permohonan doa melampaui ekspektasi / harapannya, di mana anaknya kelak akan mengemban sebuah tanggung jawab yang luar biasa, yakni sebagai pembuka jalan bagi kedatangan Mesias.
“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.” (Pengkhotbah 3:11).
Bisa jadi Zakharia selama ini berpikir kapan jawaban doanya dikabulkan Tuhan, dan bagaimana caranya? Tetapi hanya Tuhan sendiri yang mengetahui kapan waktu dan bagaimana cara-Nya Dia akan menjawab, karena bagaimanapun juga Dia memiliki rencana yang terbaik, jauh lebih baik dari segala rencana terbaik kita. Sama seperti di ayat di atas yang dikatakan pada kita bahwa,
“Ia (Tuhan) membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka.”
Manusia selama ini hanya bisa mengira dan mencoba memprediksi masa depan dengan hikmatnya yang terbatas. Banyak buku yang ditulis selama ini berusaha memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan, sampai pandemi COVID-19 datang dan mengubah arah dunia. Semua berubah dengan cepat, segala ramalan dan prediksi orang berhikmat dipatahkan. Memang benar apa yang selanjutnya ditulis di dalam Pengkhotbah,
“Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.”
Sifat dari masa depan tidak ada yang bisa diramal, tetapi hanya satu yang pasti bahwa Tuhan itu pasti, Dia setia dan mengasihi setiap kita. Itulah sebabnya sikap kita adalah tetap setia dan tetap percaya pada-Nya, jangan mau digoyahkan oleh apa pun juga.
Tuhan (terus) Bekerja dalam Keheningan.
Masa “400 tahun keheningan” adalah masa di mana Allah terus bekerja secara aktif di dalam sejarah dan peradaban manusia, untuk mempersiapkan kedatangan Kristus ke dalam dunia.
“Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak.” (Galatia 4:4-5).
Kata “setelah genap waktunya” memiliki arti bahwa yang terjadi memang berjalan sesuai dengan waktu-Nya Tuhan. Kalau memang belum waktu-Nya, maka tidak akan terjadi apa-apa.
Saat memahami peritstiwa Natal, bukan hanya sekadar kita merayakan tradisi agama dan berbagai kemeriahan holiday season sehingga kita sudah kehilangan apa makna Natal yang sesungguhnya. Tetapi selama masa 400 tahun masa hening, Surga sangat sibuk dalam mempersiapkan momen Natal ini yakni, momen kelahiran Tuhan Yesus.
Apa yang terjadi selama masa 400 tahun keheningan tersebut?
Masa ini bermula dari akhir kitab Maleakhi (420 SM) sampai pada kisah di mana Gabriel datang dan memberi janji Tuhan pada Zakharia, di mana dirinya kembali diingatkan arti namanya, “Tuhan Mengingat” dan setelah itu Yohanes Pembaptis dan Tuhan Yesus lahir ke dalam dunia.
Kekuasaan Persia (539 – 331 SM).
Orang Yahudi dibebaskan dan diperbolehkan kembali membangun Bait Suci di Yerusalem. Ketika tempat ibadah ini kembali dibangun, tempat ini menjadi pusat pendidikan dan pengajaran firman Tuhan. Umat Israel diingatkan kembali bahwa mereka adalah bagian dari rencana Tuhan yang besar, mereka adalah bangsa pilihan Allah yang selama ini dikira sudah musnah. Jati diri mereka sebagai sebuah bangsa dipulihkan.
Kekuasaan Yunani (331 – 167 SM).
Ketika bangsa Yunani masuk, bahasa Yunani menjadi bahasa yang universal. Kebanyakan kitab yang pada mulanya berbahasa Ibrani dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani (Septuaginta). Orang Yahudi yang selama ini tersebar di berbagai penjuru dunia / diaspora, dan selama ini sudah lupa akan bahasa Ibrani, mereka dapat membaca dan diingatkan kembali akan janji Allah dan juga nubuatan tentang Mesias.
Pemberontakan Makabe (167 – 63 SM).
Pemberontakan ini dilakukan oleh keluarga Makabe, yang merupakan keluarga imam. Konsep Monoteisme / satu Tuhan dipulihkan, dan bangkitnya harapan baru akan Mesias.
Kekaisaran Romawi (63 SM – 135 M).
Dari sumber Wikipedia mencatat, “Pax Romana” di dalam bahasa Latin memiliki arti “Kedamaian Romawi”, merupakan periode sekitar dua abad dalam sejarah Kekaisaran Romawi yang ditandai dengan stabilitas relatif dan ketertiban.
Selama periode ini, kekaisaran mengalami perkembangan ekonomi, sosial, dan budaya yang pesat dengan sedikit gangguan perang atau pemberontakan besar di wilayahnya yang luas. Kekaisaran juga membuat sistem yang lebih baik, pembangunan dapat berjalan, sistem hukum, transportasi, pendidikan.. semuanya dibuat menjadi baik. Bahkan Yerusalem berubah menjadi kondusif untuk berita Injil dapat diberitakan.
Setelah semuanya berjalan dengan baik dan tepat, Yohanes Pembaptis lahir untuk membuka jalan bagi Sang Mesias, yakni Tuhan Yesus.
“God is still at work when the silence seems deafening and the darkness seems impenetrable.” (Alistair Begg).
Allah tetap bekerja bahkan ketika keheningan terasa menggelegar dan kegelapan tampak tak tertembus.
Tuhan yang Terlibat dalam Sejarah.
Di Perjanjian Lama (Old Testament), untuk penulisan waktu ditulis Before Christ (BC) / Sebelum Kristus lahir, dan di dalam bahasa Indonesianya menggunakan kata Sebelum Masehi (SM).
Tetapi ketika masuk di dalam Perjanjian Baru (New Testament), untuk penulisan waktunya ditulis Anno Domini (AD) / di dalam tahun Tuhan / in the year of the Lord, dan di dalam bahasa Indonesianya menggunakan kata Masehi (M).
Kelahiran Kristus bukan hanya mengubah istilah rentang waktu yang dipakai, mengubah peradaban dunia, dan juga jalannya sejarah.. tetapi juga menyelamatkan hidup kita melalui penebusan karya salib-Nya. Ini adalah tahunnya Tuhan, dan hal ini memiliki arti bahwa jalannya hidup kita sudah diatur dan ditentukan Tuhan.
Kalender yang kita pakai selama ini juga meninggalkan jejak sejarah, yakni keberadaan Kristus. Hal ini berarti kehidupan kita, kalender yang kita pakai.. masa hidup kita ada di dalam agenda-Nya Tuhan. Karena itu selaraskan hidup kita selalu di setiap harinya, dengan apa yang menjadi rencana dan kehendak Tuhan, sesuai dengan apa yang tertulis di dalam firman-Nya / Alkitab.
Melalui apa yang sudah kita pelajari di atas, kita dapat belajar bahwa Allah kita selalu terlibat dalam sejarah perjalanan hidup umat manusia.
Banyak dari antara kita mungkin menjadi pesimis pada hari-hari ini, kita merasa menjalani hidup ini dengan hikmat dan kekuatan kita sendiri, dan tidak ada kepastian akan masa depan. Tetapi sejarah membuktikan bahwa Allah selalu campur tangan dan mengarahkan jalannya sejarah. Semuanya berada di dalam tahunnya Tuhan, termasuk bangsa Indonesia berada di dalam genggaman Tuhan.
Di dalam keheningan, Tuhan terus bekerja. Bagian kita adalah tetap setia, tetap percaya, dan tetap menyelesaikan apa yang sudah dipercayakan Tuhan di dalam hidup kita dengan baik dan setia.
Hidup kita berjalan tidak hanya di titik “Lahir di Bumi” dan setelah itu “Kematian” / Rest in Peace / Meninggal dunia saja, tetapi waktu yang berada di antara 2 titik, apakah kita dapat berbuat sesuatu?
Ketika lahir di bumi, kita dilahirkan dari dosa dan kehilangan makna hidup.
Ketika mengalami Kelahiran Baru, hidup kita sudah ditebus dari dosa dan maut oleh pengorbanan Tuhan Yesus di atas kayu salib dan kebangkitan-Nya dari kematian. Kita bertumbuh dan berbuah bagi Kristus. Kita mau dimuridkan dan memuridkan orang lain. Kita mau diproses dan bertumbuh agar mengalami keserupaan seperti Kristus.
Ketika kita sebagai orang percaya menutup mata untuk selama-lamanya di dalam dunia yang fana ini, ada kehidupan kekal yang menanti dan kita akan memerintah bersama Kristus.
Bisa jadi situasi dan kondisi yang ada selama ini tidak pernah berpihak pada kita, tetapi kita dapat belajar dari sikap Zakharia. Dirinya memutuskan untuk tetap setia dan mau percaya pada Tuhan. Zakharia tidak putus harapan, tetap setia, dan mau menimbulkan kembali harapan.
Allah Imanuel selalu menyertai hidup kita, Dia turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah (Roma 8:28).
Bangkitkan terus iman kita untuk tetap percaya kepada-Nya. Di setiap tahun yang akan kita hadapi di depan.. kita memutuskan untuk tetap percaya bahwa kita berada di dalam tahunnya Tuhan. Dia tetap memegang kendali penuh hidup kita.
Tetaplah setia dan percaya kepada Tuhan. Apa pun yang terjadi di kondisi sekitar, semuanya itu tidak akan pernah menentukan bagaimana jalannya kehidupan kita kelak. Tuhan yang memegang masa depan dan memelihara hidup kita.
Amin. Tuhan Yesus memberkati..
Comentarios