top of page

Yose Ferlianto - "Burnout" (Satu Saja Yang Perlu)

Catatan Khotbah: "Burnout" (Satu Saja Yang Perlu). Ditulis dari sharing khotbah Bp. Pdt. Yose Ferlianto di Ibadah Minggu MDC Putat, pada Tgl. 5 November 2023..


“Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku." Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."” (Lukas 10:38-42).


Kita sudah sering membaca kisah ini, dan tak sedikit dari antara kita yang mungkin memandang agak “ke arah negatif” mengenai sikap dari Marta yang begitu sibuk melayani. Sebaliknya, kita memandang “ke arah positif” mengenai sikap dan keputusan yang diambil Maria untuk duduk di dekat kaki Tuhan dan dengar-dengaran akan perkataan-Nya. Tetapi ketika membaca dan merenungkan kembali kisah di atas, kita bisa mendapatkan kebenaran dari sudut pandang berbeda. Walau kisah ini hanya ditulis singkat sebanyak lima sampai enam ayat saja, tetapi bisa jadi kisahnya berjalan cukup panjang.


Di bagian lainnya di dalam kitab Yohanes pasal 11, dituliskan bahwa kampung yang Tuhan Yesus tuju ini bernama Betania, tempat yang jauh dari keramaian, lebih tenang, dan bisa jadi Dia bersama murid-muridNya hendak retreat / beristirahat sejenak dan melepas lelah dari berbagai pelayanan-Nya. Dan saat masuk ke dalam kampung ini, seorang perempuan yang bernama Marta memiliki inisiatif untuk membuka rumahnya dan menyambut-Nya.


Marta ini tidak suka menganggur, memiliki hospitality yang sangat tinggi, dan senang melakukan segala sesuatu dengan tangannya. Dirinya melakukan ini bukan sebagai beban, dan mendapatkan energinya saat melayani.


Bagi Marta, merupakan sukacita terbesar untuk dapat menyambut Yesus di dalam rumahnya. Dirinya adalah “positive person” bukan sebaliknya, seperti yang selama ini dianggap oleh kebanyakan orang. Cara Marta menunjukkan kasihnya pada Yesus adalah dengan melakukan segala hal yang dipercayakan di dalam hidupnya dengan sangat bersemangat, dan dengan detail tentunya, untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Dan bisa jadi hal ini dimulai dari penataan barang-barang tertentu di dalam rumahnya, dirinya ingin memberi suasana terbaik ketika Yesus masuk ke dalam rumahnya.


Tidak semua orang memiliki kesukaan seperti Marta yang mau membuka rumahnya bagi orang-orang yang dikasihinya, karena pastinya harus repot bersih-bersih setelahnya. Tetapi ketika Marta mendapatkan tanggung jawab ini, dia melakukannya dengan penuh sukacita. Marta memiliki spirit of excellence, melakukan segala sesuatu dengan sempurna dan tanpa kurang suatu hal apa pun. Dirinya adalah “the queen of the house”, yang mengatur letak segala sesuatu di dalam rumahnya dengan sempurna.


Perubahan Sikap Marta.


Tetapi tiba-tiba sesuatu terjadi. Marta mendekati Yesus dan berkata kepada-Nya,


"Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku." (ayat 40).

Dari semula Marta bersikap penuh sukacita dan sangat bersemangat melayani seorang diri, dari semula sikap yang sangat baik, menyenangkan, ramah, dan mau direpoti.. sekarang sikapnya berubah menjadi ketus dan pemarah. Marta marah karena melihat Maria tidak mau bekerja membantunya. Tetapi di balik itu semua.. apa yang sesungguhnya terjadi pada Marta?


Marta mengalami burnout, sebuah keadaan di mana fisik dan juga emosionalnya mengalami keletihan yang akut. Beberapa tulisan menyebutkan bahwa seorang perempuan memiliki tingkat burnout yang lebih tinggi dibanding pria (2019), dan angka ini meningkat hampir tiga kali lipat semasa pandemi COVID-19.


Dan menurut tulisan penelitian tersebut, pihak laki-laki memiliki kemampuan yang lebih cepat untuk meredam burnout dan mengalihkan pada hal lainnya, tetapi perempuan sedikit lebih sulit untuk mengatasinya. Dan tentunya, persentasenya berubah-ubah bergantung pada di mana letak negaranya, kebiasaan, budaya, kepercayaan yang dianut, serta situasi dan kondisi pada saat bertemu dengan teman-temannya. Dan ketika menulis kisah tentang apa yang dialami Maria dan Marta ini, Lukas sedang mengingatkan setiap pembacanya bahwa kita juga bisa mengalami burnout atau mengalami keletihan secara fisik dan juga emosional.


Hari-hari ini telah terjadi peningkatan yang signifikan dari banyak orang yang mengalami mental health / kesehatan mental. Bahkan beberapa institusi menganggap adalah hal yang normal untuk memperlengkapi setiap karyawannya dengan berbagai seminar tentang kesehatan mental ini, untuk menghadapi tingkat stres yang bisa jadi semakin meningkat.


Tetapi marilah kita kembali pada kebenaran firman Tuhan di dalam Alkitab, dan meminta Allah Roh Kudus untuk selalu menerangi dan memberi pencerahan di dalam hati dan hidup kita. Firman Allah selalu relate / terhubung dengan apa pun keadaan yang sedang kita alami.


Akibat Burnout.


Hal apa sajakah yang terjadi ketika kita mengalami burnout, atau keletihan secara fisik dan juga emosional?


Pertama. Blaming / Menyalahkan Tuhan.


“Ia mendekati Yesus dan berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli,” (ayat 40).

Marta mulai menyalahkan Tuhan dan juga mempertanyakan apakah Dia benar-benar peduli pada apa yang sedang dialaminya? Cara pandangnya telah berubah. Dari Tuhan Yesus yang dirinya sangat kasihi dan mau layani, sekarang berubah menjadi Seseorang yang dia salahkan. Ketika keadaan tidak berubah, Marta sibuk mengerjakan berbagai tugas seorang diri, akhirnya mengomel dan menggerutu, dan Tuhan yang disalahkan. Omelan dan gerutu selalu menghabiskan energi. Kalau kita dekat sama orang yang suka menggerutu, maka lama-kelamaan energi kita juga dapat habis.


Apa yang harus dilakukan pada saat kita mengalami keletihan dan merasa tak ada seorangpun yang dapat memahami kita? Disiplinkan diri kita untuk selalu belajar mengucap syukur di dalam segala hal. Bukankah firman Tuhan juga berkata pada kita,


“Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” (1 Tesalonika 5:18).

Kedua. Feeling Lonely / Merasa Sendiri.


“Ia mendekati Yesus dan berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri?” (Lukas 10:40).

Ketika mengalami burnout, kita merasa tak ada seorang pun yang dapat memahami keadaan yang sedang dialami, dan tak ada seorang pun yang mau membantu permasalahan yang sedang kita hadapi. Memang Alkitab tidak menulis pada kita, tetapi bisa jadi sebelumnya Maria dan Marta ini sudah berbagi tugas, dan Maria sudah menyelesaikan pekerjaannya terlebih dahulu sehingga dapat duduk di dekat kaki Tuhan. Dan Marta merasa “ditinggal sendirian” oleh Maria yang sedang mendengar perkataan-Nya.


Di Harvard University pernah diadakan survei penelitian selama kurun waktu tujuh puluh empat tahun mengenai topik kebahagiaan. Dan mereka menemukan bahwa loneliness / rasa sendiri itu sifatnya membunuh, dan daya bunuhnya lebih tinggi bahayanya dari nikotin. Itulah sebabnya di GKPB MDC Surabaya kita memiliki Contact / Covenant in Action, yang merupakan komunitas kelompok kecil di mana kita dapat bertumbuh di dalam Tuhan secara rohani dan juga saling menguatkan di dalam kebenaran firman Tuhan dan perbuatan baik pada sesama.


Ketiga. Comparing / Membandingkan Diri.


"Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku." (ayat 40).

Hal yang terjadi pertama kali ketika kita membandingkan diri dengan orang lain adalah, kita akan kehilangan sukacita. Kita cenderung membandingkan kesusahan dan penderitaan yang sedang kita alami dengan kesenangan yang sedang dialami orang lain. Contoh. Mau liburan Natal. Ada rekan sekerja kita yang sudah ambil cuti panjang untuk berlibur, tetapi kita masih sibuk bekerja keras. Saat sedang menikmati waktu break / istirahat sejenak di pekerjaan, kita melihat postingan di Instagram teman-teman kita semua sudah sibuk healing. Sedangkan apa yang kita alami sedang mengalami killing.


Kita membandingkan diri apa yang sedang kita alami, dengan apa yang sedang dialami orang lain. Dan hasilnya? Kita menjadi marah melihat apa yang dialami orang lain jauh lebih enak dari apa yang sedang kita alami. Berhentilah membandingkan diri, karena Tuhan itu memiliki waktu-Nya tersendiri bagi anak-anakNya.


Keempat. Distracted / Teralihkan.


“Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara,” (ayat 41).

Ketika Marta sedang burnout mengerjakan banyak hal sendirian, fokus hidupnya jadi teralihkan. Tetapi perhatikan ayat di atas, Yesus justru merespon keadaan burnout yang sedang dialami Marta dengan jawaban penuh kasih. Seolah-olah Yesus mengatakan padanya,


“Jangan kuatir. Santai sejenak. Bersikaplah seperti Maria. Duduklah bersama-Ku. Jangan mau dialihkan dengan sibuknya pekerjaanmu.”

Kalau seseorang sedang burnout kita tidak bisa marah dan terlalu menuntut, tetapi tunjukkanlah kasih kita yang tulus, sama seperti yang diperbuat Yesus. Dia tahu bahwa apa yang telah dikerjakan Marta karena ingin menyenangkan hati-Nya, dan hal itu memang tidaklah salah. Tetapi lebih dari itu, Dia tertarik untuk bersekutu lebih karib dan mengenal pribadi kita.


Sering kali kita terjebak melakukan banyak aktivitas pelayanan, tetapi kita lupa siapa Pemilik dari pelayanan tersebut. Pandangan mata kita teralihkan dan sudah tidak lagi berfokus pada tujuan yang seharusnya, yakni Tuhan Yesus, yang sesungguhnya rindu untuk selalu bersekutu dengan kita. Sekali lagi tidak ada yang salah dengan pelayanan. Tetapi mengerjakan berbagai aktivitas pelayanan itu berbeda dengan mengenal karib siapa Pribadi yang kita layani.


Kita datang beribadah ke gereja bukan hanya sekadar rutinitas saja, tetapi kita juga mengenal Siapa yang mau kita sembah.


“tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya." (ayat 42).

Keputusan apa yang telah diambil Maria tidak dapat digantikan dengan semua kegiatan yang Marta telah perbuat yakni, duduk tenang di dalam hadirat Tuhan dan terus mendengar perkataan-Nya. Hari-hari ini kita menjadi terlalu sibuk sampai kita lupa hanya satu saja yang sebenarnya diperlukan yakni,


Tujuan Tuhan Yesus datang hanya untuk bersekutu lebih karib bersama kita.


Apa yang dilakukan Marta memang tidaklah salah, karena dia sudah melakukan bagiannya dengan terbaik. Tetapi ada satu titik di mana dirinya teralihkan, yakni di balik semua kesibukan yang harus diselesaikannya, jangan pernah menggantikan waktu pribadi kita untuk duduk di dekat kaki Tuhan, dan mendengar apa yang Dia ingin perkatakan bagi hidup kita.


Hari-hari ini kita perlu untuk lebih lagi mendengar suara-Nya, dan disegarkan kembali di dalam hadirat-Nya. Momen saat menaikkan pujian dan penyembahan di dalam gereja bukan hanya momen kita menunggu kapan saatnya firman Tuhan dibagikan, tetapi lebih dari itu kita dapat disegarkan kembali dan dapat mengenal Siapa Pribadi yang kita sembah.


Sebab bila tidak, perspektif / sudut pandang kita dapat berubah dan keputusan yang kita hasilkan bisa keliru. Banyaknya suara yang bising, bisa meningkatkan stres seseorang dan berujung pada burnout. Firman Tuhan mengatakan,


“Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.” (Mazmur 23:3).

Pemazmur sedang menggambarkan diri kita sama seperti seekor domba yang mudah kehilangan arah. Domba memiliki self defense / pertahanan diri kurang baik, mudah tersesat, dan tidak bisa mempertahankan diri ketika diserang musuh. Hidup kita digambarkan serentan itu dan betapa kita memerlukan tuntunan Sang Gembala.


Suara bising membuat kita mengalami kebingungan. Berhentilah sejenak, ambillah Saat Teduh, dan izinkan Allah Roh Kudus menjamah hidup kita kembali dan berbicara untuk menguatkan hati dan hidup kita.


“Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya.” (Mazmur 27:4).

Daud bisa saja meminta banyak hal pada Tuhan di dalam hidupnya, tetapi satu hal saja yang diperlukan, dirinya rindu untuk selalu menikmati Tuhan di dalam hadirat-Nya dan disegarkan kembali, lebih dari banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikannya.


“tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.” (Yesaya 40:31).


Saat kekuatan kita diperbarui, bukan kekuatan kita yang ditambah tetapi diganti dengan kekuatan dari Tuhan. Saat masuk ke dalam hadirat-Nya, hidup kita akan semakin dikuatkan dan juga diberi hikmat untuk menjalani hidup ini sesuai dengan apa yang Tuhan mau.


Di balik semua kesibukan kita, ambillah “bagian Maria” yang tak bisa digantikan apa pun yakni duduk tenang di dalam hadirat-Nya. Banyak hal yang kita lakukan justru membuat kita lelah, tetapi dapatkan kembali kekuatan kita hanya di dalam hadirat-Nya.


God is must glorified in us when we are most satisfied in Him.
Tuhan sangat dipermuliakan pada saat kita menikmati dan dipuaskan di dalam hadirat-Nya. -John Piper

Amin. Tuhan Yesus memberkati..

36 tampilan0 komentar

Comments


bottom of page