Catatan Khotbah: “Carpe Diem. Seize the Day.”Ditulis ulang dari sharing khotbah Bp. Pdt.
Yose Ferlianto di Ibadah Minggu di MDC Graha Pemulihan, pada Tgl. 21 April 2024.
Pelajaran dari Kitab Mazmur.
The book of Psalm teaches us to understand the everlasting God’s faithfulness in every season of life. Its verses tell the story of God’s steadfastness amidst all human struggles.
Di dalam kitab Mazmur mengajar kita untuk dapat mengerti dan memahami tentang kesetiaan Tuhan yang kekal, di dalam setiap musim di kehidupan manusia. Di dalam setiap pasalnya juga menceritakan bagaimana kisah kesetiaan Tuhan yang selalu menyertai, di setiap pergumulan yang sedang dihadapi manusia.
John Calvin mengatakan,
“Kitab Mazmur dianggap sebagai ‘anatomi dari semua bagian jiwa’ yang mencerminkan segala macam emosi yang dimiliki manusia. Semua perasaan yang ada di dalam diri manusia, dapat ditemukan tercermin di dalam kitab Mazmur.”
Di masa itu, kitab Mazmur juga sering dinyanyikan. Kitab ini secara jujur menceritakan tentang setiap pergumulan yang dihadapi manusia, perjumpaan mereka dengan Allah, dan pada akhirnya hidupnya diubah dan mendapat kemenangan dari-Nya. Kitab ini juga menggambarkan Pribadi Tuhan yang setia dan kekal, yang mau menyatakan berbagai mukjizat dan keperkasaan-Nya di dalam hidup manusia yang fana.
Penulis kitab Mazmur ini beraneka ragam, mulai dari seorang raja, petani, nabi, dan berbagai macam profesi lainnya. Di dalam kitab ini jujur menceritakan pada kita apa adanya, bahkan ketika raja Daud jatuh ke dalam dosa, dia menulis momen kejatuhannya ini di dalam Mazmur 51.
Dari Mazmur kita dapat belajar kalau kita dapat menghampiri Tuhan dengan jujur, apa adanya, dan dengan segala keterbatasan kita. Karena di dalam kitab Mazmur kita menemukan setiap kali manusia mengalami pergumulan dan sampai di titik terendah, mereka lalu datang dan berjumpa dengan Tuhan yang setia, dan hidup mereka mendapat kemenangan bersama-Nya.
“Masa hidup kami tujuh puluh tahun, jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya hanyalah kesukaran dan penderitaan; ya, sungguh cepat kami melayang lenyap. Ajarlah kami menghitung hari-hari kami, supaya kami beroleh hati yang bijaksana.” (Mazmur 90:10,12, TB-2).
Dari ayat di atas kita dapat belajar bahwa kita tidak mengetahui sampai berapa lama kita dapat menikmati setiap berkat yang sudah Tuhan berikan, di dalam dunia yang fana ini. Itulah mengapa Alkitab mengajar kita untuk “menghitung hari-hari” agar kita dapat memanfaatkan dengan maksimal, dan menjalaninya dengan meminta hikmat dan tuntunan dari Tuhan agar kita tidak melalui setiap hari dengan begitu saja, dan berlalu sia-sia.
Carpe Diem. Seize the Day.
Salah satu pelajaran yang dapat kita pelajari dari kitab Mazmur adalah tentang Carpe Diem atau seize the day, atau di dalam bahasa Indonesianya memiliki arti merebut dan memenangkan hari kita. Setiap dari kita pastinya ingin untuk selalu hidup di dalam kemenangan, tidak ada seorangpun dari kita yang mau hidup di dalam kekalahan.
Kata Carpe Diem berasal dari,
The well-known Roman poet, Horace, in his book of poems, ODES (23 BC).
Bahasa Indonesianya: Penyair dari Roma yang bernama Horace, di dalam bukunya “Odes” yang diterbitkan 23 BC pernah menulis syair,
Dum loquimur, fugerit invido aetas: carpe diem.
Bahasa Inggrisnya: The envious moment is flying now, now while we’re speaking: seize the day.
Bahasa Indonesianya: Waktu memiliki sifat yang iri, tidak mau diduakan, berlalunya begitu cepat, bahkan ketika kita sedang berbicara, waktu ini segera pergi berlalu. Karena itu, taklukkan dan menangkan hari ini.
Sering kali kita terjebak dengan nostalgia di masa lampau, sehingga kita sulit untuk keluar darinya. Itulah sebabnya mengapa setiap film dengan tema “kembali ke masa lampau untuk memperbaiki sejarah,” begitu sangat digandrungi.
Tetapi kebenarannya adalah, kita tetap harus hidup di hari ini, jangan pernah terjebak di masa lampau, apalagi dengan angan-angan, dengan perkataan “seandainya aku melakukan hal ini, maka tidak akan terjadi seperti yang sekarang..” karena Tuhan selalu menyediakan berkat-Nya,
“Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!” (Ratapan 3:22-23).
Bagaimana untuk Memenangkan Hari?
Bagian Pertama. Memulai segala sesuatu dengan Tuhan terlebih dahulu, di pagi hari.
“TUHAN, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu.” (Mazmur 5:4).
“Kenyangkanlah kami di waktu pagi dengan kasih setia-Mu, supaya kami bersorak-sorai dan bersukacita sepanjang hidup kami.” (Mazmur 90:14, TB-2).
Perlu sekali untuk kita memulai sebuah hari dengan Tuhan, melalui berdoa dan membaca firman-Nya / Alkitab. Sama seperti suku Lewi yang membakar korban bakaran di pagi hari, menyanyikan kasih setia Tuhan dalam menyambut matahari pagi.. demikian pula dengan setiap kita yang mau menyatakan kemurahan dan kebaikan Tuhan, dan memulai setiap pagi bersama dengan-Nya.
Matthew Henry mengatakan,
“Allah layak menerima yang terbaik dari hidup kita, bukan sekadar sisa hari ketika kita sudah merasa lelah dan lesu. Di waktu pagi kita paling bebas dari segala gangguan dan urusan, dan hal itu adalah kesempatan terbaik untuk menyendiri.”
Bagaimana hal praktisnya?
Dengan berdoa, membaca, dan merenungkan firman Tuhan di pagi hari, kita memulai segala sesuatu dengan benar. Dan ketika kita mau untuk mempersembahkan yang terbaik di pagi hari, maka nantinya kita akan mendapatkan berkat yang terbaik dari Tuhan. Ada hikmat, tuntunan, penjagaan, dan juga pembelaan dari setiap firman Tuhan yang kita baca di setiap paginya / di setiap Saat Teduh kita.
Di dalam buku “Mornings with Tozer, Daily Devotional Readings”, A.W. Tozer menulis,
“All things fit into shape and form when you begin with God!
Semuanya dapat menjadi teratur dan sesuai, ketika kita memulai segala sesuatu bersama dengan Tuhan terlebih dahulu.”
Firman Tuhan mengatakan,
“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Matius 6:33).
When we put God first, everything should fall into its proper place.
Ketika kita meletakkan Tuhan di tempat yang terutama, maka segala sesuatu akan diletakkan di waktu dan di tempat yang tepat dan yang sesuai dengan seharusnya. Bisa jadi mengapa hidup kita berjalan dengan tidak teratur, mungkin karena kita tidak menempatkan Dia di tempat yang terutama dan yang seharusnya.
“Kata Yesus kepada mereka: “Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita.”” (Matius 21:42).
“yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapih tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan. Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh.” (Efesus 2:20-22).
Tuhan Yesus adalah batu penjuru yang menjadi patokan untuk batu lain disusun di atasnya, sehingga nantinya dapat bertumbuh menjadi bangunan yang sesuai dengan blue print / cetak biru dari Arsitek Agung kita. Ketika kita meletakkan sesuatu yang salah dan di tempat yang tidak seharusnya, maka untuk selanjutnya bisa salah susunan, dan bisa jadi bangunan tersebut tidak akan pernah selesai dibangun.
Ketika Tuhan menjadi nomor satu di dalam hidup kita, maka segala sesuatu akan menjadi baik dan teratur.
Bagian Kedua. Menjalani sepanjang hari bersama Tuhan.
“Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan aku, Engkau kunanti-nantikan sepanjang hari.” (Mazmur 25:5).
“Aku menanti-nantikan TUHAN, jiwaku menanti-nanti, dan aku mengharapkan firman-Nya.” (130:5).
Menjalani sepanjang hari bersama Tuhan memiliki arti kita memiliki sikap mental untuk selalu menanti-nantikan dan mengarahkan pikiran dan hidup kita di dalam rutinitas keseharian, hanya terarah kepada Tuhan.
Bagaimana hal praktisnya?
Pertama. Bibir yang memuliakan nama Tuhan.
“Mulutku penuh dengan puji-pujian kepada-Mu, dengan penghormatan kepada-Mu sepanjang hari.” (Mazmur 71:8).
Biasakanlah untuk selalu mengucap syukur dan berkata-kata yang baik di dalam rutinitas keseharian kita sebagai pelajar, pengerja, ibu rumah tangga, dan apa pun profesi yang sedang kita kerjakan. Mulut kita dipenuhi puji-pujian dan ucapan syukur kepada Tuhan, sehingga kita tidak memiliki waktu lagi untuk mengeluh.
Ketika menaikkan ucapan syukur pada Tuhan, kita sedang mendatangkan kuasa Tuhan dan atmosfir Ilahi di dalam rutinitas kita. Sebaliknya, ketika memulai sebuah hari dengan keluhan dan omelan maka dapat membuat sepanjang hari kita akan memburuk.
“Siapakah orang yang menyukai hidup, yang mengingini umur panjang untuk menikmati yang baik? Jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapan-ucapan yang menipu; jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, carilah perdamaian dan berusahalah mendapatkannya!” (Mazmur 34:13-15).
Selain itu dengan adanya berbagai platform musik yang tersedia secara online, juga sangat membantu kita untuk dapat mendengarkan lagu-lagu pujian yang dapat mengarahkan hati dan hari-hari kita tetap tertuju pada Tuhan. Ketika kita sering memperdengarkannya, maka lama-kelamaan bibir kita akan menjadi terbiasa untuk menaikkan puji-pujian kepada Allah.
Segala omelan, bersungut-sungut, dan perkataan negatif justru dapat melemahkan iman serta pengharapan, dan bila tidak berhati-hati ada yang sampai mendatangkan kutuk / hukuman Tuhan di dalam hidup. Tetapi menjaga lidah dengan selalu menaikkan ucapan syukur pada Tuhan, akan mendatangkan berkat-Nya di dalam hidup kita.
Belajarlah dari bangsa Israel yang suka bersungut-sungut, yang pada akhirnya membuat mereka tidak dapat masuk ke dalam tanah Kanaan, dan bahkan tak sedikit dari mereka yang harus menanggung hukuman dari TUHAN (Bilangan 13-14).
Kedua. Percaya bahwa Tuhan selalu memegang kendali penuh di hidup kita.
“TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya.” (Mazmur 37:23-24).
Di versi lainnya dituliskan bahwa Tuhan itu menetapkan langkah-langkah orang, bahkan jalan hidupnya diterangi oleh Tuhan.
Kita tidak tahu apa yang terletak di depan kita, tetapi kalau Tuhan yang memimpin dan menerangi jalan-jalan kita, maka kita akan mengetahui bahwa tempat kita berjalan pada saat ini masih jauh lebih baik dibanding berjalan di tempat yang gelap, yang tidak mendapat terang dan tuntunan dari Tuhan, serta yang tidak tahu arah. Mintalah selalu hikmat dari Tuhan agar kita dapat mengerti dan memahami segala peristiwa yang diizinkan-Nya terjadi, dan kita dapat merasa aman di dalam-Nya.
Kalau Tuhan menetapkan langkah-langkah di dalam hidup kita, jangan pernah terkejut bila Dia kesannya seperti sengaja untuk mempertemukan dan menempatkan kita dengan orang-orang tertentu, sebagai divine appointment / pertemuan Ilahi agar kita dapat belajar sesuatu dari pertemuan tersebut.
Bisa jadi di dalam hidup kita diizinkan untuk bertemu dengan orang-orang yang membuat kita super jengkel, agar kita dapat belajar menjadi lebih sabar, karakter kita dapat semakin dibentuk untuk menyerupai seperti karakter Kristus.
Tuhan pasti memiliki tujuan dan Dia tidak menganggur ketika mengizinkan orang-orang tertentu berjumpa dengan kita, agar mereka dapat mengajar dan mengubah hidup kita, atau agar hidup kita dapat menjadi berkat dan mengajar sesuatu di dalam hidup orang-orang di sekitar kita.
Mencari Rumah. Menjangkau Jiwa.
Pada suatu hari, Ps. Yose dan istrinya mencari kontrakan rumah dan bertemu dengan seseorang, yang ternyata mau menjual rumahnya. Sekalipun tidak sesuai dengan apa yang Ps. Yose harapkan, tetapi hatinya digerakkan Tuhan untuk tetap menjalin hubungan baik dengan pemilik dari rumah tersebut. Singkat cerita, Ps. Yose mengajak penjual rumah tersebut untuk datang beribadah di gereja MDC Surabaya, karena masih belum memiliki tempat beribadah yang tetap.
Seiring waktu berjalan, penjual rumah tersebut meminta dukungan doa karena mau melakukan test darah, karena dirinya sering lemas dan sakit, serta diminumi obat apa pun tidak ada yang berhasil menyembuhkan penyakitnya. Dan setelah hasil test-nya keluar, ternyata bapak penjual rumah ini positif terkena HIV. Setelah ditelusuri ternyata bapak tersebut tertular dari jarum suntik yang tidak bersih, ketika dirinya membuat gambar tato di Bali.
Saat itu, bapak penjual rumah ini kariernya sedang berada di puncak, tetapi harus menghadapi ujian yang sedemikian beratnya. Ps. Yose terus berdoa bagi bapak ini agar di masa-masa kelam dapat menemukan Tuhan di dalam hidupnya. Setelah beberapa kali didoakan, iman dari bapak ini sempat bangkit, bahkan menerima baptisan Roh Kudus. Lalu beberapa saat kemudian daya tahan tubuhnya menurun, masuk ICU, dan meninggal dunia.
Sungguh tragis hidupnya.
Selang waktu beberapa lama kemudian, istrinya memberi secarik kertas pada Ps. Yose yang berisi tulisan dari almarhum suaminya, yang ditulis sebelum kematiannya. Di kertas tersebut ditulis,
“Terima kasih dan bersyukur dapat bertemu dengan Ps. Yose. Karena melalui Ps. Yose, saya mendapat kesempatan untuk dapat mengenal Kristus lebih dalam.”
Kalau seandainya pada saat itu Ps. Yose mengabaikan dorongan dari Roh Kudus di dalam hatinya untuk tetap menjalin hubungan baik dengannya, bisa jadi bapak penjual rumah tersebut tidak memiliki kesempatan untuk dapat mengalami Tuhan, dan mendengar berita tentang Injil Keselamatan, di sepanjang sisa hidupnya.
Karena itu jangan pernah meremehkan perjumpaan Ilahi yang diizinkan Tuhan, ketika kita dapat bertemu dengan orang-orang sekitar. Karena kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya dengan orang yang kita temui tersebut, setelah kita berpisah dengan mereka.
“The habit of devout fellowship with God is the spring of all our life, and the strength of it.
Persekutuan yang terus dibangun dan dibiasakan seorang saleh bersama dengan Allahnya akan menjadi seperti “musim semi” di dalam hidup, dan menjadi sumber kekuatan di dalam hidupnya.” (Henry Edward Manning).
Bagian Ketiga. Menutup sebuah hari dengan berdoa mengucap syukur kepada Tuhan.
“Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkaulah, ya TUHAN, yang membiarkan aku diam dengan aman.” (Mazmur 4:9).
Sebelum menutup sebuah hari dan bergegas untuk tidur di malam hari, ambillah waktu sejenak untuk dapat menaikkan ucapan syukur pada Tuhan, atas segala berkat dan perlindungan-Nya di dalam hidup kita. Matthew Henry mengatakan kita dapat mengakhiri hari-hari kita dengan puas, ketika kita menutupnya dengan ucapan syukur.
“Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah—sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya (berkat) pada waktu tidur.” (Mazmur 127:2).
Allah sangat suka bekerja di dalam kerahasiaan, pada saat kita tidak memiliki kendali atasnya. Pada saat beristirahat, kita memberikan kendali di hidup kita kepada Tuhan. Dia sangat suka bekerja pada saat kita rest / istirahat dan tenang.
“..dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu.” (Yesaya 30:5).
Seperti benih yang tumbuh,
“lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu.” (Markus 4:27).
Secara alam, tidak ada seorangpun yang tahu bagaimana cara dari kerjanya. Benih pada malam hari ditanam di dalam tanah, dan pada siang hari sudah mengeluarkan tunas, dan tunasnya terus bertambah tinggi. Dia adalah Allah yang bekerja di dalam misteri, kita tidak akan pernah bisa menebak bagaimana cara-Nya. Letakkan kendali di hidup kita pada Tuhan, sebab Dia akan bekerja dengan cara-Nya yang rahasia di dalam hidup kita.
Bagaimana hal praktisnya?
Menjelang tidur malam, renungkan kembali bagaimana belas kasihan dan pertolongan dari Tuhan telah memberkati dan menjagai di sepanjang hari kita. Mengucap syukurlah pada Tuhan atas semua hal yang sudah kita lalui, dan terbukalah di hadapan Roh Kudus. Bila kita diingatkan ada dosa dan sesuatu telah mencemari hati nurani, mintalah kemurahan Tuhan, dalam suasana hati yang penuh dengan pertobatan dan kerendahan hati.
Sering kali kita merasa takut dan cemas akan bagaimana dari masa depan di hidup kita, tetapi masih ada Allah yang sanggup untuk memberikan hikmat, tuntunan, dan bahkan teguran di dalam hati nurani kita. Ketika kita mengizinkan Dia berbicara dan terus membentuk hidup kita, maka hari nurani kita akan dibersihkan dan dibuat-Nya semakin tajam untuk dapat mendengar suara-Nya.
Tetapi ketika ada perkataan dan tindakan ceroboh yang melukai perasaan sesama, bahkan menyakiti hati Tuhan, dan hal ini kita biarkan saja.. maka lama-kelamaan hati nurani kita dapat menjadi tumpul, kita tidak akan tahu dan merasa bila posisi kita sudah berada di “tepi jurang”.
Dua sikap mental Terbaik.
Apa yang bisa kita pelajari? Dan, apa yang masih bisa kita syukuri di dalam hidup ini?
Apa yang dapat kita pelajari, dari setiap peristiwa yang diizinkan-Nya terjadi di dalam hidup?
Kita dapat semakin dekat dengan Tuhan, semakin serupa dengan Kristus, bisa menjadi orang yang terus maju di dalam Tuhan, kita bisa mencapai satu langkah di depan orang lain yang hidupnya tidak mau maju, dan masih banyak hal. Lalu ketika kita mau untuk belajar mengucap syukur, maka hal tersebut akan membuat kita menjadi rendah hati. Kita akan menyadari bahwa semua hal baik yang terjadi di dalam hidup kita hanyalah karena anugerah-Nya semata, bukan karena kekuatan dan kehebatan kita.
It Is Finished. Sudah Selesai.
“Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: “Sudah selesai.” Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.” (Yohanes 19:30).
Kemenangan yang kita dapatkan di dalam hidup bukan karena sekadar kemampuan dan kehebatan kita semata, tetapi karena Kristus yang sudah menyelesaikannya dengan sempurna.
Biarlah setiap kita mengalami kemenangan karena kita mengakhiri hari kita dengan mengucap syukur, dan mau untuk setia meletakkan hati dan hidup kita hanya terarah pada Kristus.
Kita dapat mengalami kuasa Allah dan menghadirkan kerajaan-Nya di atas muka bumi ini, serta mengalami carpe diem, seize the day, dan memenangkan hari kita bersama-Nya.
Amin. Tuhan Yesus memberkati..
Comentários