Catatan Khotbah: “Worship the King”, ditulis dari sharing Bp. Pdt. Andreas Rahardjo di Ibadah Perayaan Natal Bersama Tgl. 25 Desember 2022.
Ayat Bacaan: Matius 2:1-12.
Ada sebuah kisah yang bercerita tentang apa yang telah dilakukan orang-orang majus dari Timur yang dibahas di sebuah buletin di sekolah Alkitab, dan hal ini dapat mengubah perspektif setiap kita. Diceritakan bahwa orang majus tersebut bukan hanya sekadar golongan dari orang pandai dan cendekiawan saja, tetapi mereka juga adalah para raja yang memiliki kekuasaan. Mereka sudah memiliki segalanya dan tidak berkekurangan apa pun. Tetapi pada waktu mereka melihat ada bintang-Nya yang bersinar terang dan berbeda, Roh Kudus itu berbicara dalam hidup mereka.
Ada seorang Raja yang telah lahir dan akan jauh lebih hebat dari apa yang sudah mereka perbuat, dan kelahiran-Nya ditandai dengan keberadaan bintang tersebut. Hal ini membuat mereka begitu gelisah dan dengan bersegera mencari di mana bintang-Nya untuk menyembah-Nya.
Dan hal apa yang dapat dipelajari bersama dari sikap orang-orang majus tersebut?
Pertama. Penyembahan itu didasari oleh kesadaran akan adanya Oknum yang jauh lebih besar dari kita.
Penyembahan bukan hanya sekadar menaikkan lagu untuk menghibur dan menyenangkan hati yang sedang menghadapi suasana duka atau masa krisis. Tetapi lebih dari itu, melalui penyembahan lahir sebuah kesadaran terus-menerus akan adanya Pribadi Tuhan yang layak untuk menerima segala sanjungan dan hormat dari kita ciptaan-Nya.
Kita adalah ciptaan, dan Dia adalah Pencipta. Dunia mulai menjadi kacau ketika orang-orang yang menyebut dirinya Kristen menganggap diri mereka jauh lebih hebat dari kebenaran firman Tuhan / Alkitab. Mereka menempatkan diri di atas firman Tuhan, tidak lagi mau tunduk di bawah kebenaran firman-Nya, dan berusaha mengolah firman dengan akal pikiran mereka sendiri. Kalau bisa mereka terima, yaa mereka akan menerimanya. Tetapi kalau firman Tuhan itu menegur dan tidak mengenakkan hidup mereka, maka mereka akan menolaknya.
Kita harus kembali pada makna sesungguhnya dari penyembahan: Kita menyembah Raja di atas segala raja. Kita harus selalu menyadari bahwa Tuhan yang kita sembah itu masih jauh lebih besar dan juga luar biasa, dari segala permasalahan yang sedang dihadapi.
Kedua. Seorang penyembah adalah seorang yang mau berkorban untuk Oknum yang dia sembah.
Perjalanan orang majus diperkirakan menempuh waktu dua tahun untuk mencari bintang dan juga Tuhan Yesus. Itulah sebabnya dikatakan,
“Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia..” (ayat 11).
Tuhan Yesus sudah tidak lagi berwujud bayi, melainkan sudah menjadi seorang anak. Dari semula dilahirkan di dalam palungan dan kandang (Lukas 2:6-7), mereka sekarang sudah memiliki sebuah rumah.
Dan hal ini merupakan pengorbanan yang luar biasa. Orang-orang majus tersebut meninggalkan segala usaha dan juga tempat tinggal mereka yang nyaman.. hanya untuk mencari dan bertemu dengan Sang Juruselamat, dan juga menyembah-Nya. Hari-hari ini jangan sampai kita kehilangan semangat untuk berkorban, untuk memperkenan dan menyenangkan hati Tuhan.
Ketiga. Seorang penyembah adalah seorang yang tidak egois.
Orang-orang Majus bepergian membutuhkan kurun waktu dua tahun, dan pastinya mereka tidak mungkin bepergian hanya dilakukan tiga orang dan tiga unta saja sama seperti yang sering kita lihat di berbagai gambar selama ini. Mereka adalah para raja dan pastinya berpergian dengan rombongan besar, sebab bila tidak mereka pasti akan dirampok di tengah jalan. Mereka juga pastinya membawa pasukan khusus untuk melindungi mereka, belum termasuk juru masak, orang yang berburu hewan, ahli ekonomi dan perdagangan, dan banyak hal lainnya. Dan hal ini membuat Herodes gentar dan berkata dengan santun, karena menyadari orang majus pastinya memiliki kuasa yang luar biasa.
Ciri penyembah yang benar adalah “aku dan seisi keluargaku akan menyembah Tuhan”. Semua orang yang kita kenal harus dapat mengetahui, bisa merasakan, dan mengalami berkat dalam Kristus Yesus, melalui hidup kita. Memperkenalkan apa yang sudah diperbuat Yesus dalam hidup kita, dan tidak menyimpannya hanya untuk diri kita sendiri.
“.. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!" (Yosua 24:15b).
Keempat. Seorang penyembah adalah seorang yang rendah hati.
Pada waktu melihat Yesus, rombongan besar dari orang majus bersujud dan menyembah-Nya. Padahal rumah yang dimiliki Yusuf pastilah sangat sederhana, rumah seorang tukang kayu. Tetapi mereka melihat dengan iman, sang Juruselamat telah lahir, Seseorang yang keberadaannya telah dinanti-nantikan sejarah.
Ada seorang hamba Tuhan yang mengatakan bahwa penyakit kekristenan hari-hari ini adalah banyak yang jarang berlutut untuk berdoa, dan bersujud untuk menyembah-Nya. Kalau setiap orang Kristen mau bersungguh hati untuk kembali berlutut dan bersujud, maka Tuhan akan mengembalikan dan menempatkan segala sesuatu tepat pada tempat dan juga waktu-Nya.
Kelima. Seorang penyembah adalah seorang yang menggunakan segala yang mereka miliki untuk dapat memenuhi rencana Allah.
Tuhan masih dapat menggunakan ilmu pengetahuan manusia, yang berupa bintang sebagai tuntunan untuk mencari Sang Juruselamat. Dan selesai orang majus bertemu dengan-Nya, maka bintang tersebut “masuk” ke dalam hati mereka. Apa yang semula tampak eksternal, pimpinan Tuhan yang berwujud bintang, berubah menjadi internal yakni tuntunan Tuhan dalam hidup berwujud mimpi.
“Dan karena diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan kembali kepada Herodes, maka pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain.” (Matius 2:12).
Tuhan memimpin dan memberikan hikmat pada orang majus, rombongan yang sangat besar itu dapat menghilang dan tidak diketahui Herodes. Bahkan tidak menutup kemungkinan orang-orang majus ini juga membantu rute pelarian Yusuf, Maria, dan Yesus saat mereka menyingkir ke Mesir karena Herodes akan mencari Yesus untuk membunuh Dia (Matius 2:13).
Rute perjalanan kurang lebih menempuh jarak 600 KM dari Betlehem ke Mesir, belum lagi biaya dan kendaraan yang akan dipakai, belum lagi biaya hidup untuk tinggal di Mesir yang diperkirakan kurang lebih tiga setengah tahun.. semuanya sudah diatur sedemikian rupa dan didanai orang majus untuk dapat memenuhi rencana Allah dalam hidup mereka, yakni menyelamatkan Mesias.
Nama yang Tak Tercatat.
Orang-orang majus tidak dicatat namanya di dalam Alkitab, padahal apa yang mereka sudah perbuat sungguhlah luar biasa dan tergores dalam sejarah hidup manusia. Bagi seorang penyembah, identitas diri kita tidak sebegitu penting karena sesungguhnya yang terpenting adalah bagaimana caranya agar rencana Allah yang sempurna tersebut dapat digenapi di dalam dan melalui diri kita, bagi sesama yang membutuhkan.
We Become Nothing, but God Become Everything.
Marilah memasuki tahun baru 2023 dengan Spirit of Worship (Semangat Menyembah). Karena hidup di dunia hanya satu kali, rindukan agar setiap kita selalu dimampukan-Nya untuk dapat melakukan kehendak Allah dan juga menyelesaikannya. Kita menjadi bukan siapa-siapa, tetapi Tuhan yang menjadi segalanya dan nama-Nya dapat dipermuliakan.
Orang-orang majus mengawali kisah mereka di dalam Alkitab dengan proses mencari bintang-Nya dan menyembah-Nya. Dan kisah mereka diakhiri dengan nama yang tak tercatat dan tak dikenal. Tetapi apa yang telah mereka perbuat, dapat menginspirasi setiap kita dengan apa yang telah kita pelajari di atas.
There is no limit what God can do to the humble person.
Tidak ada batasan tentang apa yang Tuhan perbuat dalam kehidupan seseorang yang rendah hati. Diberi berapapun, semuanya kembali hanya untuk kemuliaan-Nya. Baik karya keselamatan, talenta / bakat, harta benda.. semuanya adalah karunia dan pemberian Tuhan bagi kita. Tetapi apa yang kita lakukan dengan semua karunia dan pemberian-Nya itu adalah persembahan kita bagi-Nya. Kita persembahkan seluruhnya untuk mendatangkan kemuliaan hanya bagi-Nya.
Seorang penyembah itu menyembah Tuhan yang hidup, bukan menyembah kesuksesannya.
Amin. Tuhan Yesus memberkati..
Comments