Catatan Khotbah: When God Seems Indifferent.
(Ketika Tuhan Seakan Tidak Peduli).
Ditulis dari sharing Bp. Pdt. Budi Setiawan,
di Ibadah Minggu Tgl. 17 Juli 2022.
Ketika doa dan harapan yang kita impikan selama ini tidak terjadi, bagaimana dengan respon hati kita? Apakah kita tetap memiliki respon hati yang benar? Apakah yang akan terjadi dan yang kita perbuat ketika Tuhan seakan tidak peduli lagi terhadap impian, doa, dan juga harapan yang selama ini kita miliki? Apakah kita masih mau percaya bahwa Dia masih ada, masih baik, dan masih sanggup menjawab yang terbaik setiap doa dan permohonan yang dipanjatkan?
“Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.” (2 Korintus 12:7-10).
Melalui pembacaan ayat firman Tuhan di atas, kita dapat melihat bahwa Paulus ini sudah berdoa dan berjuang untuk mengusahakan sesuatu, dan dia tidak berdiam diri saja. Tetapi melalui kisahnya kita dapat belajar beberapa poin dari kebenaran firman Tuhan.
Poin Pertama. Ada satu realita di dalam Alkitab: Walau Tuhan itu mengasihi hidup seseorang, ada kalanya Dia bersikap seakan tidak peduli terhadap harapan dan impian yang dimiliki orang tersebut.
Paulus dikenal sebagai seseorang yang dekat dan cinta Tuhan, dan sebagian besar isi dari Alkitab telah ditulis olehnya. Dirinya juga melakukan berbagai perjalanan misi ke banyak tempat, dan beberapa mukjizat telah dilakukannya bersama dengan Tuhan. Tetapi di ayat di atas, dirinya diizinkan untuk mengalami “duri di dalam daging” dan telah berseru pada-Nya sebanyak tiga kali supaya “duri” tersebut mundur (ayat 7-8). Tetapi alih-alih menyingkirkan “duri” tersebut, Tuhan malah menjawabnya,
“Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." (ayat 9).
Setiap dari kita pasti diizinkan memiliki “duri di dalam daging”, apapun bentuk dan rupanya. Dan sepertinya Tuhan itu “tidak memberkati dan menyertai” karena kita selalu diizinkan untuk mengalami berbagai tantangan, dan juga hal-hal yang telah mengecewakan hati dan hidup kita. Bahkan ketika Paulus berdoa, Tuhan sepertinya diam dan tak peduli terhadap masalah yang sedang dihadapinya. Dan melalui ke semuanya ini, ada pertanyaan penting yang harus kita renungkan dan jawab bersama,
Bagaimana sikap dan respon kita dalam menyikapinya?
Ayat firman Tuhan di bawah ini adalah jawaban dari-Nya bagi setiap kita..
“Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.” (Yesaya 55:8-9).
Poin Kedua. Harapan kita tidak selalu berjalan sama / seiring dengan kehendak Tuhan.
Harapan Paulus adalah agar “duri” tersebut dijauhkan, tetapi Tuhan memiliki rancangan dan kehendak yang jauh lebih tinggi, dan lebih baik pastinya, dari rancangan yang dimiliki Paulus dan juga rancangan yang kita miliki. Dan karenanya hal ini acapkali membuat kita gelisah dan sering mempertanyakan keputusan-Nya.
Kekristenan tidak pernah menjanjikan hidup “di atas awan-awan”, ada saat di mana Tuhan justru mengizinkan masalah yang sukar terjadi dalam hidup kita agar melaluinya, kita dapat belajar akan apa yang menjadi kehendak Tuhan yang sesungguhnya. Kita dapat belajar apakah kita ini akan “menyetir” Tuhan untuk mengikuti apa yang menjadi maunya kita? Atau kita belajar untuk berserah dan percaya, bahwa Tuhan pasti memiliki rencana yang jauh lebih baik bagi setiap kita?
Poin Ketiga. Tuhan mengabulkan doa seseorang bukan hanya karena iman, isi, dan juga tujuan permohonan doanya namun karena kehendak-Nya yang mulia yang harus dinyatakan dalam diri orang tersebut.
Mungkin selama ini kita sudah berdoa dengan penuh iman dan juga kesungguhan hati, memiliki motivasi dan tujuan benar bahwa permohonan doa kita adalah untuk memuliakan nama-Nya. Tetapi bisa jadi semua permohonan doa kita diizinkan tidak dijawab-Nya, karena hal tersebut belum tentu kehendak Tuhan yang terbaik. Teruslah mempercayai, Tuhan itu jauh lebih tahu akan apa yang terbaik bagi hidup kita.
Tentunya bukan karena Tuhan tidak mengasihi dan tidak mengetahui akan apa yang menjadi beban pergumulan dalam hidup kita, namun hikmat yang dimiliki-Nya itu masih jauh lebih besar dibanding dengan hikmat yang kita miliki. Dia masih memiliki rencana yang jauh lebih baik dari hari ini, yang sepertinya terlihat tidak baik menurut pandangan kita sesaat.
Poin Keempat. Hanya karena anugerah-Nya semata yang menyanggupkan setiap kita untuk dapat menerima dan mengalami kehendak Tuhan, termasuk ketika kehendak-Nya tidak terjadi sesuai dengan harapan kita.
Marilah datang kepada-Nya bukan dengan kehebatan dan pengalaman kita di masa lalu.. semuanya hanya karena anugerah-Nya semata yang telah menyelamatkan dan memampukan hidup kita. Ketika Paulus pada akhirnya dapat memahami apa rencana Tuhan di balik semua peristiwa yang Dia izinkan terjadi dalam hidupnya, dia dapat belajar mengucap syukur dan mengatakan,
“..Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.” (ayat 9-10).
Sama seperti sikap kita pada anak-anak kita. Kalau kita selalu memberi dan menuruti apa saja yang mereka mau, maka anak kita tidak akan pernah bisa dapat hidup mandiri dan juga belajar untuk menjadi dewasa. Hal yang sama dengan Kekristenan. Tuhan sering kali mengizinkan hal-hal yang tak mengenakkan hidup kita, adanya “duri dalam daging”.. semuanya bertujuan untuk mendewasakan hidup kita.
Dia tetap adalah Allah yang berdaulat, yang mengizinkan segala sesuatu terjadi untuk mendatangkan kebaikan di dalam hidup kita (Roma 8:28). Sama seperti kisah Ayub yang kehilangan anggota keluarga dan juga segala harta bendanya. Ayub memahami bahwa di balik semua peristiwa yang terjadi dalam hidupnya, pasti masih ada maksud dan rencana Tuhan yang terbaik dan jauh lebih mulia.. sehingga memampukannya untuk berkata,
“..TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!" (Ayub 1:21).
Ketika Tuhan terlihat seakan tak peduli terhadap pergumulan yang sedang kita hadapi, marilah kita belajar untuk bersikap:
Pertama. Sebesar dan sesakit apapun “duri” yang Dia izinkan untuk kita alami, tetaplah belajar untuk mengucap syukur dalam segala hal.
Dengan banyak mengeluh, belum tentu masalah yang kita hadapi akan segera berakhir. Belajarlah menerima apapun yang diizinkan Tuhan terjadi, karena semuanya ini pasti tidak lepas dari tangan kendali-Nya. Percayalah bahwa Dia masih memegang kendali atas segala sesuatu yang diizinkan terjadi dalam hidup kita.
Kedua. Tetaplah mengasihi Tuhan.
Jangan pernah curiga bahwa Dia tidak lagi mengasihi hidup kita ketika pergumulan yang dialami itu terlihat tak kunjung usai, karena kasih-Nya itu kekal untuk selama-lamanya. Belajarlah untuk tetap setia dalam mengasihi dan melayani-Nya, dalam situasi dan kondisi apapun Dia tidak akan pernah meninggalkan hidup kita sendirian.
Ketiga. Tetaplah berharap pada Tuhan, dan hidup dalam anugerah dan kekuatan-Nya.
Kalau kita selama ini berhasil bertahan dan telah melalui setiap ujian dan tantangan yang menghadang, maka percayalah bahwa semuanya terjadi hanya karena anugerah dan pemeliharaan-Nya semata. Jangan mengandalkan dan berbangga atas kekuatan, kemampuan, dan juga pengalaman di masa lalu.. tetapi hiduplah dalam kuasa, tuntunan, dan juga pimpinan dari Tuhan. Belajarlah mengenal Tuhan dengan benar. Miliki akar yang kuat dan dalam mengenai pengenalan akan Tuhan, sebab ketika “banjir masalah” dan “badai kehidupan” diizinkan menghadang, maka tidak akan sampai menghanyutkan kita.
Jadilah seperti biji kurma yang bertumbuh ke atas dengan menanamkan akarnya begitu dalam untuk mencari sumber air. Biarlah hidup kita juga mengakar kuat dengan membaca kebenaran firman Tuhan. Ketika hidup kita mengakar kuat di dalam firman Tuhan, maka badai sebesar apapun tidak akan membuat kita meninggalkan-Nya.
Apapun yang terjadi, jangan pernah curiga terhadap-Nya. Kasih dan rencana-Nya itu masih jauh lebih besar dan lebih mulia bagi setiap kita. Sekalipun hari-hari ini kita tidak mengerti akan berbagai hal yang diizinkan-Nya terjadi, teruslah mempercayai pasti masih ada maksud dan rencana Tuhan yang jauh lebih besar dan juga lebih baik, dari setiap rencana yang kita miliki.
Amin. Tuhan Yesus memberkati.
Comments