Catatan Khotbah: Renewing Your Heart. Ditulis ulang dari sharing Ibu Pdt. Tracy Trinita, di acara Shine Women Conference “Renew” Hari Pertama, yang diadakan di MDC Ciputra World Surabaya, pada Tgl. 30 Agustus 2024.
Ada sebuah cerita fiksi dari tiga orang perempuan yang naik kayak / sebuah perahu kecil bertenaga manusia yang diperlengkapi dayung berkepala tunggal atau ganda, biasanya di bagian depan dan belakangnya tertutup sehingga hanya menyisakan lubang seukuran badan. Mereka bertiga ini seru-seruan dan mendayung ke sebuah pulau untuk menikmati berbagai aktivitas, tetapi lupa untuk menaikkan kayak dan dayung sampai ke atas pinggiran pantai. Akhirnya, kayak dan dayung mereka hanyut dan hilang terbawa arus.
Terdampar di pulau selama berhari-hari, mereka mulai kelaparan. Mereka masih bisa minum karena ada air sungai, tetapi tidak bisa makan karena tidak memiliki keahlian bagaimana caranya untuk dapat mencari makan di sebuah pulau yang tidak berpenghuni tersebut.
Tak lama kemudian ada seorang dari mereka yang menemukan sebuah botol, dan dirinya memiliki ide untuk mengisi botol tersebut dengan air sungai. Saat menggosok dan membersihkan botol tersebut, tiba-tiba keluarlah “penunggunya” yang akan memberi mereka tiga permintaan. Mendengarnya, mereka bertiga sangat bersukacita.
Perempuan pertama mengajukan permintaan bahwa dirinya ingin menjadi perempuan paling cantik dan kaya di Amerika, serta memiliki tempat tinggal di New York. Tak lama kemudian.. perempuan ini sudah tinggal di samping Central Park. Rumahnya besar, dirinya sangat berbahagia karena berhasil mendapat keinginannya.
Perempuan kedua mengajukan permintaan, sama dengan yang pertama, hanya kali ini lokasinya berada di Singapura. Tak lama kemudian.. dirinya sekarang sudah tinggal di kawasan bergengsi di daerah Orchard Road. Perempuan kedua ini sangat berbahagia karena mendapat keinginannya.
Perempuan ketiga yang merasa kesepian karena ditinggal dua orang temannya, kini harus tinggal sendirian di pulau tak berpenghuni. Dirinya lalu mengajukan permintaan agar kedua temannya dapat hadir kembali di sampingnya, dan menemani dirinya yang sedang kesepian di pulau tersebut. Tak lama kemudian.. kedua temannya sudah hadir kembali di sampingnya menemani, disertai wajah yang menahan penuh dengan amarah.
Dari cerita fiksi di atas, kita dapat belajar betapa pentingnya dengan siapa kita berteman. Bahkan ada istilah yang sering kita dengar,
“Lima orang terdekatnya kita, akan mempengaruhi bagaimana arahnya jalan di hidup kita.”
Orang-orang yang sering kita telepon, orang-orang yang sering kita ajak berdoa bersama, makan bersama, mendiskusikan hidup bersama.. lama-kelamaan kita akan menjadi mirip dengannya di dalam perkataan dan perbuatan.
Memang, tidak ada seorangpun yang sempurna di dalam dunia ini karena kita semua memiliki kelebihan dan kekurangannya. Kita juga dapat belajar bahwa hidup ini tidak boleh bergantung sepenuhnya pada manusia, dan masa pandemi di tahun 2020 yang lalu telah cukup mengajar kita. Saat dunia lockdown, kita hanya bisa bersandar dan berharap sepenuhnya kepada Tuhan.
Hanya Dia yang sanggup memelihara hidup kita, bahkan ketika kita berada di masa tersulit sekalipun. Firman Tuhan mengatakan,
“Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.” (Filipi 4:19).
Pemeliharaan Bapa di Surga masih lebih dari cukup untuk dapat menolong dan mencukupkan semua kebutuhan kita. Bisa jadi kita memang tidak selalu dapat memahami mengapa kita harus mengalami beberapa hal di dalam hidup, tetapi kita harus yakin dan percaya bahwa karya perlindungan-Nya nyata, dan Dia sanggup mencukupkan semua yang kita butuhkan, selama hidup di dunia ini.
Tugas kita adalah menjalani hidup untuk menyatakan kemuliaan-Nya, mengenal Dia lebih dalam lagi, bekerja dan terus berkarya bagi kemuliaan-Nya. Di dalam Dia pasti ada rasa aman. Saat kita susah, kita tidak akan membuat malu nama Tuhan. Saat kita berbahagia, kita tidak akan pernah melupakan-Nya.
Karena hanya Dialah yang sanggup untuk memberkati dan memelihara hidup kita.
Renewing Your Heart.
Mungkin ada rasa tidak puas selama ini di dalam hati dan kita berusaha untuk mencari-cari sesuatu di dalam hidup, rasanya kita ingin untuk memperbarui segala sesuatunya.
Di masa pandemi yang lalu telah menyadarkan kita, ada beberapa bagian di dalam rumah yang perlu untuk diperbarui dan direnovasi. Mungkin saja selama ini kita kurang memperhatikan, karena kita jarang terlalu lama berdiam di dalam rumah.
Demikian pula hal yang sama pada saat kita memandang isi hati dan hidup, kita menemukan selama ini ada begitu banyak ketidakpuasan, pencarian, dan juga keinginan yang di mana kita rindu untuk dapat memenuhi semuanya itu. Dan melaluinya, kita ingin agar semuanya itu dapat terus direnovasi dan diperbarui selalu.
Bila apa yang berada di dalam hati dan hidup kita ingin untuk selalu diperbarui, demikian hal yang sama dengan perjalanan iman kita bersama Tuhan, harus terus diperbarui di setiap harinya.
Karena akhir dari tujuan hidup manusia adalah dapat mengenal Tuhan dan menikmati hadirat-Nya, karena setiap dari kita telah dicipta untuk dapat mengenal lebih karib Pribadi Sang Pencipta. Ada tempat dan ruang di dalam hati yang tidak bisa diisi dengan hal-hal yang berasal dari dalam dunia ini, tetapi hanya bisa diisi oleh Tuhan dan kasih-Nya.
Ketika kita mencoba untuk mengisi dengan apa yang berasal dari dalam dunia, maka kita akan mendapat kekosongan dan kehampaan. Selain itu bila kita tidak mengenal Tuhan, ada “jembatan yang patah” karena dosa yang sudah kita perbuat, sehingga terciptalah jarak yang semakin memisahkan hubungan kita bersama Dia.
Firman Tuhan berkata,
“Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.” (Yesaya 59:1-2).
Kita selalu memerlukan pengampunan dan pembaruan / renewing dari Tuhan, di setiap harinya. Kita juga perlu untuk melihat kembali bagaimana kerasnya hati kita yang selama ini selalu memaksa untuk memenuhi keinginan yang tak ada habisnya, dengan apa yang berasal dari dalam dunia ini. Materi, harta, takhta, cinta.. semuanya ini memang penting, tetapi yang jauh lebih penting adalah kita dapat mencintai dan mengenal Pribadi Tuhan lebih dalam lagi.
“Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman TUHAN.” (Yeremia 9:23-24).
Mari melihat kembali apa yang Tuhan sedang kerjakan dan persiapkan selama ini di dalam hati kita, agar hidup kita selalu diselaraskan dan dimampukan untuk dapat berkenan di hadapan-Nya, menjadi berkat dan terang Kristus, serta dapat mendatangkan kebaikan bagi sesama.
Ada tiga poin yang dapat dipelajari bersama yakni, Ragu, Rela, dan Rindu. Di bawah ini ada dua orang ibu yang kisahnya ditulis di dalam Alkitab, di mana mereka menghadapi keraguan, memilih untuk rela, dan pada akhirnya merindukan lebih.
Kisah Maria dan Yokhebed.
Kisah pertama adalah seorang ibu rumah tangga yang sangat berjasa, tetapi namanya hanya disebut dua kali di dalam Alkitab. Nama ibu ini adalah Yokhebed, ibu dari Harun, Musa, dan Miryam.
“Dan nama isteri Amram ialah Yokhebed, anak perempuan Lewi, yang dilahirkan bagi Lewi di Mesir; dan bagi Amram perempuan itu melahirkan Harun dan Musa dan Miryam, saudara mereka yang perempuan.” (Bilangan 26:59).
Sebelum Musa lahir, yang di mana kisah hidupnya ditulis di dalam kitab Keluaran, di dalam Kejadian pasal 37-50 ditulis pada kita kisah tentang Yusuf yang dijual sebagai seorang budak di tanah Mesir, difitnah istri Potifar dan masuk ke dalam penjara, bertemu juru roti dan juru minuman beserta mimpi keduanya, mengartikan mimpi Firaun dan ditunjuk menjadi seseorang yang memiliki kuasa atas seluruh tanah Mesir (Kejadian 41:40-43), sampai pada akhirnya Yusuf membawa seluruh keluarganya pindah ke Mesir (47:5-6).
Setelah matinya Yusuf (50:26), di Keluaran 1:6-8 mengatakan pada kita,
“Kemudian matilah Yusuf, serta semua saudara-saudaranya dan semua orang yang seangkatan dengan dia. Orang-orang Israel beranak cucu dan tak terbilang jumlahnya; mereka bertambah banyak dan dengan dahsyat berlipat ganda, sehingga negeri itu dipenuhi mereka. Kemudian bangkitlah seorang raja baru memerintah tanah Mesir, yang tidak mengenal Yusuf.”
Oleh karena jumlah bangsa Israel ini semakin banyak, pengawas-pengawas rodi ditempatkan untuk menindas dengan kerja paksa: mereka harus mendirikan bagi Firaun kota-kota perbekalan, yakni Pitom dan Raamses (ayat 11).
Firaun juga memberi perintah pada seluruh rakyatnya,
“Lemparkanlah segala anak laki-laki yang lahir bagi orang Ibrani ke dalam sungai Nil; tetapi segala anak perempuan biarkanlah hidup.” (ayat 22).
Di dalam Keluaran 2, Musa lahir dan diceritakan bahwa ibu Yokhebed ini ragu, apakah yang akan terjadi pada dirinya bila terus menyembunyikan bayi Musa. Menghadapi keraguannya, Yokhebed pada akhirnya memilih merelakan Musa,
“Tetapi ia tidak dapat menyembunyikannya lebih lama lagi, sebab itu diambilnya sebuah peti pandan, dipakalnya dengan gala-gala dan ter, diletakkannya bayi itu di dalamnya dan ditaruhnya peti itu di tengah-tengah teberau di tepi sungai Nil; kakaknya perempuan berdiri di tempat yang agak jauh untuk melihat, apakah yang akan terjadi dengan dia.” (ayat 3-4).
Singkat cerita, bayi Musa di dalam peti tersebut ditemukan oleh puteri Firaun yang sedang mandi di sungai Nil, sempat diasuh dan disusui oleh Yokhebed ibunya, dan setelah besar dibawa kembali pada puteri Firaun untuk diangkat dan dididik menjadi anaknya (ayat 5-10).
Ini adalah kisah pertama, di mana ibu Yokhebed menghadapi keraguan, memilih untuk merelakan Musa anaknya diasuh puteri Firaun, dan merindukan lebih agar melalui Musa yang diangkat dan dididik puteri Firaun, kelak nantinya Musa dapat mengubah sejarah dari bangsa Israel. Yokhebed percaya bahwa Tuhan dapat memakai Musa anaknya, dengan cara yang unik.
Kisah kedua yakni seorang ibu yang pasti sudah sangat kita kenal, yakni Maria, ibunya Yesus. Pada waktu Maria masih muda dan telah bertunangan dengan seorang yang bernama Yusuf dari keluarga Daud, Tuhan menyuruh malaikat Gabriel untuk datang kepadanya (Lukas 1:26-28).
Awalnya Maria ini ragu dan merasa takut ketika mendengar dirinya akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki yang dinamai Yesus (ayat 29-35). Tetapi pada akhirnya Maria setuju dan merelakan kehendak Allah yang terbaik terjadi atas dirinya, dan dia semakin rindu untuk dapat merawat dan membesarkan dengan setia Sang Putra Allah, yakni Yesus.
Maria berkata,
“Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (ayat 38).
Kita dapat membaca di dalam Alkitab bahwa Maria dengan sangat baik merawat dan membesarkan Yesus dari bayi, bertumbuh remaja dan dewasa, menyelesaikan Momen Salib untuk menebus dosanya dan dosa umat manusia, merayakan Dia yang bangkit dari kematian mengalahkan kuasa maut, melihat-Nya terangkat ke Surga dan kembali ke rumah asal-Nya, sampai Maria nantinya bertemu Yesus kembali di dalam kekekalan Surga.
Di atas adalah kisah dua orang ibu yang pada mulanya mengalami keraguan, tetapi mereka memutuskan untuk berani melangkah dan merelakan kehendak Allah terjadi atas dirinya, serta merindukan dan mempercayai Dia lebih lagi dengan bersungguh hati dan mengabdikan diri untuk terus memberikan yang terbaik, dan melihat kemuliaan-Nya dinyatakan di dalam hidup.
“Your greatest contribution to the kingdom of God may not be something you do, but someone you raise. Kontribusi terbesar kita untuk kerajaan Allah mungkin bukan sesuatu yang kita lakukan, tetapi seseorang yang kita besarkan.” (Andy Stanley).
Oleh karena itu, jangan pernah meremehkan pekerjaan yang paling berharga dan mungkin selama ini tampak berjalan dengan rutinitas, yakni membesarkan seseorang.
Selain itu, sering kali kita berkata bahwa kita ini percaya pada Tuhan, tetapi kita tidak melakukan apa-apa dan mau meresponi firman-Nya. Melaluinya kita dapat belajar bahwa, jangan pernah biarkan kemalasan itu membatasi hidup kita, sehingga kita tidak lagi berani untuk mencoba dan melangkah dengan iman terhadap apa yang sudah Tuhan taruh di dalam hati untuk kita perbuat.
Jangan pernah membatasi Tuhan, dengan keterbatasan yang kita miliki.
Ruang Keraguan.
Setiap dari kita pasti memiliki ruang keraguan di dalam hati, dan hal tersebut bisa membawa kita pada kebaikan, atau pun pada kehancuran.
Dalam hal kebaikan, ragu adalah insting yang dapat melindungi kita. Misalnya, ada seseorang yang tidak dikenal tiba-tiba datang mendekat dan menawarkan sebuah produk yang kita tidak tahu barang apa itu, sehingga otomatis kita akan menjadi ragu dan bertanya-tanya, apakah orang tersebut benar berniat baik? Atau jangan-jangan dia hendak menipu dan mencelakakan hidup kita?
Selain itu mungkin ada nalar yang belum terlatih, sehingga kita tidak dapat memutuskan dan membedakan mana hal yang baik, yang benar, dan mana yang tidak.
Ada empat hal tentang keraguan, yang penting untuk kita bahas.
Pertama. Keraguan akan Identitas Diri.
Identitas diri bukan hanya soal nama kita saja, karena bisa jadi beberapa orang memiliki nama yang sama seperti kita. Tetapi yang menjadi pertanyaannya adalah,
Kalau misal nama kita, harta kita, asal kita dari sekolah mana, lingkungan kita, dan semua info tentang kita itu diambil dari hidup kita..
Apakah kita akan tetap menjadi seorang yang sama? Apakah identitas jati diri kita akan tetap ada, atau justru malah menghilang, dan sikap kita dapat berubah seratus delapan puluh derajat? Hal apakah yang permanen dan tidak bisa diambil manusia, sehingga kita benar-benar berpikir dan mempertahankan siapa identitas jati diri kita yang sesungguhnya?
Sebab hal inilah yang paling sering “digoyang” Iblis. Kalau kita tidak mengenal dan memahami dengan benar siapa identitas jati diri kita sebagai anak-anak Allah, maka kita akan dengan mudahnya diarahkan untuk menjadi siapa yang sebenarnya bukan identitas diri kita, ataupun kita dapat berubah “menjadi orang lain” yang sikapnya bisa jadi lebih buruk dari kita, atau malah kita hidup dengan tidak mensyukuri akan apa yang masih kita miliki.
Kedua. Keraguan akan Makna dan Tujuan Hidup.
Kita semua memiliki pertanyaan, apa makna dan tujuan hidup kita yang sesungguhnya?
Pertama, kita semua sama-sama pernah lahir ke dalam dunia yang fana dan nantinya setiap dari kita pasti juga akan meninggalkan dunia ini, dan menuju pada keabadian. Kedua, tetapi untuk kematian kita semua sama-sama tidak ada yang tahu kapan tanggal pastinya. Tetapi ada satu hal yang pasti, di antara titik kelahiran dan titik kematian, di tengahnya setiap orang masih memiliki pilihan untuk mau menjalani hidup seperti apa.
Apakah mereka nantinya akan menjalani hidup ini dengan takut akan Tuhan dan bijaksana? Atau justru menjalani dengan semaunya sendiri?
Kita pasti memiliki kisah untuk diceritakan, bukan hanya pada saat mengalami hal baik saja tetapi bahkan di saat terburuk, kita masih memiliki pengharapan di dalam Kristus. Selain itu, setiap pertemuan bersama dengan orang-orang di manapun kita berada.. dapat merangkai hidup kita menjadi sebuah kesatuan kisah yang indah, penuh dengan hikmat dan dapat menjadi berkat, bagi siapapun yang membutuhkannya.
Ketiga. Keraguan akan Penderitaan dan Kepuasan.
Kita mungkin sering bertanya mengapa di dalam hidup ini diizinkan banyak sekali orang-orang yang mengalami penderitaan, dan jarang ada yang merasa puas, karena hidupnya tidak mengalami penderitaan. Sering kali kita juga menjadi kecewa karena perasaan kita dilukai sesama, sehingga kita menjadi ragu atas berbagai kebaikan Tuhan yang terjadi selama ini di dalam hidup.
Kita juga berpikir mengapa masih ada seseorang yang bergumul dengan sakit penyakit yang tak kunjung sembuh, serta mengalami berbagai keterbatasan di dalam hidup ini.
Keempat. Keraguan akan Keabadian.
Keraguan adalah sifat asli manusia, tetapi melalui semuanya itu kita harus mendasari setiap keraguan dengan iman yang teguh pada Kristus, sesuai dengan apa yang tertulis di dalam kebenaran firman Tuhan / Alkitab. Itulah sebabnya sangat penting bagi kita untuk mempelajari apa yang tertulis di dalam Alkitab, sehingga kita dapat memahami apa makna hidup, yang sesungguhnya berjalan dengan sangat singkat ini.
Di sepanjang hidup ini kita masih dapat meminta kasih dan hikmat Tuhan untuk terus menuntun, menyelaraskan, dan memampukan setiap kita untuk dapat melihat penyertaan-Nya yang setia pada saat kita menjalani berbagai proses yang dapat membentuk hidup kita menjadi lebih baik.
Dialah yang dengan setia akan terus menopang hidup kita, sampai nantinya kita berpindah dari pelabuhan hidup yang fana dan menyeberang pada pelabuhan hidup selama-lamanya / kekekalan.
Ragu adalah hal yang wajar, semua orang pasti pernah mengalaminya. Tetapi serahkan setiap keraguan dan kekuatiran kita pada Tuhan, sebab hanya Dia yang sanggup memelihara hidup kita (1 Petrus 5:7), dan yang dapat menenangkan hati dan hidup kita. Keraguan yang tidak mau kita taruh dan tundukkan di bawah kaki-Nya dapat dimanfaatkan Iblis, sehingga membuat kita tidak lagi percaya pada kebaikan Tuhan. Padahal,
“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Roma 8:28).
Setiap keraguan yang ditundukkan di bawah kaki-Nya, maka hal ini sama seperti doa yang dipanjatkan seorang ayah yang anaknya dikuasai roh jahat, yang membuat anaknya bisu dan tuli,
“Jawab Yesus: “Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!” Segera ayah anak itu berteriak: “Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!”” (Markus 9:23-24).
Tuhan mau bersabar dalam menghadapi setiap kita anak-anakNya yang sering kali ragu terhadap-Nya. Bahkan Tuhan juga mengundang kita untuk datang dan mendiskusikan semua keraguan yang kita miliki, dengan apa yang tertulis di dalam kebenaran firman-Nya / Alkitab. Apa pun bentuk keraguan yang sedang kita pergumulkan, belajarlah untuk tetap percaya dan terus menyerahkan kekuatiran kita kepada-Nya. Bukannya malah lari menjauhi-Nya, dan mencari jawaban di dalam dunia yang tidak memiliki jawabannya.
Ruang Kerelaan.
Ada sebuah pertanyaan yang harus kita renungkan dan putuskan di dalam hidup ini,
Kapan waktunya kita ini mau rela untuk melepas segala kehidupan “manusia lama” kita, semua sifat yang buruk, dan juga berbagai hal yang sama sekali tidak membawa kebaikan di dalam hidup.. dan menerima hal baru yang Tuhan sudah sediakan di dalam hidup agar kita dapat menjadi “manusia baru” di dalam Kristus? Firman Tuhan berkata,
“Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus, yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.” (Efesus 4:21-24).
Hidup ini penuh pilihan, dan setiap pilihan pastinya memiliki konsekuensi. Oleh karena itu kita harus memilih dan melakukan sesuatu dengan baik dan benar, serta harus belajar memilih segera. Karena tidak memilih, juga adalah sebuah pilihan.
Bagaimana kita bisa memilih apa yang baik dan benar? Hal apa sajakah yang perlu untuk kita lepaskan? Yakni, kebencian di dalam hati, kemarahan, dendam, pola pikir dan pola hidup yang salah selama ini, perkataan dan perbuatan yang telah mendukakan hati Tuhan, serta siapa saja yang perlu untuk diampuni di dalam hidup kita?
Mintalah hikmat dan kekuatan Tuhan, agar kita dimampukan untuk dapat melepas itu semua.
“Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada TUHAN, maka Dia akan mengasihaninya, dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan limpahnya.” (Yesaya 55:7).
Siapa saja yang selama ini telah melukai hati kita, dan siapa yang kita masih bisa percaya di dalam hidup ini? Kita masih bisa mempercayai Tuhan dan juga tentunya, kedua orang tua yang sudah dipercayakan Dia di dalam hidup kita.
Selain itu kita juga memiliki Tuhan yang dekat, bukan Tuhan yang jauh, dan Dia mau memahami setiap penderitaan dan kekecewaan yang sedang kita alami. Hanya Tuhan Yesus yang berani mengatakan bahwa Dia itu mengerti, turut merasakan, dan juga mengalami semua hal yang kita pernah alami. Firman-Nya berkata,
“Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.” (Ibrani 4:15-16).
Hanya Tuhan Yesus satu-satunya Pribadi yang mau memahami dan pernah mengalami segala macam bentuk penderitaan yang pernah kita alami.. dan melalui semuanya itu, Dia mau agar kita terus mengarahkan pandangan hanya kepada-Nya, bukan pada yang lain.
Tetapi, apakah kita benar-benar mengenal siapa Pribadi Tuhan Yesus yang selama ini sangat menyayangi hidup kita? Banyak orang menyebut Nama-Nya, Nama yang paling dikagumi dan ditakuti, tetapi juga sering diremehkan. Nama Yesus adalah Nama yang paling banyak dibicarakan di sepanjang kehidupan umat manusia.
One Solitary Life.
Reverend James Allan Francis pada Tgl. 11 Juli 1926 telah menulis puisi populer yang berjudul “One Solitary Life / Sebuah Kehidupan yang Menyendiri”, yang menggambarkan kehidupan Tuhan Yesus selama hidup di atas muka bumi ini. Berikut di bawah ini adalah isi dari puisinya,
He was born in an obscure village, the child of a peasant. He grew up in another village, where He worked in a carpenter shop until He was 30. Then, for three years, He was an itinerant preacher.
(Bahasa Indonesia: Dia lahir di sebuah desa yang tidak dikenal, sebagai anak seorang petani. Dia bertumbuh besar di desa lain, di mana Dia bekerja di bengkel pertukangan kayu hingga berusia tiga puluh tahun. Kemudian selama tiga tahun berikutnya, Dia menjadi Pengkhotbah keliling).
He never wrote a book. He never held an office. He never had a family or owned a home. He didn’t go to college. He never lived in a big city. He never traveled 200 miles from the place where He was born. He did none of the things that usually accompany greatness. He had no credentials but Himself.
(Bahasa Indonesia: Dia tidak pernah menulis buku. Dia tidak pernah menduduki jabatan di sebuah kantor. Dia tidak pernah memiliki keluarga ataupun memiliki sebuah rumah. Dia tidak pernah pergi ke tempat kuliah / perguruan tinggi. Dia tidak pernah tinggal di kota besar. Dia tidak pernah bepergian sejauh 200 mil, dari tempat di mana Dia dilahirkan. Dia tidak melakukan hal-hal yang biasanya menyertai sebuah kebesaran. Dia tidak memiliki kredensial / berbagai bukti untuk menyatakan kemampuan yang Dia dapat lakukan, selain Diri-Nya sendiri yang merupakan bukti hidup).
He was only 33 when the tide of public opinion turned against Him. His friends ran away. One of them denied Him. He was turned over to His enemies and went through the mockery of a trial. He was nailed to a cross between two thieves. While He was dying, His executioners gambled for His garments, the only property He had on earth. When He was dead, He was laid in a borrowed grave, through the pity of a friend.
(Bahasa Indonesia: Dia baru berusia 33 tahun ketika gelombang opini publik berbalik menentang-Nya. Teman-temanNya melarikan diri, salah satu dari mereka menolak-Nya. Dia diserahkan kepada musuh-musuhNya dan menjalani pengadilan yang penuh dengan ejekan. Dia dipaku di atas kayu salib, di antara dua pencuri. Saat Dia sekarat, para algojo mempertaruhkan pakaian-Nya, satu-satunya harta yang Dia miliki di atas muka bumi ini. Ketika Dia meninggal, Dia dibaringkan di kuburan pinjaman, karena rasa kasihan dari seorang teman).
Twenty centuries have come and gone, and today He is the central figure of the human race. I am well within the mark when I say that all the armies that ever marched, all the navies that ever sailed, all the parliaments that ever sat, all the kings that ever reigned—put together—have not affected the life of man on this earth as much as that one, solitary life.
(Bahasa Indonesia: Selama dua puluh abad telah datang dan pergi, dan pada hari ini Dia adalah tokoh utama dan pusat dari sejarah perjalanan hidup umat manusia. Saya yakin sekali ketika mengatakan bahwa semua tentara yang pernah berbaris, semua tentara angkatan laut yang pernah berlayar, semua anggota parlemen yang pernah duduk bersidang, semua raja yang pernah memerintah—jika semua digabungkan—maka tidak ada yang dapat memengaruhi kehidupan umat manusia di bumi ini, sebanyak kehidupan Tuhan Yesus yang menyendiri).
Inilah Tuhan Yesus yang kita sembah.
Tuhan mau memakai perempuan.
Kita mungkin sering mendengar kisah Tuhan Yesus yang dibagikan melalui khotbah, bacaan, dan juga dari berbagai sumber. Kita juga membaca dari Alkitab dan mengetahui segala pelayanan-Nya, pengorbanan, dan juga kebangkitan-Nya.. ini semua adalah bentuk kisah cinta Tuhan yang Dia perbuat, untuk merenovasi hati dan hidup kita.
Tuhan Yesus memulai hidup-Nya didampingi Maria ibu-Nya yang dipilih untuk membesarkan-Nya. Kemudian di akhir hayat-Nya, di kuburan-Nya, dalam momen kebangkitan-Nya.. juga disaksikan pertama kali oleh beberapa orang perempuan.
Di dalam budaya yang selama ini mengabaikan pihak perempuan dan mereka tidak diberi kesempatan untuk dapat menyampaikan suara, dan mengungkapkan isi hati serta pendapat.. melalui kisah di atas Tuhan Yesus ingin mengatakan betapa berharga, betapa Dia mengasihi, memiliki rencana yang indah, dan Dia mengizinkan serta memberi kesempatan pada pihak perempuan untuk kini bersuara dan memberi kesaksian. Sebab yang pertama kali melihat kebangkitan-Nya adalah beberapa orang perempuan,
“tetapi pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu mereka pergi ke kubur membawa rempah-rempah yang telah disediakan mereka. Mereka mendapati batu sudah terguling dari kubur itu, dan setelah masuk mereka tidak menemukan mayat Tuhan Yesus. Dan setelah mereka kembali dari kubur, mereka menceriterakan semuanya itu kepada kesebelas murid dan kepada semua saudara yang lain. Perempuan-perempuan itu ialah Maria dari Magdala, dan Yohana, dan Maria ibu Yakobus. Dan perempuan-perempuan lain juga yang bersama-sama dengan mereka memberitahukannya kepada rasul-rasul.” (Lukas 24:1-3, 9-10).
Dia mengasihi, menghargai, dan mau memakai hidup kita semua untuk dapat menyatakan kemuliaan-Nya, di akhir zaman ini.
Tuhan Yesus yang sepenuhnya adalah manusia dan sepenuhnya memiliki sifat Ilahi di dalam satu Pribadi, dua kodrat yang ditemukan sebagai satu kesatuan yang utuh, tanpa mengurangi perbedaan yang diperlukan. Di dalam kemanusiaan-Nya Yesus telah menderita, belajar taat pada kehendak Bapa-Nya, telah dicobai dan juga merasa lapar serta haus, dan dapat mati di atas kayu salib.
Tetapi di dalam keIlahian-Nya, Yesus Mahatahu, berdaulat, Mahakuasa, dan tidak berdosa.
Hanya manusia yang mampu untuk menebus dosa manusia (Filipi 2:5-11), dan hanya Tuhan yang mampu untuk menaati tuntutan hukum dengan sempurna. Seharusnya kita yang dihukum karena dosa-dosa kita, dan kita juga telah gagal di dalam menaati semua tuntutan hukum dengan sempurna. Namun Tuhan Yesus di atas kayu salib, sudah menyelesaikan kedua masalah yang tak dapat diselesaikan oleh manusia manapun di atas muka bumi ini, dengan sempurna (Yohanes 19:30).
Hanya di dalam Tuhan Yesus, ketika kita mau berserah dan mempercayakan hidup seutuhnya kepada-Nya, maka kita dapat dimerdekakan (Yohanes 8:36) dan mengalami perubahan hidup. Bila pada mulanya murid-murid Tuhan Yesus lari meninggalkan-Nya, ketika melihat Dia ditangkap dan lalu disalibkan.. tetapi setelah bangkit dari kematian, Dia mengumpulkan kembali dan memperlengkapi murid-muridNya untuk dapat menjadi pribadi yang lebih berani dan mengubah dunia, dengan kuasa dari Roh Kudus.
Tuhan Yesus yang sama yang telah mengubah hidup murid-muridNya, adalah Tuhan Yesus yang sama, yang masih sanggup untuk mengubah hidup kita. Ketika kita mau percaya dan melakukan semua kebenaran firman-Nya.. maka kita nantinya akan melihat bagaimana karya Tuhan yang mulia itu, dapat dinyatakan di dalam hidup kita semua.
Oleh karena itu jawaban dari siapa identitas jati diri kita tidak hanya ditentukan dari asal-usul, nama, ataupun harta yang kita miliki.. semuanya adalah bonus dari Tuhan yang bisa diambil kapan saja, dan ketika diambil, kita tidak akan hancur karena Dia adalah Pemilik dari segalanya. Tetapi satu hal yang pasti bahwa, Dia adalah Tuhan yang masih sanggup untuk menopang dan memampukan hidup kita untuk dapat menjadi berkat bagi sekitar kita.
Kita adalah milik-Nya yang sudah ditebus mahal dengan darah Tuhan Yesus, sehingga hidup kita diberi kuasa dan dimampukan untuk dapat menjadi saksi Kristus, di manapun kita berada.
Karena kita adalah milik-Nya dan kita dikenal-Nya, maka semua hal baik yang terjadi di dalam hidup bukan semata-mata karena kehebatan kita, tetapi karena ada Tuhan yang telah memberi kita otoritas dan juga akses untuk dapat bertemu dengan-Nya, serta melakukan berbagai pekerjaan-Nya.
Karena itulah, setiap bagian dari hidup kita itu pasti memiliki makna dan ada tujuan-Nya.
Firman Tuhan berkata,
“Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,” (Filipi 3:7-8).
Semakin kita dekat dan mengenal-Nya dengan karib, maka semua pencapaian di dalam dunia ini akan semakin tidak ada nilainya. Bukannya kita sudah tidak mau dan tidak suka lagi, tetapi di dalam hati kita, Pribadi Tuhan Yesus itu masih jauh lebih berharga dan mulia dari semua pencapaian prestasi yang pernah ada di dalam dunia ini.
Oleh karena itulah kita bisa melewati berbagai penderitaan dengan “kepuasan yang tepat”.
Ketika kita merasa puas karena pemeliharaan berkat-berkatNya, kita tidak akan menjadi seseorang yang sombong karena selalu diingatkan untuk tetap rendah hati, bahwa semua ini hanyalah berkat-Nya semata. Tetapi ketika hidup kita diizinkan mengalami berbagai penderitaan, kasih karunia-Nya pasti akan menopang dan menjaga hidup kita, sehingga kita tidak akan hancur.
Di dalam Kristus kita masih bisa diizinkan untuk mengalami ini semua, karena kita tahu bahwa semua yang kita miliki adalah milik-Nya, bukan milik kita. Oleh karena itu ketika kita datang ke dalam dunia ini, kita tidak dapat membawa apa-apa. Pada saat kita pergi meninggalkan dunia ini, kita pun juga tidak bisa membawa apa-apa untuk masuk ke dalam kekekalan.
Tetapi relasi karib kita bersama dengan Tuhan yang terus dibangun di setiap harinya melalui membangun hubungan karib di dalam doa dan juga pembacaan firman-Nya / Alkitab.. itulah nantinya yang akan menentukan. Setiap kita terus diproses dan dipersiapkan untuk kekekalan Surga.
“Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya.” (Filipi 3:20-21).
Ketika Tuhan memproses dan mempersiapkan dengan membedah dan mengubah hati kita, Dia terus merenovasi hidup kita melalui pengenalan kita akan Dia, kita memutuskan untuk tetap hidup di dalam-Nya, dan melihat bahwa kita hidup ini ada tujuan-Nya yakni untuk berkarya, tetap melakukan yang terbaik, dan melalui semua proses yang ada akan mempersiapkan kita bila tiba waktu-Nya.. maka kita dapat menikmati kekekalan Surga.
Iblis akan membuat kita menjadi super sibuk untuk melihat apa saja yang berada di dalam airport / bandara penerbangan, dan dia mengalihkan perhatian kita agar kita tidak lagi memperhatikan kapan saatnya jam penerbangan kita berangkat. Tetapi di dalam Tuhan, kita dipersiapkan dan terus diingatkan agar jangan sampai tergoda terlalu lama dengan berbagai toko yang ada di dalam bandara tersebut, dan jangan sampai kita melewatkan keberangkatan jam pesawat kita.
Iblis akan membuat kita menjadi seseorang yang super sibuk dengan menikmati berbagai isi yang ada di dalam dunia ini—dia tidak mau agar kita mempersiapkan diri untuk kekekalan. Tetapi di dalam Tuhan, kita memang masih bisa menikmati dan mensyukuri semua berkat yang sudah Dia beri, tetapi kita terus diingatkan-Nya agar mempersiapkan diri dengan baik untuk tiba saat-Nya, kita masuk ke dalam kekekalan Surga.
Ruang Kerinduan.
Kerinduan seperti apakah yang selama ini kita miliki? Di dalam dunia ini ada dua jenis kerinduan. Yang pertama adalah kita rindu akan selera Surgawi. Yang kedua adalah kita rindu akan selera duniawi. Semakin kita dekat dengan Tuhan, maka semakin diubahkan juga selera yang ada di dalam hati dan hidup kita. Selera Surgawi semakin naik, dan selera duniawi semakin menurun.
Indikator kita sehat secara hati untuk hidup menyatakan kemuliaan bagi nama Tuhan adalah dengan melihat, selera apa yang sebenarnya kita miliki? Sebab selera tersebut yang nantinya akan membawa perubahan seperti apa, di dalam hidup kita. Ketika Tuhan merenovasi hati kita, maka Dia yang akan memberikan pada kita selera Surgawi. Indikator selera duniawi akan semakin menurun, dan indikator selera Surgawi semakin naik.
Maka dari itu, izinkan Tuhan untuk terus menuntun setiap kita dalam menjalani hidup yang penuh dengan pertobatan, dan juga kesungguhan hati.
Izinkan Dia untuk terus membedah dan merenovasi apa yang berada di dalam hati kita, serta mengeluarkan setiap hal yang tidak berkenan dan yang mendukakan hati-Nya, yang selama ini bisa jadi tersimpan begitu erat di dalam hati kita.
Percayalah bahwa Dia sanggup untuk menjamah dan mengubah hidup kita menjadi seorang pribadi yang jauh lebih baik lagi, melalui proses pengudusan hidup di setiap harinya. Pada mulanya pasti akan merasa sakit dan tidak nyaman, tetapi pada jangka panjangnya, pasti ada tujuan-Nya dan akan membawa kebaikan di dalam hidup.
Kesaksian Ibu Pdt. Tracy Trinita.
Di tahun 2017, Pdt. Tracy menelepon dan memberitahu temannya pada saat dirinya sedang berada di dalam taksi di Singapura. Pdt. Tracy membacakan semua daftar yang harus dilakukan temannya kalau misal hasil pemeriksaan dokter tetap tidak baik, dirinya tidak mendapatkan kesembuhan, dan hidupnya di dalam dunia ini pada akhirnya… harus berakhir.
Di dalam daftar tersebut, Pdt. Tracy sudah menulis siapa saja hamba Tuhan yang nantinya akan melayani di ibadah penghiburan, dirinya juga ingin agar setiap pelayat yang hadir dapat memakai baju berwarna-warni, lalu agar banyak bunga Lily di ruang persemayamannya, karena dirinya sangat menyukai bau harum dari bunga tersebut.
Temannya yang pada saat itu mendengar, langsung menegur dan memperingatkannya. Tujuan dari Pdt. Tracy dan temannya yang pada saat itu hendak pergi ke dokter adalah untuk membaca bagaimana hasil pemeriksaannya lebih lanjut, karena pihak dokter sebelumnya telah menemukan kanker di dalam tubuhnya.
Pdt. Tracy benar-benar kuatir dan merasa takut akan banyak hal. Terlebih lagi pihak dokter yang mengatakan bahwa kanker yang ada di dalam tubuhnya ini adalah jenis kanker ganas, dan diperkirakan dirinya menjalani hidup yang tidak panjang, yakni hanya enam bulan saja.
Pada saat tubuh Pdt. Tracy mulai diperiksa dan di-scan di mesin MRI, dirinya mulai menangis. Semua ambisi dunia yang dimilikinya selama ini tiba-tiba tersingkirkan dan hanya tersisa kalimat,
“Tuhan, saya masih mau hidup. Saya tidak mau meninggal dunia di usia 35 tahun ini.”
Pdt. Tracy memanjatkan doa seperti itu karena selain ingin menikmati masa hidup yang jauh lebih panjang, dirinya juga merasa masih banyak hal yang mau diperbuatnya, termasuk kerinduannya untuk dapat melayani Tuhan lebih lagi.
Pdt. Tracy juga rindu untuk dapat berkhotbah dan menceritakan tentang siapa pribadi Tuhan Yesus, di manapun dirinya berada. Sekalipun sudah melayani menjadi seorang hamba Tuhan selama tujuh tahun, Pdt. Tracy merasa apa yang diperbuatnya masih bisa lebih maksimal lagi, untuk dapat menyatakan kemuliaan-Nya.
Ketika kita berada di dalam mesin MRI, yang tersisa di dalam mesin tersebut hanyalah diri kita sendiri bersama Tuhan. Semua yang selama ini kita anggap penting dan kita kejar, tidak lagi menjadi penting. Hanya ada Tuhan, diri sendiri, dan juga kertas tipis yang menjadi pakaian dari Pdt. Tracy.
Sebelumnya Pdt. Tracy tidak pernah membayangkan bahwa Tuhan akan mengizinkan dirinya untuk mengalami semuanya ini. Dan melalui semua ini, semua daftar list yang selama ini menjadi keinginannya untuk didapat di dalam dunia.. telah runtuh. Di dalam mesin MRI tersebut, Pdt. Tracy sudah tidak lagi menginginkan apa-apa, selain hanya pribadi Tuhan yang dapat menyembuhkan penyakit yang dideritanya.
Keluar dari dalam mesin, Pdt. Tracy menangis karena merasa hidupnya sudah mendekati ajal. Besoknya di dalam taksi dirinya menceritakan pada temannya, serta membayangkan kematian yang sudah berdiri di depan matanya, dan juga membahas tentang jalannya prosesi yang harus dilakukan di dalam ibadah penghiburannya.
Tetapi setelah membaca hasil MRI yang terbaru, dokternya merasa heran dan terkejut. Pada pemeriksaan sebelumnya, sudah ada hasil yang diperkirakan Pdt. Tracy terkena kanker pankreas, di mana usia penderitanya hanya enam bulan saja. Tetapi di dalam hasil MRI yang baru, sudah tidak ditemukan lagi kankernya.
Pdt. Tracy merasa kuat dan mengucap syukur pada Tuhan, bahwa Dia sudah “membaptis“ ulang dirinya dengan mukjizat kesembuhan-Nya di dalam mesin MRI tersebut. Tuhan juga “membanting stir” arah di dalam hidupnya untuk tidak lagi mencari dan mengejar hal-hal yang sifatnya duniawi, tetapi mengejar dan memperdalam hubungan karibnya bersama dengan Tuhan. Tidak ada yang lain.
Bagian Penutup.
Pada akhirnya yang tersisa hanyalah hubungan karib kita bersama dengan Tuhan saja. Sebab ada masa di mana anggota keluarga yang kita sayangi, tidak selalu bisa menemani dan memahami perjuangan yang sedang kita lalui di dalam hidup. Ada masa di mana tidak ada seorangpun selalu dapat membantu hidup kita.
Tetapi ada satu Pribadi yang sangat mengasihi dan tidak pernah meninggalkan kita sendirian. Nama-Nya adalah Tuhan Yesus. Dia mau mendampingi, merenovasi hati, terus memperindah hidup kita, menyingkirkan segala bentuk keraguan, dan memampukan kita untuk merelakan pergi hal-hal yang selama ini mendukakan hati-Nya.
Sehingga kerinduan kita hanya satu, yakni Tuhan Yesus saja yang bertakhta di dalam hati dan hidup. Izinkan Dia terus merenovasi kita.
Sebuah Doa.
Bapa di Surga, Tuhan Yesus, dan Roh Kudus.
Pada hari ini, Engkau telah banyak berbicara dan melakukan operasi di dalam hati kami secara Ilahi. Apa yang tadinya kami anggap penting di dalam hidup kami, segala pencapaian dan selera duniawi, yang memang sebenarnya adalah pemberian dari-Mu.. sekarang kami telah diberi hikmat untuk dapat melihat dan memahami, bahwa sesungguhnya yang jauh lebih penting dari semuanya ini adalah dapat mengenal siapa Pribadi-Mu.
Mampukan setiap kami mulai hari ini untuk merindukan selera Surgawi, yakni melakukan panggilan kudus-Mu, mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan hidup kami, serta mengasihi sesama seperti kami mengasihi diri kami sendiri (Matius 22:36-40). Ingatkan selalu bahwa setiap kami dipanggil untuk dapat memberitakan Injil Kristus (Matius 28:19-20), dan biarlah selera Surgawi itu semakin tinggi, dan memenuhi hati serta hidup kami.
Biarlah hati dan hidup kami diperbarui hari demi hari di dalam kekudusan-Mu, dan kami terus diselaraskan dan dimampukan untuk dapat semakin serupa dengan Tuhan Yesus yang kami sembah. Kami mau untuk percaya dan bersandar penuh hanya kepada-Mu ya Tuhan, dan biarlah Roh Kudus terus berkarya untuk semakin memurnikan, menajamkan, dan membuat kami menjadi pribadi yang hidupnya semakin cemerlang di dalam dunia ini (Matius 5:13-16).
Kami mau untuk semakin mengasihi dan dikasihi Allah, dan juga dihormati manusia sehingga Nama-Mu dapat dipermuliakan melalui hidup kami.
Pakailah kami yaa Tuhan, biarlah operasi Ilahi pada hari ini di dalam hati dan hidup kami, membuat Engkau semakin bertakhta dan berdaulat, serta dipermuliakan melalui hidup kami.
Terima kasih Tuhan Yesus karena sudah membantu kami untuk melepas berbagai selera duniawi yang telah mendukakan hati-Mu, dan menambah selera dan kerinduan agar kami dapat memuliakan-Mu.
Biarlah hati dan hidup kami selalu rindu untuk melakukan sesuatu yang memuliakan nama-Mu, dan biarlah kami juga mau untuk menyingkirkan segala bentuk keraguan di dalam hidup kami. Selain itu, berikan hikmat, kasih dan kemampuan dari-Mu agar kami dapat meninggalkan segala sesuatu yang bukan dari Tuhan, serta kami rindu untuk hidup kami semakin dipakai Tuhan lebih lagi, semakin mencintai Tuhan, dan semakin diurapi dan dipakai Tuhan untuk dapat membawa jiwa-jiwa yang terhilang kembali pada kasih Bapa.
Terpujilah nama-Mu ya Tuhan. Biarlah hari ini dan hari-hari ke depan kami boleh melihat kebaikan Tuhan terjadi di dalam hidup kami, dan kami juga diberi kasih dan hikmat untuk dapat berbagi kebaikan Tuhan bagi orang-orang di sekitar kami.
Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa.
Amin. Tuhan Yesus memberkati kita semua.
Comments