Catatan Khotbah: Tiga Sikap Positif, Bagian Kedua. Ditulis dari sharing Bp. Pdt. Arthur Siagian, di Ibadah Minggu Tgl. 12 Februari 2023.
Di dalam kitab Filipi 2, kita dapat belajar ada Tiga Sikap Positif, bagian kedua.
Poin Pertama. Membangun Hidup dalam Kesatuan.
“Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;” (Filipi 2:1-3).
Kesatuan bukanlah suatu keadaan yang bisa terjadi secara instan, tetapi kondisi yang harus terus diperjuangkan dan juga diusahakan oleh setiap kita. Harus dikerjakan setiap hari, dan sebagai anggota tubuh Kristus kita harus dengan rela dan rendah hati untuk mau selalu mengusahakannya. Setiap kita memiliki tanggung jawab atasnya.
Mengapa harus diperjuangkan?
Karena hanya di dalam kesatuan, dunia (mereka yang belum percaya pada Kristus) dapat melihat-Nya dan keindahan kehidupan di dalam-Nya. Melalui kita sebagai gereja-Nya, mereka dapat melihat Kristus jika melihat kehidupan kita yang saling mengasihi, mengampuni, dan juga menerima satu dengan lainnya di antara kita.
Kesatuan akan berbicara lebih kuat. Tidak mungkin kita berbicara pada dunia bahwa di dalam Kristus ada penerimaan, tetapi kita tidak mau menerima keberadaan orang lain. Tidak mungkin kita memberitakan di dalam Yesus ada pengampunan, tetapi kita masih hidup dalam dosa, tidak mau mengasihi, dan juga tidak mau mengampuni sesama kita. Ketika kita mau dan rela untuk hidup dalam kebenaran, baru mereka tertarik untuk mau datang.
Gereja Tuhan dapat menghadirkan damai di setiap kota, kita tidak terhanyut dengan berbagai konflik yang ada. Untuk Pemilu, pilihan boleh saja berbeda, tetapi di dalam gereja Tuhan kita tetap adalah satu keluarga. Tidak boleh terpisahkan hanya karena perbedaan pilihan.
“Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.“ (Yohanes 17:20-21).
Bila kita hidup dalam kesatuan, kita sedang menggenapi kehendak Kristus karena hal ini adalah pokok doa yang pernah dinaikkan oleh-Nya. Mengusahakan kesatuan tidak bergantung dari apa yang orang lain belum / sudah lakukan dalam hidup kita. Karena apa pun perlakukan orang lain pada kita, kita tetap harus belajar untuk mengasihi mereka. Dalam kesatuan, Tuhan memerintahkan berkat-Nya dicurahkan di dalam hidup, dan juga di tengah-tengah kita. Yang menjadi penghalang berkat Tuhan dicurahkan adalah, kita tidak mau mengusahakan kesatuan.
“Persaudaraan yang Rukun. Nyanyian ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.” (Mazmur 133).
Poin Kedua. Memiliki Hati yang Rela Berkorban.
“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” (Filipi 2:5-8).
Kesatuan tidak mungkin dapat terjadi bila kita tidak punya sikap hati yang rela untuk berkorban. Harusnya hal ini memenuhi hati dan pikiran kita di setiap hari yang sedang dijalani. Memang, kita bisa saja mendengar kata-kata menyakitkan yang terlontar dari sesama. Tetapi tetaplah menjaga hati dan pikiran kita dengan apa yang berada di dalam hati dan pikiran Kristus. Sebab bila tidak, kita akan mudah dihanyutkan dan tidak dapat hidup dalam ketaatan pada firman-Nya.
Kita mau untuk rela berkorban demi kepentingan dan keuntungan diri kita sendiri, tetapi jika kerelaan kita berkorban selama ini ditujukan hanya untuk kepentingan diri sendiri.. maka kita akan gagal untuk berjalan dalam ketaatan, dan hal ini menghalangi kehendak Tuhan atas hidup kita sebagai pribadi maupun gereja Tuhan untuk dapat digenapi.
Kita perlu hati yang rela berkorban untuk Tuhan, agar setiap kita dimampukan untuk dapat hidup dan berjalan di dalam ketaatan. Itulah sebabnya Rasul Paulus memberi nasihat pada jemaat yang ada di Filipi untuk mau menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat pada Kristus, agar dengan sikap hati yang rela berkorban itu, mereka dapat hidup dan berjalan di dalam ketaatan, mau melakukan kehendak Tuhan sampai digenapi di dalam hidup mereka.
Kehendak Kristus itu jauh lebih bernilai dari kepentingan diri kita sendiri. Kita dapat melihat teladan yang sudah Dia berikan dengan kedatangan-Nya ke dalam dunia agar Dia bisa taat dan menyelesaikan misi-Nya yakni, mati di atas kayu salib untuk menebus dosa manusia dan juga bangkit dari kematian untuk mengalahkan kuasa maut.
Dengan demikian kita dapat belajar bahwa bahasa kasihnya Tuhan itu adalah ketaatan. Kalau kita ingin menyenangkan hati Tuhan, dengarlah apa yang Tuhan sudah katakan dan lakukan dengan segera di dalam hidup kita.
Di dalam ketaatan, Tuhan memimpin langkah hidup kita dan juga menuntun kita untuk dapat masuk ke dalam rencana-Nya. Dia membentuk hidup kita agar dapat menjadi semakin serupa dengan gambar Anak-Nya, dan memakai hidup kita untuk dapat menggenapi rencana-Nya.
Poin Ketiga. Bersedia Berdisiplin dalam mengerjakan apa yang Tuhan telah kerjakan.
“Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.” (Filipi 2:12-13).
Ketika sudah diselamatkan, hidup kita tidak terhanyut oleh keadaan dunia sehingga kita tidak dapat bertumbuh. Jangan sampai tabiat lama itu muncul kembali, dan menjadi penghalang agar kita dapat menjadi berkat bagi sesama.
Melalui pengorbanan Kristus, Tuhan telah mengerjakan keselamatan bagi jiwa kita, membenarkan kita, dan menjadikan kita sebagai seorang yang percaya kepada-Nya sebagai ciptaan yang baru. Dan dengan cara apa kita dapat menyaksikan pada mereka yang belum mengenal Kristus, bahwa Dia ada di dalam kita dan agar mereka dapat melihat karya Tuhan di dalam hidup kita?
Dengan menghidupi iman pada Kristus dalam keseharian kita, berdisiplin dan bertekun dalam melakukan nasihat firman Tuhan, dengan sepenuh hati memberi diri dan mempergunakan talenta yang telah Tuhan beri untuk dapat melayani Tuhan dan juga sesama. Dengan sikap hati seperti ini, maka buah-buah roh akan bertumbuh di dalam hidup kita. Kita menjadi dewasa di dalam iman dan juga karakter.
Milikilah sikap hati yang selalu mau mengusahakan kesatuan, sikap hati yang rela berkorban untuk berjalan dalam ketaatan, serta bertanggung jawab untuk mengerjakan keselamatan, akan apa yang sudah Tuhan percayakan di dalam hidup kita masing-masing. Milikilah kehidupan rohani yang terus mau bertumbuh, menjadi dewasa dalam rohani dan juga karakter, sehingga mereka yang berada di sekeliling dapat melihat Kristus hidup dalam diri kita, di tengah-tengah kita, dan mereka pada akhirnya memuliakan Bapa di Sorga.
Amin. Tuhan Yesus memberkati..
Comments