Catatan Khotbah: Tentang Doa. Ditulis dari sharing Bp. Pdt. Agus Lianto di Renungan Doa Puasa Hari Keempat.
Mari Mencoba Berkhayal.
Seandainya ada seseorang yang menghampiri kita, dan tiba-tiba dirinya memberi uang sebesar 1 Triliun Rupiah. Apa yang akan kita perbuat dengan uang sebesar itu? Pastinya kita akan dengan segera memanfaatkannya untuk pertama, mengembalikan apa yang menjadi hak milik-Nya Tuhan yang berupa perpuluhan, lalu bisa jadi kita akan membeli properti, melunasi berbagai tunggakan utang, dan juga kewajiban lainnya. Dengan uang sebesar itu, hampir tidak ada yang mustahil, segala sesuatu dapat kita perbuat. Semuanya bergantung pada keputusan kita, apakah akan dipakai untuk memenuhi kebutuhan, atau dipakai untuk berfoya-foya dan pada akhirnya menghancurkan hidup kita.
Sekarang, mari kita mencoba berkhayal lagi. Seandainya seseorang yang memberi kita uang sebesar 1 Triliun Rupiah tersebut, yang mungkin saja di rekeningnya memiliki uang ribuan Triliun Rupiah.. dirinya datang menghampiri kita dan menawarkan.. apa saja yang kita minta, pasti dia akan memberikan. Bagaimana reaksi kita?
Sesungguhnya, Tuhan juga ingin memberi hal yang sama pada setiap kita. Dan yang ini benar terjadi dan bukanlah khayalan. Doa-doa yang kita naikkan itu dapat menggerakkan hati dari Pribadi yang memiliki alam semesta ini. Doa kita dapat mengubah hati, dan bahkan keputusan-Nya. Kita dapat melihat contohnya dari kehidupan Musa yang mencoba melunakkan hati Tuhan (Keluaran 32:9-13), firman-Nya berkata,
“Dan menyesallah TUHAN karena malapetaka yang dirancangkan-Nya atas umat-Nya.” (ayat 14).
Selain itu ada kisah perempuan Kanaan yang memohon belas kasih dan kesembuhan dari Tuhan Yesus untuk anak perempuannya yang kerasukan setan dan sangat menderita (Matius 15:22). Sekalipun Dia pada mulanya kata-kataNya terkesan menolak (ayat 24), dan bahkan menyamakannya dengan anjing (ayat 26).. tetapi karena kebesaran iman dari perempuan Kanaan tersebut, Dia menjawab..
“Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki." Dan seketika itu juga anaknya sembuh.” (ayat 28).
Menyadari Jangkauan Kuasa Doa.
“Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni. Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.” (Yakobus 5:15-16).
Kita sering mendengar berkali-kali ayat di atas yang berbicara tentang doa, tetapi kita sering tidak menyadari betapa luasnya jangkauan dari kuasa doa. Kita tahu berbagai macam teori tentang doa, tetapi kita tidak melihat dan mewujudkan aplikasi dari menaikkan doa dalam hidup keseharian kita. Ketika kita dapat menggerakkan hati Tuhan, sesungguhnya hal tersebut jauh lebih hebat dari kita dapat menggerakkan hati dari pemilik uang ribuan Triliun Rupiah tersebut. Jangan lupakan,
Prayer is the most powerful things in this earth.
“Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.” (Yesaya 59:1-2).
Kehebatan dan kebesaran Tuhan itu diwujudkan dari kemampuan dan kebersediaan diri-Nya untuk mau mendengar dan menjawab doa dari orang-orang yang selama ini tidak layak dan tidak mendapat hitungan dari sekitar. Contohnya di dalam Alkitab adalah kisah seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan (Markus 5:25-34).
Masalahnya bukan terletak pada siapa orangnya, tetapi terletak pada apakah dirinya memiliki sikap iman yang mau untuk terus berjuang, sampai iman yang dimilikinya itu dapat menyelamatkan dan mengubah hidupnya.
Bagaimana caranya agar kita dapat mengalami lebih lagi manfaat dari besarnya kuasa doa?
Pertama. Saling mengaku dosa.
Penghalang nomor satu dari kita dapat mengalami kuasa doa adalah adanya relasi / hubungan dengan sesama yang masih ada masalah, dan belum segera dibereskan. Firman Tuhan berkata,
“Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya.” (1 Yohanes 4:20-21).
Kita semua menyimpan luka dan kemarahan dari berbagai kejadian di masa lampau, dan yang menjadi poinnya adalah apakah kita mau untuk melepas kemarahan tersebut, dan juga melepas pengampunan pada orang tersebut? Semisal ada yang menjual obat untuk dapat menghilangkan kemarahan, dan harganya sangat mahal, dan obat itu diberikan dengan cuma-cuma pada kita. Apakah kita mau meminumnya?
Selama ini kita sudah berbuat baik, dan kita dikecewakan dengan begitu sangat, sehingga kita menjadi sangat marah. Banyak dari antara kita yang berpikir bahwa marah itu perlu. Memang tidak salah, tetapi berhati-hatilah ketika marahnya kita itu begitu menguasai, sampai kita merasa bahwa kita tidak akan mau untuk melepas pengampunan pada sesama. Firman Tuhan mengatakan,
“Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.” (Matius 5:22).
Atau bisa jadi kita tidak marah, tetapi kita bersikap “emang gue pikirin” dan tidak peduli terhadap kehidupan orang tersebut. Sejujurnya, hal ini jauh lebih jahat di hadapan Tuhan, karena sama saja kita sudah bersikap jahat di dalam hidup dan membenci orang lain secara tidak langsung. Mengaku dosa lebih susah dari pada mengampuni. Mengampuni jelas posisinya, siapa yang benar dan siapa yang salah. Tetapi kalau mengaku dosa, hal ini membutuhkan kemauan dan sikap berbesar hati dari kita.
The greatest power in universe itu ada di tangan setiap kita, karena ada Imanuel yang beserta. Tetapi ketika anger / kemarahan kita menguasai, hal tersebut dapat menghalangi kuasa Tuhan untuk bekerja lebih lagi di dalam dan melalui hidup kita.
Kalau dengan kemarahan kita mungkin dapat mencapai angka 100, tanpa disertai kemarahan, bisa jadi kita dapat mencapai angka yang jauh lebih besar. Kita mau menyimpan kemarahan tersebut, tetapi pertanyaannya adalah, sampai kapan? Bereskan setiap amarah yang ada di dalam hidup kita. Amarah yang tidak diselesaikan nantinya juga akan melukai diri kita dan orang lain. Dan lama-kelamaan dapat mengganggu hubungan kita dengan-Nya.
Kemarahan yang tidak dengan segera diselesaikan, hal itu sama saja dengan kita menyembah berhala, yakni menyembah dan membiarkan kemarahan mengambil alih hidup kita. Kemarahan juga menghalangi kuasa dan berkat Tuhan untuk datang, menjadi sumber dari berbagai masalah, sehingga doa kita tidak dapat dijawab oleh-Nya. Marilah kita belajar untuk memiliki sikap hati yang benar, segala sesuatu yang terjadi percayalah pasti diizinkan Tuhan, dan tunggulah waktu-Nya pasti ada pembelaan-Nya yang terbaik.
Penghalang Kedua adalah Ketidakpercayaan kita bahwa Allah itu masih sanggup untuk memelihara dan menjawab setiap kebutuhan kita.
Kalau berdoa bagi orang lain, kita mungkin dapat mendoakannya dengan penuh percaya diri. Tetapi bila berdoa untuk sesuatu yang benar-benar kita butuhkan, kita tentu ada perasaan gentar dan ragu. Berdoa yang terbaik, bahwa tahun ini ada mukjizat-Nya Tuhan yang terjadi dan memulihkan setiap kita. Dan masalahnya, apakah kita yakin dan berani untuk terus mendoakan hal apa yang menjadi kebutuhan hidup kita?
Kita bisa berdoa “Tuhan tolong aku”, tetapi ada sikap keraguan di dalam hati kita yang tidak terlalu berharap. Kita takut kalau meminta sesuatu, tidak dijawab-Nya. Hal ini sama saja dengan sikap ketidakpercayaan. Dan sikap ini menghalangi kita untuk berdoa meminta pada-Nya, sehingga kita melakukannya hanya sambil berlalu. Iya kalau dijawab, kalau tidak dijawab bagaimana? Akhirnya doa hanya sekadar menjadi perkataan yang basa-basi.
Apakah kita berani berdoa seperti Bartimeus (Markus 10:46-52)? Tuhan Yesus tahu bahwa Bartimeus buta, tetapi Dia tetap ingin mendengar perkataan Bartimeus yang berani untuk mengucapkan apa yang dia butuhkan, dan menaikkan permohonan doanya. Ketika kita menaikkan permohonan doa, dan tidak terjadi apa-apa, apakah kita berani untuk tetap mempercayai-Nya?
Bila Tuhan belum / tidak menjawab permohonan doa kita, maka ada tiga hal yang mungkin menjadi jawaban-Nya di dalam hidup kita:
Pertama. Kita tidak membutuhkan jawaban doa dari-Nya pada saat itu. Hal ini adalah sikap iman. Kedua. Mungkin belum waktu-Nya Dia menjawab doa. Ketiga. Tuhan memiliki jawaban yang jauh lebih baik dari apa yang sudah kita rencanakan.
Bagi Tuhan jauh lebih mudah untuk menjawab doa kita, dari pada mengabaikannya. Milikilah sikap yang “berani malu” untuk meminta apa yang menjadi kebutuhan kita, dan mempercayai bahwa Dia itu tahu yang terbaik bagi hidup kita. Dia mau bergerak untuk memenuhi kebutuhan kita, sesuai dengan waktu-Nya yang terbaik.
Lagu pujian dan penyembahan yang selama ini dinaikkan bagus-bagus katanya, tetapi apakah kita benar-benar menyanyikan sambil mempercayai setiap lirik lagu yang dinyanyikan? Kuasa dan otoritas telah diberikan Tuhan dalam hidup kita, dan hal apakah yang benar-benar kita inginkan? Kalau setiap kita menyadari bahwa Tuhan yang kita sembah itu jauh lebih besar dan berkuasa, sanggup mencukupkan setiap kebutuhan kita, maka hidup kita pasti dipimpin oleh hikmat-Nya, dan kita tidak akan sampai mengalami keadaan “babak belur”.
Kita memiliki Tuhan yang memiliki segalanya. Semua yang kita alami hanyalah pemeliharaan-Nya semata. Bereskan relasi kita dengan sesama bila masih ada ganjalan, dan juga bereskan ketidakpercayaan kita pada Tuhan. Tetaplah mempercayai bahwa Dia masih sanggup untuk menjawab setiap doa permohonan kita.
Amin. Tuhan Yesus memberkati..
Opmerkingen