top of page

Tak Tergoyahkan (Mindarto)

Ditulis dari sharing Bp. Mayjen TNI Mindarto, di Ibadah Minggu di MDC Graha Pemulihan Surabaya, Tgl. 18 September 2022.

“Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Roma 12:1-2).


Ayat di atas adalah peringatan penuh kasih bagi setiap kita untuk dapat mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan juga berkenan bagi Allah. Setelah masa pandemi ini, bagaimana dengan perubahan di dalam hidup kita? Apakah kita lebih bergaul karib dengan Tuhan? Apakah hidup kita sudah menjadi lebih baik, lebih berkenan pada Allah, dan juga sempurna? Apakah kita sudah ikut akan apa yang menjadi maunya Tuhan? Atau malah Tuhan yang harus ikut apa yang menjadi maunya kita?


Daniel, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego hidup di tiga dekade di bawah tiga pemerintahan raja yang berbeda. Raja Nebukadnezar, di mana semua penyembah berhala jumlahnya meningkat dengan luar biasa. Raja Belsyazar, di mana pesta pora dan kemabukan menjadi hal biasa. Dan Raja Darius, di mana orang-orang pada zaman itu mengagungkan sesamanya manusia.


Tetapi dari kehidupan Daniel dan ketiga orang temannya kita dapat belajar:


Sekalipun terjadi banyak perubahan di sekitarnya, kita justru harus semakin bergaul karib lebih lagi bersama dengan Tuhan.


Dan melalui kisah Daniel, kita juga dapat belajar ada beberapa prinsip yang membuat Daniel memiliki hidup “Tak Tergoyahkan,” dan dirinya tetap setia untuk mengiring-Nya.


Prinsip Pertama.


Lalu raja bertitah kepada Aspenas, kepala istananya, untuk membawa beberapa orang Israel, yang berasal dari keturunan raja dan dari kaum bangsawan, yakni orang-orang muda yang tidak ada sesuatu cela, yang berperawakan baik, yang memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak dan yang mempunyai pengertian tentang ilmu, yakni orang-orang yang cakap untuk bekerja dalam istana raja, supaya mereka diajarkan tulisan dan bahasa orang Kasdim.” (Daniel 1:3-4).


Dari semula Daniel memutuskan untuk memiliki hidup yang tak bercacat cela dan juga tidak mau bergaul dengan orang-orang yang memiliki kebiasaan, yang nantinya dapat menggoyahkan imannya. Dari kisahnya kita dapat belajar untuk memiliki serta menjaga kehidupan integritas Kristiani yang luar biasa, agar iman kita tidak mudah tergoyahkan. Bukan hanya karena alasan “takut berbuat dosa” dan “takut masuk neraka” saja, tetapi lebih karena kita ini sudah menerima dan mau menghargai setiap pengorbanan, kasih karunia, dan juga anugerah yang sudah Tuhan Yesus berikan melalui karya salib-Nya. Mindset / pola pikir kita harus diubah. Pertimbangan kita untuk tidak berbuat dosa harus menjadi:


Karena kita tidak mau menyakiti hati Tuhan, dan juga kita tidak mau menyakiti dan mengecewakan hati dari komunitas kita (keluarga, teman Contact, dan juga komunitas lainnya).


Prinsip Kedua.


Lalu raja memuliakan Daniel: dianugerahinyalah dengan banyak pemberian yang besar, dan dibuatnya dia menjadi penguasa atas seluruh wilayah Babel dan menjadi kepala semua orang bijaksana di Babel. Atas permintaan Daniel, raja menyerahkan pemerintahan wilayah Babel itu kepada Sadrakh, Mesakh dan Abednego, sedang Daniel sendiri tinggal di istana raja.” (Daniel 2:48-49).


Seseorang yang hidupnya memiliki integritas, maka dia tidak perlu takut kehilangan pamornya. Ubahlah pola pikir kita untuk mau belajar mengucap syukur, tidak berfokus pada hal materi / matre. Dari kisah Daniel kita dapat belajar bahwa dia memiliki cukup kebesaran hati untuk mau berbagi dan menyerahkan pemberian raja Nebukadnezar pada tiga orang temannya. Hatinya tidak disilaukan harta dan tidak menjadi greedy dengan pemberian sang raja.


Dan melaluinya kita juga dapat belajar agar jangan sampai hidup kita ini menjadi financial oriented / berorientasi pada keuangan atau keuntungan, dan tidak lagi mission oriented / berorientasi pada misi untuk memperlebar Kerajaan Allah dan juga memberitakan Injil Keselamatan pada sesama. Bukannya kita tidak boleh menjadi kaya dan menikmati berkat dari Tuhan, tetapi jangan sampai kita terjatuh ke dalam berbagai macam dosa hanya karena kita ingin berfokus memiliki kehidupan yang hanya bertujuan sebatas meraih kekayaan saja.


Rindukan agar berkat dari Tuhan / kekayaan kita itu dapat menjadi berkat bagi orang lain. Tetaplah mempercayai bahwa promosi datangnya dari Tuhan, kita tidak lagi mengejar kekuasaan dan juga pembuktian dari sesama.


Prinsip Ketiga.


Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: "Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja;” (Daniel 3:16-17).


Hidup ini harus terus bergantung pada Tuhan, dan Dia tidak boleh digantikan dengan hobi, komunitas, dll. Tuhan meminta kita untuk menghormati hari Sabat / hari Minggu agar kita dapat beribadah bersama-sama dan juga dapat memuliakan nama-Nya. Hidup kita sudah diciptakan Tuhan sempurna adanya, dan berkat-berkatNya itu sudah memelihara hidup kita selama ini.


Prinsip Keempat.


“Maka Daniel ini melebihi para pejabat tinggi dan para wakil raja itu, karena ia mempunyai roh yang luar biasa; dan raja bermaksud untuk menempatkannya atas seluruh kerajaannya.. Maka berkatalah orang-orang itu: "Kita tidak akan mendapat suatu alasan dakwaan terhadap Daniel ini, kecuali dalam hal ibadahnya kepada Allahnya!” (Daniel 6:4,6).


Lebih bergaul karib dengan Pribadi Allah Roh Kudus, karena Dia yang akan mengajar kita untuk melakukan apa yang harus dilakukan. Kita diberi Seorang Penolong dan Penghibur yang menyertai dan memampukan setiap kita untuk dapat menjadi saksi-Nya.. adalah kalimat terakhir Tuhan Yesus sebelum Dia naik ke Sorga. Memang ada bagian yang Tuhan akan lakukan, tetapi lakukan juga bagian kita dengan setia yakni tetap berdisiplin dalam berdoa.


tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.” (Yohanes 14:26).


Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah 1:8).


Para murid melihat dan menyadari bahwa Tuhan Yesus tidak lagi hadir secara fisik sebagai manusia yang menyertai mereka di bumi, tetapi sebagai Pribadi Allah yang Mahakuasa yang kehadiran-Nya tidak dapat dibatasi oleh apapun. Tuhan Yesus sudah terangkat ke Sorga, dan peran-Nya sudah digantikan oleh Pribadi Roh Kudus yang menyertai para murid-Nya, dan juga tentunya setiap kita orang percaya. Kalau kita membaca ayat firman Tuhan tanpa adanya pengurapan dan juga pewahyuan dari Roh Kudus, maka ayat-ayat firman tersebut hanya sekadar menjadi ayat doktrin yang biasa-biasa saja.


Prinsip Kelima.


Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya.” (Daniel 6:11).


Melalui ayat di atas diberitahukan pada kita kebiasaan yang dilakukan Daniel yakni,


..tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya.


Panggil Dia Yesusku, bukan Yesusnya orang lain. Ubahlah cara kita selama ini bergaul karib dengan-Nya. Ketika mau berdoa sesudah bangun pagi dari tidur, bangkitlah dari posisi tidur kita yang nyaman. Hargai dan hormati Dia. Sembahlah Dia dan jangan menyuruh-nyuruh Dia seperti “asisten” kita. Teruslah mempercayai bahwa hidup kita pasti akan selalu dimampukan-Nya untuk dapat “melompati” berbagai macam tembok permasalahan yang diizinkan menghadang di depan langkah di hidup kita.


Beberapa Tahap Penyerahan Hidup menurut Oswald Chambers:


Tahap Pertama. Menyerahkan kekuatiran kita kepada Tuhan, hanya sebatas untuk mendapat kelegaan. Tahap Kedua. Berserah untuk kemudian selanjutnya kita mau mengikut dan mengiring Yesus, ke manapun Dia mau. Ada banyak orang Kristen hanya berhenti sampai di Tahap Pertama, tetapi tidak mau lanjut menuju Tahap Kedua. Dan, Tahap Ketiga. Penyerahan dari mencari dan memuaskan kehendak kita sendiri berubah menjadi mencari dan menyelesaikan kehendak Tuhan yang terbaik dalam hidup kita.


Tuhan Yesus memberkati..


76 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua

Comments


bottom of page