Catatan Khotbah: “Berdoa seperti Bartimeus”. Ditulis dari sharing Bp. Pdt. Stevy Golioth di Ibadah Doa Pagi pada Tgl. 6 Mei 2023..
“Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerikho. Dan ketika Yesus keluar dari Yerikho, bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan orang banyak yang berbondong-bondong, ada seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus, anak Timeus, duduk di pinggir jalan. Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru: "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!" Banyak orang menegornya supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: "Anak Daud, kasihanilah aku!"” (Markus 10:46-48).
Kisah Bartimeus yang mengalami perjumpaan bersama dengan Tuhan Yesus adalah momen yang selama ini telah dinanti-nantikannya. Bartimeus sudah menempatkan dan mempersiapkan dirinya dengan baik di tempat, di jalan, waktu, momen, dan situasi yang tepat. Sekalipun memiliki banyak keterbatasan, tetapi hal tersebut tidak membatasi dirinya untuk berani dan terus bersuara, layaknya seseorang yang sangat membutuhkan pertolongan-Nya. Dia berani mengambil resiko dengan terus berseru dan malah semakin keras memanggil-Nya, sekalipun ditegur orang banyak (ayat 48).
Hal inilah yang menjadi contoh dan teladan bagi kita semua dalam berdoa. Dengan tekad begitu kuat, Bartimeus rindu untuk mengalami perubahan dalam hidupnya. Dia berseru,
"Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!"
Demikian pula dengan kita yang terus berseru dalam doa pada Tuhan Yesus, dan jangan pernah menyerah untuk berhenti berdoa. Kita sangat memerlukan-Nya di dalam setiap doa yang kita naikkan. Karena tanpa kehadiran dan penyertaan-Nya, maka doa-doa yang selama ini kita naikkan tidak akan ada artinya.
Panggilan “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!" adalah sebuah perlambang, pandangan Bartimeus mau ditujukan pada Yesus bukan hanya Dia sebagai seorang anak manusia saja, tetapi juga sebagai Tuhan yang berkuasa dan yang berdaulat atas hidupnya. Dia menyadari dan meyakini sepenuhnya bahwa apa yang dia katakan dan minta nantinya akan merubah seluruh jalan di kehidupannya. Dia mau mengakui bahwa Yesus adalah dan harus menjadi Tuhan yang menjadi segalanya / everything dalam hidupnya, dan Bartimeus menjadi nothing / bukan siapa-siapa tanpa penyertaan-Nya.
Itulah kenapa seruannya menghentikan langkah kaki Yesus, yang akhirnya memanggilnya (ayat 49). Yesus tahu, Bartimeus mengakui Dia sebagai Tuhan yang berkuasa, yang sanggup mengubah dan membawa kemenangan di dalam hidupnya.
Hal ini adalah sebuah rumusan doa, kita berdoa karena kita membutuhkan pertolongan dari Tuhan. Selain itu kita juga mau mengakui bahwa tidak ada seorang pun yang berbuat benar, kita semua adalah orang yang berdosa, dan kita sangat membutuhkan pertolongan-Nya.
Kasihanilah Aku..
“Apabila aku berseru, jawablah aku, ya Allah, yang membenarkan aku. Di dalam kesesakan Engkau memberi kelegaan kepadaku. Kasihanilah aku dan dengarkanlah doaku!” (Mazmur 4:2).
“Dengarlah, TUHAN, seruan yang kusampaikan, kasihanilah aku dan jawablah aku!” (27:7).
Kata “kasihanilah aku” di dalam bahasa Ibrani berasal dari kata Hineni, dan Bartimeus di sini bukan hanya memohon belas kasihan kepada Yesus sebagai seorang Manusia saja, tetapi seruannya juga ditunjukkan kepada Pribadi Yesus yang merupakan Tuhan, dan memohon belas kasihan kepada Allah.
Harapkanlah belas kasihan dari-Nya, bukan dari yang lain. Dalam kondisi yang serba terjepit, teruslah berdoa, berharap, dan merindukan jawaban hanya dari-Nya. Berserulah pada Tuhan, sama seperti Bartimeus dan Daud di ayat di atas, “kasihanilah aku..” Hal ini bukanlah doa yang dinaikkan sambil lalu, tetapi mengandung makna mendalam, setiap kita merindukan untuk mendapat jawaban doa atas setiap beban pergumulan doa yang dinaikkan. Rindukan agar doa-doa kita mendapat perhatian dari-Nya.
Banyak orang berbondong-bondong mengikuti dan membicarakan Yesus. Dan hal inilah yang Bartimeus dengar dan menguatkan imannya untuk terus berharap hanya kepada-Nya.
Biarlah setiap seruan doa dan fokus kita itu mendapat perhatian dari-Nya. Setiap keberadaan dan kedalaman hati kita, setiap kebutuhan.. Dia tidak mengulur waktu, dan dengan bersegera memberi perhatian khusus pada apa yang kita doa dan perlukan selama ini. Tidak salah bila kita mendapat perhatian dari manusia, tetapi lebih dari itu rindukan agar doa-doa kita mendapat perhatian dan juga jawaban dari-Nya.
Kesimpulan.
Poin pertama. Teruslah berdoa dan berseru hanya pada Tuhan Yesus. Milikilah iman percaya bahwa setiap seruan doa kita pasti didengar dan dijawab-Nya. Pada waktu kita berdoa dan menyembah, pasti Dia mendengarnya. Dan ketika jawaban doa itu sudah diberikan-Nya, semuanya bukan untuk memuaskan diri kita saja tetapi kembali untuk mendatangkan kemuliaan hanya bagi nama-Nya. Hal inilah yang seharusnya menjadi dasar pada saat kita berdoa. Kebutuhan Bartimeus yang mendasar memang ingin melihat, tetapi setelah dipanggil dan dijawab-Nya permohonan doanya, Bartimeus..
“..menanggalkan jubahnya, segera berdiri dan pergi mendapatkan, ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya.” (ayat 50, 52).
Poin Kedua. Memposisikan diri kita sebagai seorang yang berdosa, penuh kelemahan dan juga keterbatasan, dan kita sangat memerlukan kehadiran dan penyertaan-Nya. Kita adalah seorang yang berdosa, tidak jauh lebih baik dari lainnya, dan tanpa-Nya kita bukanlah siapa-siapa. Itulah sebabnya kita berdoa,
"Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!"
Amin. Tuhan Yesus memberkati..
Comments