top of page

Soetjipto Koesno - Empat Sikap Hati yang Tetap Dibangun, Saat Mendekat Pada-Nya

Catatan Khotbah: “Jangan Takut”. Ditulis dari sharing Bp. Soetjipto Koesno di Ibadah Doa Malam pada Tgl. 4 Juli 2023..


“Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau." Lalu Musa memanggil Yosua dan berkata kepadanya di depan seluruh orang Israel: "Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab engkau akan masuk bersama-sama dengan bangsa ini ke negeri yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyang mereka untuk memberikannya kepada mereka, dan engkau akan memimpin mereka sampai mereka memilikinya. Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati." (Ulangan 31:6-8).


Ketika mau menyeberang Sungai Yordan dan masuk ke dalam tanah Kanaan, Musa tidak ikut menyeberang masuk karena dikatakan di ayat di atas bahwa Yosua yang akan mengambil alih kepemimpinan, dan juga memimpin bangsa Israel untuk masuk ke dalam tanah Kanaan. Dan bangsa Israel diingatkan kembali oleh Musa akan apa saja yang telah terjadi selama empat puluh tahun yang lalu sebelum generasi ini ada, bagaimana Tuhan memimpin dan memelihara mereka selama ini di padang gurun. Karena di generasi sebelumnya telah,


“bangkitlah murka TUHAN kepada orang Israel, sehingga Ia membuat mereka mengembara di padang gurun empat puluh tahun lamanya, sampai habis mati segenap angkatan yang telah berbuat jahat di mata TUHAN.” (Bilangan 32:13).


Selama ini bangsa Israel telah menganggap Musa sama seperti “superhero” mereka, dan mereka juga begitu mengagumi bagaimana Allah telah bekerja dengan luar biasa melalui kepemimpinannya. Tetapi yang terjadi sekarang adalah mereka telah mendapat kabar akan dipimpin masuk oleh Yosua ke dalam tanah Kanaan, seseorang yang tidak mereka ketahui dan kenal sebelumnya.


Hal ini bisa jadi sama seperti yang sedang kita alami. Kita menghadapi hari-hari yang tak diketahui di depan, di mana yang kita lalui nantinya bisa jadi semakin bertambah sulit. Anak-anak yang dahulu kecil sekarang telah bertumbuh besar dan memiliki kemauannya sendiri, belum lagi ada masalah di keluarga, pekerjaan, dan juga tantangan di pelayanan.. dan kita sama seperti bangsa Israel yang telah kehilangan damai sejahtera, pegangan, dan juga kepercayaan.. karena mereka sudah tidak lagi dipimpin oleh Musa, “superhero” kebanggaan mereka.


Dan Musa mengingatkan kembali akan Tuhan yang menyertai mereka selama ini, yang berjalan di depan mereka, dan yang memberi kemenangan di setiap tantangan yang telah dihadapi.


Hari-hari ini kita membutuhkan untuk membangun hubungan yang semakin dekat lagi dengan Tuhan, untuk berjalan bersama, dan juga untuk melihat bagaimana Dia berjalan dan memimpin hidup kita dengan cara-Nya yang luar biasa, dan yang tidak pernah kita pikirkan sebelumnya. Pandemi yang baru saja kita lalui telah membuat kita kehilangan pandangan mengenai Pribadi Tuhan yang luar biasa selama ini, tetapi di ayat di atas kita kembali diingatkan,


“Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati." (Ulangan 31:8).


Dr. Paulus Rahardjo pernah berkata,


Rasa takut itu adalah hal yang biasa, tetapi kita jangan membiasakannya.

Dan melalui perkataan beliau, kita kembali diingatkan bahwa Allah yang kita sembah itu adalah Allah yang Maha Dahsyat. Rasa takut yang dialami bisa jadi membuat hidup kita lumpuh, kehilangan semangat, berpikir tidak logika, dan juga mengambil keputusan yang seharusnya tidak kita ambil. Tetapi bila mengingat kembali perjalanan hidup kita selama ini ke belakang, kita akan menemukan masih ada Allah yang Mahakuasa, yang selama ini telah setia dalam memelihara dan menjagai hidup kita.


Bila kita berobat ke dokter pada hari-hari ini, maka obat yang paling laris adalah obat yang masih ada hubungannya dengan obat yang bersifat menenangkan perasaan. Mengapa? Kalau kita merasa lambung tidak enak, asam lambung sedang naik.. maka dokter akan bertanya pada kita apakah ada rasa cemas dan kekuatiran yang berlebihan selama ini? Apakah ada ketakutan? Stres di pekerjaan?


Segala hal yang berhubungan dengan ketakutan dan kekuatiran diakibatkan karena kita tidak memiliki kepercayaan lagi akan bagaimana masa depan kita, sama seperti bangsa Israel yang kehilangan figur kepemimpinan Musa, dan di depan mereka diperhadapkan pada sesuatu hal yang serba tidak jelas. Tetapi di Ulangan 31:6-8, kita terus diingatkan bahwa Dia adalah Allah yang luar biasa, yang selalu setia dan menyertai hidup kita, dan kita tidak akan pernah dibiarkan untuk berjalan sendirian.


Apa yang harus dilakukan ketika kita merasa cemas, kuatir, dan takut akan masa depan?


Pertama. Tetaplah mencari Tuhan dan hadirat-Nya, di dalam hidup kita.


Hal ini seharusnya tidak boleh kita lupakan, karena masih ada yang lebih hebat dan juga yang masih sayang sama hidup kita yakni Tuhan Yesus yang sudah mati menebus dosa-dosa kita di atas kayu salib dan bangkit pada hari yang ketiga untuk mengalahkan kuasa maut yang selama ini telah berkuasa dalam hidup manusia.


“Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku.” (Mazmur 34:5).

Tidak ada tempat yang lebih baik pada saat kita mengalami ketakutan, selain dari kita memutuskan untuk selalu mencari Pribadi Tuhan. Rasa takut pertama kali di dalam hidup manusia adalah pada saat Adam dan Hawa, manusia pertama sedang dicari Tuhan karena mereka telah jatuh ke dalam dosa..


“Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: "Di manakah engkau?" Ia menjawab: "Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi."” (Kejadian 3:9-10).


Dosa telah membuat seseorang merasa takut dan pada akhirnya menjauh dari Tuhan. Tetapi bagi kita yang percaya dan menerima karya penebusan Tuhan Yesus di atas kayu salib, rasa takut seharusnya membuat kita lebih mendekatkan diri kita pada Tuhan, dan membuat kita mengenal-Nya lebih dalam. Ketika kita mengenal-Nya lebih dalam, kita akan menyadari betapa Tuhan itu masih sanggup untuk melakukan berbagai mukjizat dalam kehidupan anak-anakNya.


Rasa takut tidak mungkin dapat kita hindari, dan kapan pun bisa datang menghampiri hidup kita. Tetapi firman Tuhan terus mengingatkan kita untuk tetap menghampiri-Nya dan jangan pernah menjauh dari-Nya, karena hal itu bisa jadi malah akan memperburuk kehidupan kita.


Ada orang-orang yang membanggakan dirinya memiliki kenalan siapa, tetapi kita dapat bangga karena kita mengenal Tuhan Yesus yang luar biasa yang telah mati dan bangkit bagi kita, dan Dia adalah Pemilik alam semesta. Kalau kita merasa takut dan cemas, datanglah pada-Nya. Dia adalah Allah yang mau untuk direpoti anak-anakNya. Jadikan hal ini sebagai jaminan, apa pun yang sedang kita alami, kita masih memiliki Allah yang kasih-Nya begitu besar.


“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yohanes 3:16).


Kedua. Ketika masalah dan tantangan terus datang tak kunjung henti.. inilah waktunya kita merendahkan hati dan diri di hadapan Tuhan.


Seseorang yang mau merendahkan diri di hadapan Tuhan selalu ada kasih karunia yang baru, yang Dia sediakan bagi hidupnya. Firman-Nya berkata,


“Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan.” (Amsal 16:18).

Hari-hari ini, merendahkan diri di hadapan Tuhan adalah seni yang telah hilang di dalam hidup gereja-Nya. Tak sedikit dari antara kita yang sudah tidak mau lagi untuk mengandalkan Tuhan, dan berusaha mencari pertolongan dari dunia ini. Rendahkan diri kita di hadapan-Nya agar kita dapat melihat bagaimana Tuhan itu masih sanggup menolong kita, dengan cara-Nya.


Seseorang yang sombong akan berkata dan merasa bahwa dirinya hebat, tetapi di saat yang sama dirinya juga merasa ketakutan karena tidak semua kehebatannya dapat menolong dirinya pada saat menghadapi masalah.


“Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.” (1 Petrus 5:5-7).


Seseorang yang rendah hati itu mau belajar untuk menundukkan diri, tidak hanya pada Tuhan tetapi juga pada otoritas yang Tuhan telah tempatkan di atas hidupnya. Sering kali kita mencari suara Tuhan dan tuntunan-Nya, tetapi ada kalanya Dia itu dapat berbicara dan menyatakan kehendak-Nya melalui suara dan keberadaan orang-orang di sekitar kita. Saat kita menolak untuk belajar merendahkan hati dan diri di hadapan-Nya, bisa jadi hidup kita akan mengalami tekanan / masalah yang jauh lebih besar lagi.


Kalau di atas hidup kita dipercayakan sebuah otoritas, maka Tuhan tahu hal apa saja yang dapat kita tanggung dan apa yang tidak. Dia selalu memberikan anugerah-Nya di dalam hidup anak-anakNya. Amin.


“Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu.” (Ibrani 13:17).


Ketiga. Ketika masalah tetap saja datang, maka kita dapat belajar untuk mengubah persepsi yang kita miliki dan melihatnya dari sudut pandang Tuhan.


Tidak semua masalah yang datang di dalam hidup kita itu sifatnya selalu buruk, karena di baliknya bisa jadi kita masih dapat melihat rencana dan kebaikan Tuhan yang luar biasa yang terus bekerja mendatangkan kebaikan bagi setiap kita (Roma 8:28). Terkadang masalah juga dapat menjadi sebuah undangan dari Tuhan untuk kita dapat datang mendekat pada-Nya, dan mengalami kasih-Nya yang luar biasa. Sesuatu yang terlihat baik pada mulanya, bisa jadi berakhir buruk, demikian pula sebaliknya. Kita perlu berhati-hati dan meminta hikmat dan tuntunan dari Tuhan mengenai hal ini.


Setiap tantangan yang diizinkan Tuhan terjadi di dalam hidup kita bisa jadi dapat membuat kita lebih kuat, menjadi dewasa secara rohani, tetapi melaluinya.. apakah kita akan menjadi tinggi hati? Atau kita malah menjadi kecewa dan bertambah jauh dari Tuhan? Kalau hal ini membuat kita semakin bertambah jauh dari-Nya, maka kita perlu belajar untuk lebih lagi mendekat pada-Nya, mengubah sudut pandang kita, dan melihat bahwa Dia masih memiliki rencana di balik setiap peristiwa yang sedang kita hadapi.


Anak-anak di zaman generasi kita sekarang tidak pernah mengalami kesusahan, karena semua telah disediakan. Mereka tidak terbiasa dengan apa yang namanya ancaman, semua makanan serba enak, dan terjaga dengan sangat baik. Bisa dibilang anak-anak zaman sekarang sangat pintar tetapi hidup mereka tidak tangguh, mudah menyerah, dan mudah mengalami depresi.


Kita dapat belajar bersama-sama bahwa masalah yang diizinkan datang itu tidak selalu buruk, karena hal tersebut dapat membuat kita mengenal Pribadi Tuhan lebih dalam lagi. Membuat kita lebih menyadari betapa serba terbatasnya hidup kita, dan kita sangat membutuhkan anugerah dan pertolongan-Nya dalam keseharian hidup kita.


“engkau yang telah Kuambil dari ujung-ujung bumi dan yang telah Kupanggil dari penjuru-penjurunya, Aku berkata kepadamu: "Engkau hamba-Ku, Aku telah memilih engkau dan tidak menolak engkau"; janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.” (Yesaya 41:9-10).


Inilah janji yang telah Tuhan berikan di dalam hidup kita, apa pun keadaan yang sedang kita hadapi hari-hari ini, Dia masih Tuhan yang tetap berdaulat dan menggandeng tangan kita. Dia tidak pernah melepas kita sendirian.


Suatu hari Bp. Soetjipto Koesno diundang pelayanan di Lumajang, dan setelah selesai pelayanan mendapat kesempatan untuk mengunjungi tempat wisata “Puncak B29”. Dan ketika mau naik ke atas puncaknya, Bp. Tjipto harus mengendarai ojek dan di tengah-tengahnya ada awan pekat dan juga hujan yang turun. Tetapi bapak ojeknya berkata bahwa cuaca di atas bukit cerah dan sama sekali tidak hujan. Dan memang benar ketika sampai di atas bukit, keadaannya cerah dan juga tidak turun hujan.


Ketika di dalam hidup kita diizinkan untuk mengalami “badai kehidupan”, teruslah “naik” dan mendekat di dalam hadirat Tuhan, sampai kita bertemu dengan-Nya dan mengalami kemenangan bersama-Nya. Kalau hari-hari ini kita merasa lelah, putus pengharapan, dan juga terasa ingin menyerah.. firman-Nya berkata,


“Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati." (Ulangan 31:8).


Amin. Tuhan Yesus memberkati..

13 tampilan0 komentar

Comments


bottom of page