Catatan Khotbah: Puisi Waktu Kehidupan. Ditulis ulang dari sharing khotbah Ps. Ray Kaunang, di Ibadah Minggu di MDC Graha Pemulihan pada Tgl. 1 September 2024.
“Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam; ada waktu untuk membunuh, ada waktu untuk menyembuhkan; ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun; ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari; ada waktu untuk membuang batu, ada waktu untuk mengumpulkan batu; ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari memeluk; ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi; ada waktu untuk menyimpan, ada waktu untuk membuang; ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit; ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara; ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci; ada waktu untuk perang, ada waktu untuk damai.” (Pengkhotbah 3:1-8).
Untuk segala sesuatu di dalam dunia ini ada waktunya, dan ayat firman Tuhan di atas (1-8) berasal dari sebuah puisi bangsa Ibrani yang mengajar kita tentang adanya perbedaan antara kata zaman dan juga et (kedua kata ini diambil dari bahasa Ibrani yang memiliki arti waktu).
Kata zaman menunjuk pada appointed time / waktu yang telah ditetapkan Tuhan bagi setiap kita, dan ada kata et / is the common way to express when an event occur / cara umum untuk menyatakan kapan suatu peristiwa itu terjadi.
Melalui ayat firman Tuhan di atas menunjukkan pada kita tentang adanya sebuah era perjalanan hidup manusia, dan di dalam era itu telah terjadi beberapa event yang bisa saja kita alami.
Ada waktunya kita mengalami up and down / ada waktu kita berada di atas, dan bisa juga diizinkan berada di level bawah, di dalam hidup ini.
Pertama. Ada banyak keadaan di dalam dunia, di mana kita tidak selalu bisa mengubahnya.
Misal, ada seseorang yang meninggal dunia, sekeras apa pun kita berusaha, tidak selalu kita bisa mengubahnya. Ada keadaan dan berbagai event tertentu yang memang tidak bisa diubah.
Kedua. Kehidupan ini dibatasi oleh waktu, ini adalah sebuah fakta yang tidak bisa ditolak.
Di dalam ibadah kita, untuk waktu pujian dan penyembahan, untuk khotbah-pun.. semua memiliki batas waktunya tersendiri. Satu hari juga dibatasi waktu 24 jam, 7 hari dibatasi dalam seminggu.
Ketiga. Ada waktu-waktu tertentu yang di mana kita tidak selalu bisa menghindar, untuk hal itu terjadi di dalam hidup kita.
Misalnya perang. Banyak orang mungkin berusaha keras untuk meniadakannya, tetapi tetap saja terjadi perang dan bisa jadi ada waktu tertentu dapat terjadi damai. Kita melihat juga ada masa kelahiran, masa menangis, “mengumpulkan batu” yang memiliki arti kita belajar dan bekerja keras di dalam hidup ini. Ada juga waktu untuk berdiam diri, dan juga berbagai waktu lainnya.
Semua memang ada waktunya, dan hal ini mengajar kita bahwa di dalam era kehidupan ini ada hal-hal tertentu yang memang tidak bisa diubah, ditolak, dan dihindari.
“Apakah untung pekerja dari yang dikerjakannya dengan berjerih payah? Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan dirinya. Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.” (ayat 9-11).
Di ayat 9-11 kita belajar bagaimana caranya agar kita bisa melihat dan menjalani setiap event di dalam hidup ini dengan baik dan benar.
Bagaimana reaksi kita ketika kematian diizinkan terjadi, ketika ada masa di mana anak-anak rebel / memberontak, ada masa-masa kita mengalami kekecewaan, dan juga banyak hal yang tidak mengenakkan hidup kita. Ada hal-hal yang memang kita tidak bisa menolaknya, dan kita diajar bagaimana bereaksi dengan tepat dan benar.
Ayat di atas juga mengajar bahwa hidup ini tetap indah, bukan karena terjadi hal-hal yang baik saja, tetapi karena Tuhan itu masih memegang kendali dan Dia berdaulat penuh atas segala sesuatu yang terjadi di dalam hidup kita.
Tetapi terkadang kita suka menghindari apa yang namanya kedaulatan Allah di dalam hidup.
Kita suka bernyanyi, “Kuberikan segalanya..” tetapi kita tidak selalu mengizinkan Tuhan benar-benar mengambil alih hidup kita. Banyak orang Kristen merasa bahwa hidup ini tidaklah indah, ketika hal-hal tertentu yang tidak sesuai dengan harapan dan keinginannya, diizinkan-Nya terjadi. Sehingga pada akhirnya, mereka membuat kesimpulan secara sepihak yang menyatakan bahwa Allah tidak cukup baik untuk dapat menyatakan kehendak-Nya, di dalam hidup mereka.
“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.” (ayat 11).
Kalau kita mau melihat ayat tersebut benar-benar terjadi, maka kita harus belajar untuk memahami bahwa Tuhan masih memegang kendali dan berdaulat penuh atas hidup kita. Seberapa berat masalah yang sedang dihadapi, seberapa berat vonis dokter mengenai penyakit yang kita derita (baik secara degeneratif, keturunan, dan apa pun penyebab penyakit lainnya).. ketika kita mengerti bahwa Dia masih memegang kendali, baru kita akan memahami ayat di bawah ini,
“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Roma 8:28).
Memang tidaklah mudah, walau sebenarnya kita suka dengan ayat firman Tuhan di atas. Tetapi Helen Keller, Fanny Crosby, dan juga orang-orang difabel / penyandang disabilitas / yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan atau sensorik.. ketika mereka menyerahkan hidup mereka untuk dipakai dan percaya sepenuhnya pada Allah, mereka tidak menyalahkan situasi dan kondisi yang ada. Apa yang diizinkan-Nya terjadi di dalam hidup mereka memang tidak dapat diubah, tetapi mereka tetap mempercayai bahwa,
“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka.” (Pengkhotbah 3:11).
Dan ayat di atas dilanjutkan dengan,
“Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.”
Apa artinya?
Karena kita masih hidup di dalam dunia, ada hal-hal yang tetap bisa terjadi dan kita tidak selalu bisa menghindari serta menyangkalnya. Karena itu jangan pernah menyalahkan Tuhan, orang-orang di sekitar, lingkungan, masalah yang kita hadapi, bahkan termasuk menyalahkan diri kita sendiri.
Dia telah menaruh sense of eternal / makna kekekalan, dan Dia pasti memiliki tujuan atas berbagai hal yang diizinkan-Nya terjadi di dalam hidup kita, sehingga kita bisa memandang hidup ini indah serta dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan-Nya dari awal sampai akhir.
Hidup kita indah bukan karena berbagai achievement / pencapaian yang sudah kita raih saja, tetapi karena ada kekekalan yang Tuhan sudah taruh di dalam hidup kita.
“Aku tahu bahwa untuk mereka tak ada yang lebih baik dari pada bersuka-suka dan menikmati kesenangan dalam hidup mereka. Dan bahwa setiap orang dapat makan, minum dan menikmati kesenangan dalam segala jerih payahnya, itu juga adalah pemberian Allah.” (ayat 12-13).
Dari teks ayat firman Tuhan di atas kita belajar bahwa di dalam kehidupan ini, kita diingatkan untuk menjalani hidup berbuat baik dan benar, berjalan di dalam kekudusan, serta menjaga hati tetap dipenuhi damai dan sukacita Ilahi.
Di ayat 13, kita diingatkan bahwa “dapat makan, minum, dan menikmati kesenangan dalam segala jerih payah” kita itu adalah pemberian Allah. Oleh karena itu, selalu arahkan hidup kita untuk hal-hal bermanfaat, yang membangun iman, dan juga memuliakan nama-Nya selalu.
“Aku tahu bahwa segala sesuatu yang dilakukan Allah akan tetap ada untuk selamanya; itu tak dapat ditambah dan tak dapat dikurangi; Allah berbuat demikian, supaya manusia takut akan Dia. Yang sekarang ada dulu sudah ada, dan yang akan ada sudah lama ada; dan Allah mencari yang sudah lalu.” (ayat 14-15).
Dalam kehidupan ini ada banyak hal yang bisa terjadi, tetapi satu hal yang pasti kita harus memiliki rasa takut akan Allah, serta pengenalan akan Dia dengan benar. Bukan hanya sebatas menghormati biasa, tetapi benar-benar ada sikap trust / percaya dengan trembling / gemetar.
Tetapi hari-hari ini kita sudah kehilangan rasa takut akan Allah, dan hanya menganggap-Nya biasa saja.
Apakah kita datang beribadah di gereja, hanya sekadar untuk kumpul-kumpul saja, atau menyembah Dia dengan takut dan gemetar? Pada waktu mendengar firman Allah disampaikan, apakah masih ada rasa hormat di dalam hati dan hidup kita pada saat mendengar suara-Nya? Apakah kita juga dapat mengalami Allah, pada saat kita beribadah di dalam gereja?
Ibadah / kebaktian bukan hanya sekadar gimmick / sesuatu (alat atau trik) yang digunakan untuk menarik perhatian dan production saja. Tetapi datanglah dengan pemahaman yang benar, yakni kita mau menghormati Dia. Kita mau melayani Allah, dan juga manusia ciptaan-Nya.
Rindukan agar setiap kita yang datang beribadah ke gereja itu karena memiliki kerinduan, untuk dapat mendengar dan menerima pesan Allah yang berbicara di dalam hidup setiap kita.
Dari semuanya ini kita ditantang untuk selalu belajar bahwa hidup ini indah karena Tuhan yang membuatnya indah, Dia berdaulat penuh atas waktu di dalam hidup, dan kita juga memahami apa tujuan Tuhan di dalam hidup ini.
Memang ada beberapa momen yang diizinkan datang, yang membuat kita kecewa dan bisa jadi mungkin membuat kita meninggalkan Tuhan. Tetapi tetaplah bertahan, Dia masih memegang kendali, dan “turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Roma 8:28).
Untuk Diterapkan dalam Keseharian.
Pertama. Kehidupan yang dibatasi waktu itu bukan hanya sebuah fakta, tetapi sebuah proses bagi setiap kita untuk dapat grow / bertumbuh.
Kita dapat semakin menyerupai Kristus, serta dimampukan untuk memaknai arti kehidupan, apa arti melayani Tuhan, menginjil, dan banyak hal lainnya.
Kedua. Dalam waktu kehidupan yang kita jalani tidak akan pernah menjadi indah, jika kita tidak mengerti Pribadi Tuhan dengan benar.
Dalam bahasa Yunani, ada kata ginosko / mengetahui dan mengenal Tuhan melalui pengalaman pribadi kita yang berjalan bersama dengan-Nya. Kata ini menggambarkan hubungan yang sangat personal, erat, dan intim seperti layaknya hubungan personal suami dan istri.
Ketika mengenal karib siapa Allah kita, maka setiap kita akan diberi hikmat dan juga dimampukan untuk dapat menjalani hidup ini dengan baik.
Ketiga. Kita bukanlah raja dan ratu dari waktu kehidupan, tetapi Tuhanlah yang merupakan satu-satunya Raja yang menentukan waktu atas hidup kita.
Perkataan kita juga bukanlah raja. Kita bukanlah sang pencipta, tetapi ciptaan-Nya. Kita tidak selalu bisa menentukan apa saja yang terjadi di dalam hidup ini. Tuhanlah yang memberikan kendali-Nya, dalam era kehidupan kita.
Kenallah Tuhan kita dengan baik dan biarlah apa yang keluar dari mulut kita, itu semua keluar dari pemahaman dan pengenalan kita pada Pribadi Tuhan sendiri. Hidup ini harus selalu diwaspadai, dan jangan pernah bermain-main dengan hidup ini. Bersyukur bahwa Dia memberikan kekekalan di dalam hidup kita, dan hidup ini indah karena ada Dia yang selalu menyertai setiap kita.
Mengapa bagi bangsa Israel, kitab yang paling dihormati adalah kitab Keluaran dan ketika mendengar kitab Taurat dibacakan, mereka diam dan mendengarnya dengan saksama?
Karena bagi mereka, kitab Taurat itu berbicara tentang the almighty God / Allah Mahakuasa yang telah membuat deal / kesepakatan dengan bangsa Israel, dengan memberi firman-Nya. Bagaimana Allah yang dahsyat itu telah membawa keluar bangsa Israel dari perbudakan bangsa Mesir, yang disertai dengan tanda mukjizat dari-Nya yang sungguh mengherankan. Hal inilah yang membuat bangsa Israel takut dan gentar.
“Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.” (1 Petrus 2:9-10).
Firman Allah telah datang di dalam dan digenapi melalui hidup Tuhan Yesus. Dia juga berbicara di dalam bahasa kita, umat manusia. Oleh karena itu, hormati dan agungkan Dia dengan pemahaman yang baik dan benar. Tidak hanya sekadar kita datang ke gereja hanya karena pada hari Minggu saja, tetapi milikilah sikap takut dan gentar akan Allah pada saat kita beribadah kepada-Nya.
Semua ini kita lakukan karena kita memiliki pengenalan mendalam akan siapa Pribadi Allah, dan juga karena Dia sudah melakukan banyak hal yang luar biasa di dalam hidup kita.
Amin. Tuhan Yesus memberkati..
टिप्पणियां