top of page

Petrus Nawawi - Victory in the Wait

Catatan Khotbah: “Victory in the Wait.” Ditulis dari sharing Bp. Pdt. Petrus Nawawi di MDC Putat Surabaya pada Tgl. 19 November 2023.



Kita hidup di dalam rangkaian penantian demi penantian. Di dalam masa penantian tersebut, ada yang membuat lega karena berjalan sesuai dengan apa yang kita doa dan harapkan, waktunya terjadi pas sesuai dengan apa yang kita inginkan bahkan ada yang berjalan lebih cepat dari apa yang sedang kita harapkan. Tetapi ada juga yang di mana kita menantinya tanpa kepastian, dan bila berjalan terlalu lama dapat membuat kita kehilangan semangat, iman merosot, sehingga tak sedikit yang mencari “jalan pintas” agar dapat segera terbebas dari setiap permasalahan yang sedang dihadapi.


Di dalam masa penantian, kita mengharapkan kapan terjadinya apa yang didoakan dan diharapkan. Kita bisa lega, bila jawaban doa tersebut terjadi cepat. Tetapi bila tidak, maka bisa menggerus dan membuat iman kita lemah. Kita tergoda mengambil “jalan pintas” dan pada akhirnya dapat menghancurkan hidup kita.


Masa Penantian Bersama-Nya.


Kalau kita hidup di dalam Tuhan, maka masa menunggu / penantian bukanlah masa yang dilalui dengan ketidakpastian / tidak tahu apakah akan ada hasilnya / tidak. Bukanlah masa yang dilalui di dalam ketidaktahuan, bukan pula di dalam keadaan mudah-mudahan. Bila kita hidup dan melalui setiap masa penantian bersama-Nya, maka sesuatu yang pasti yakni kemenangan yang diberikan Tuhan itu, pasti akan terjadi di dalam hidup kita sesuai dengan waktu dan kehendak-Nya yang terbaik. Setiap dari kita pasti diberi kekuatan oleh-Nya untuk menjalani hidup ini.


Mungkin kita merasa bahwa kita sedang menjalani hidup yang berisi masa penantian yang begitu panjang dan besar. Dan bila dirangkai di dalam satu perjalanan kehidupan.. maka kita akan mendapati bahwa hal tersebut tidaklah berjalan terlalu panjang. Karena hidup sendiri sebenarnya berjarak setrip atau satu garis kecil ( - ) yang sering kali kita lihat tertulis di setiap batu nisan / batu tanda kubur. Di lapisan batu nisan tersebut kita melihat nama lahir, dan tanggal lahir ( - ) tanggal meninggal dunia.


Di dalam setrip / tanda hubung tersebut berisi masa penantian yang pasti dilalui setiap orang. Tetapi yang menjadi pertanyaannya di sini adalah hal apakah yang menjadi sikap kita ketika kita sedang berada di dalam masa penantian tersebut? Apakah kita akan..


Tetap bersyukur dan bersukacita pada Tuhan, menjalani hidup dengan maksimal atas setiap hal yang sudah diizinkan-Nya terjadi di dalam hidup ini? Atau kita akan mengisinya dengan mengeluh dan juga penuh penyesalan, ada banyak hal yang ingin kita ulang dan perbaiki?


Terlepas dari semuanya, masa penantian dapat menuntun hidup kita untuk menerima kemenangan yang besar bersama dengan-Nya, atau justru bahkan menjalani hidup tanpa kepastian, menggerus iman, mengambil “jalan pintas” dan berujung pada kehancuran.


Hal apakah yang menyebabkan seseorang mengalami penggenapan janji Tuhan dan kemenangan atas hidupnya, atau justru malah menggerus imannya? Hal apakah yang menjadi perbedaannya? Jawabnya adalah, sikap hati kita yang menjadi perbedaannya. Dan hal ini yang akan membuat perbedaan yang cukup besar, di seluruh perjalanan hidup kita.


Kehidupan Abraham.


Alkitab memuat kisah banyak orang yang telah mengambil keputusan yang salah, dan hidupnya berakhir di dalam penyesalan dan juga kehancuran. Tetapi ada juga orang-orang yang hidup dengan sikap hati yang benar, sehingga mereka pada akhirnya mengalami kemenangan besar dan janji Tuhan dapat digenapi seutuhnya di dalam hidupnya. Bahkan lebih lagi, hidupnya juga dapat menjadi contoh dan suri teladan bagi siapapun yang membaca kisahnya.


Abraham. Di dalam masa penantian, hidupnya tidak selalu berjalan dengan cukup mudah. Penuh “onak duri” dan banyak hal yang dapat menggoyahkan iman dan janji Tuhan di dalam hidupnya. Tetapi melalui semuanya, Abraham memutuskan untuk tetap berpegang teguh pada janji-janjiNya dan pada akhirnya dirinya mendapat kemenangan dalam hidupnya.


“Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu." Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup. Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan. Karena itu hal ini diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran. Kata-kata ini, yaitu "hal ini diperhitungkan kepadanya," tidak ditulis untuk Abraham saja, tetapi ditulis juga untuk kita; sebab kepada kitapun Allah memperhitungkannya, karena kita percaya kepada Dia, yang telah membangkitkan Yesus, Tuhan kita, dari antara orang mati,” (Roma 4:18-24).


Dalam masa penantian, Abraham tetap memegang teguh semua janji-Nya dan menerobos berbagai kemustahilan, sampai dirinya meraih apa yang telah dijanjikan bagi hidupnya. Kisahnya ditulis di dalam Alkitab bukan hanya untuk dinikmati Abraham dan anak cucunya saja, tetapi juga dapat menjadi contoh dan tuntunan bagi setiap kita yang sedang mengalami berbagai pergumulan di dalam masa penantian. Kalau Abraham bisa mengalami pergumulan di dalam masa penantian dan Tuhan memberi kekuatan baginya untuk dapat melaluinya.. maka hal yang sama, Tuhan juga dapat memampukan setiap kita untuk melalui berbagai permulan yang sedang dihadapi.


Abraham dan Sara telah menantikan janji Tuhan yang seolah mustahil untuk dapat terjadi. Usia Abraham hampir 100 tahun, Sara bahkan dikatakan sudah tidak bisa lagi memiliki anak karena rahimnya telah tertutup. Tetapi Tuhan sangat tahu dan mengerti keadaan mereka, dan Dia tetap berani memberikan janji bahwa keturunannya seperti banyak bintang di langit. Dia adalah Tuhan yang tak terbatas. Dia adalah Pencipta dari yang tidak ada menjadi ada. Kalau Abraham dapat mengalami victory in the wait / kemenangan di dalam masa penantian.. maka hal ini juga dapat terjadi dalam hidup kita.


Peganglah janji Tuhan. Firman-Nya berkata,


“Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.” (Yesaya 55:8-9).

Rancangan-Nya bukanlah rancangan kecelakaan, sama seperti yang tertulis di ayat di atas, tetapi bisa jadi tetap ada hal-hal yang masih diizinkan-Nya terjadi. Misal, ada yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), lalu pas tabungannya menipis, kontrakan rumah habis, mencari kerja begitu susahnya, ditambah lagi anak mengalami sakit penyakit.. berbagai hal yang mustahil terjadi dan menumpuk di tengah penantian kita akan janji Tuhan dinyatakan. Tetapi Tuhan yang berjanji, Dia juga adalah Tuhan yang mampu untuk menggenapinya. Dia bukan hanya Tuhan yang mau saja, tetapi juga Tuhan yang masih mampu melakukannya.


Bagaimana memiliki sikap yang benar dalam masa penantian akan janji Tuhan?


Pertama. Waiting with Faith in God. Menanti dengan iman dan percaya di dalam Tuhan, sambil tetap berfokus hanya kepada-Nya.


“Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu." Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup. Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah,” (Roma 4:18-20).


Apa yang selama ini menjadi fokus di dalam hidup kita, akan mempengaruhi dan juga akan menentukan bagaimana arah dari hidup kita. Kalau kita selama ini hidup hanya dengan terus berfokus pada masalah, maka masalah itu tidak ada yang menentu, mudah berubah, dan tidak ada kepastian. Hati kita tidak akan pernah mengalami tenang, damai, dan teguh di tengah badai kehidupan yang sedang menerpa. Fokuskan hidup kita bukan pada badainya, tetapi pada Tuhan yang masih berkuasa atas badai apapun yang terjadi di dalam hidup kita.


Abraham tidak ada dasar untuk percaya pada setiap janji Tuhan, melihat situasi dan kondisi yang sedang dialaminya. Tetapi walau secara logika dirinya tahu bahwa janji Tuhan itu terlihat mustahil baginya, dia memilih untuk tetap percaya pada apa yang sudah dijanjikan Tuhan daripada kenyataan yang terjadi di dalam hidupnya. Saat kenyataan yang terjadi berhadapan dengan janji Tuhan yang sudah diberikan di dalam hidup kita.. kita sedang menghadapi dua kenyataan.


Kenyataan pertama adalah apa yang kita lihat dan apa yang kita dengar di dalam dunia ini. Tetapi hal ini bukanlah satu-satunya kenyataan. Masih ada kenyataan kedua, yakni janji firman dan kehadiran Tuhan di dalam hidup kita. Kenyataan pertama bisa menipu. Walau kita bisa melihat dan menilai awalnya terlihat begitu menjanjikan.. tetapi ujung-ujungnya dapat terjadi tidak sesuai dengan apa yang kita harap dan inginkan. Tetapi Tuhan tidak pernah menipu dan tidak bisa salah. Janjinya adalah Ya dan Amin. Abraham memilih untuk tetap percaya pada Tuhan daripada keterbatasan fisiknya.


Abraham tidak bimbang dan tetap percaya pada janji dan firman Tuhan, sekalipun sadar diri melihat kenyataan yang ada. Imannya tidak menjadi lemah dan tetap memuliakan Allah. Antara iman yang menyala-nyala dan hati yang memuliakan Allah itu saling berkaitan dan ada hubungannya. Seseorang yang imannya menyala-nyala, maka kerinduan di dalam hatinya adalah untuk memuliakan Allah. Demikian sebaliknya. Seseorang yang hidupnya memuliakan Allah, pasti memiliki iman dan roh menyala-nyala.


Paul David Tripp mengatakan,


Dalam hidup kita, self talk sangatlah penting. Sebab seseorang hanya percaya pada apa yang dikatakan dan didengar oleh dirinya sendiri. Orang lain bisa saja mengatakannya berulang-ulang pada kita, tetapi kalau kita mengatakan bahwa kita tidak mau percaya dan tidak mau berbuat.. maka kita tidak akan pernah melakukan apa yang sebenarnya harus kita lakukan.

Memuji dan menyembah Tuhan adalah kata-kata yang memang diucapkan dan ditujukan pada Tuhan, tetapi melaluinya kita juga memperkatakan dan mengingatkan kembali apa janji Tuhan bagi hidup kita. Banyaklah memperkatakan firman, agar iman kita tetap kuat dan percaya pada-Nya, serta tidak mudah merosot melihat kenyataan, yang bisa saja bertentangan dengan janji yang Dia beri. Biarlah iman dan roh kita terus berapi-api bagi-Nya.


Kedua. Waiting with Patience. Menanti dengan penuh kesabaran.


“Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu."“ (Roma 4:18).

Berapa lama Abraham berharap dan percaya pada janji-janjiNya? Dua puluh lima tahun. Kalau Abraham bisa menanti selama itu, maka diperlukan sikap hati yang mau menanti dengan penuh kesabaran. Di dalam masa penantian, Abraham bisa saja terjatuh dan berbuat salah, tetapi dia mau untuk bangkit kembali.


Ada seseorang yang baru mengenal Tuhan, doanya begitu cepat dijawab-Nya. Bahkan belum sempat menaikkan permohonan doa, sudah diberikan Tuhan duluan. Tetapi dengan berjalannya waktu dan bertumbuhnya hidup kerohanian seseorang, sekalipun doanya sudah dilakukan dengan “jungkir balik,” doanya tidak dijawab dan ada yang membutuhkan waktu.


Mengapa demikian? Apakah Allah kita berubah-ubah kesetiaan-Nya?

Kita hidup di dalam zaman yang serba instan. Semua inginnya serba cepat. Kalau bisa menaikkan permohonan doa hari ini, dijawabnya hari ini juga. Bahkan kalau bisa baru berharap dalam hati, sudah dijawab Tuhan langsung.


Kita dulunya bayi dan anak-anak rohani, tetapi dengan berjalannya waktu, kita bertumbuh pula secara rohani. Dan kalau kita mau melihat jawaban dan kemenangan dari Tuhan, hiduplah di dalam kesabaran. Dan kesabaran di sini bukanlah pasif dan diam tidak berbuat apa-apa. Seorang petani tidak hanya duduk berdiam diri, melihat sawahnya berantakan, dan hanya berdoa dan beriman saja. Hal itu tidaklah cukup, sawahnya harus diurus. Di dalam Tuhan pun sama.


“Patient living means to live actively in the present and wait there. Waiting, then, is not passive. It involves nurturing the moment, as a mother nurtures the child that is growing in her womb.” -Henri Nouwen.

“Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!” (Roma. 12:12).

Ketiga. Waiting with Joy in the Lord. Menanti sambil memiliki sukacita di dalam Tuhan.


“Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah,” (Roma 4:20).

Ada perbedaan yang besar antara kegembiraan dan sukacita. Kegembiraan terjadi karena keadaan, dan sifatnya naik dan turun bergantung pada situasi dan kondisi yang ada. Seseorang yang tertawa, kita bisa ikut tertawa. Demikian pula sebaliknya. Tetapi Sukacita terletak berada di dalam hidup kita, dan tidak terpengaruh keadaan yang ada. Sukacita dari Tuhan merupakan hasil bukan dari perasaan karena melihat keadaan tetapi keputusan yang harus kita ambil di setiap harinya, dan mampu untuk bertahan di dalam setiap keadaan.


Seseorang yang hidupnya dapat memuliakan Allah adalah seseorang yang memiliki sukacita di dalam hidupnya. Bukan karena situasi, tetapi karena keputusan untuk bersukacita.


Sukacita adalah perintah, karena Tuhan tahu di dalam hidup kita hanya memiliki kegembiraan yang sesaat. Sukacita sejati berasal dari Tuhan yang memberikan, dan merupakan hasil karena kita mau taat melakukan kebenaran firman Tuhan sebagai dasarnya, untuk kita bersukacita. Kita bisa saja menghadapi masalah dan tertekan, tetapi karena firman Tuhan yang memerintahkan, kita mau taat. Sukacita sejati bukanlah sekadar positive thinking / berpikir positif.


Hidup kita sedang berada di dalam masa penantian, masa di antara pemberian janji Tuhan dan penggenapannya. Dan yang menjadi perbedaannya adalah apakah kita mau untuk tetap menjaga dan menjalani hidup ini dengan memiliki sikap hati yang benar, serta menanti dengan memiliki iman dan percaya kepada Tuhan, tetap berfokus hanya kepada-Nya? Menanti dengan penuh kesabaran, dan juga menanti dengan tetap memiliki sukacita di dalam Tuhan, yang tidak bergantung pada situasi dan kondisi yang sedang dialami hari-hari ini.


Tuhan rindu agar setiap momen penantian yang sedang dilalui akan menuntun hidup kita bukan pada berbagai momen ketidakpastian dan kekalahan, tetapi pada kemenangan demi kemenangan / victory in the wait bersama-Nya.


Amin. Tuhan Yesus memberkati.

11 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua

Comments


bottom of page