Catatan Khotbah: “Misteri Hubungan Kristus dan Gereja-Nya.” Ditulis ulang dari sharing khotbah Bp. dr. Paulus Rahardjo di Ibadah Minggu di MDC Graha Pemulihan, pada Tgl. 9 Juni 2024.
Misteri hubungan Kristus bersama dengan gereja-Nya membahas sebuah misteri yang mendalam dan juga indah, yang merupakan intisari dari perjalanan iman dan hidup Kekristenan kita. Hubungan ini sering kali digambarkan di dalam Kitab Suci dengan berbagai metafora / kiasan cerita yang kaya dan hidup, yang di mana sangat membantu kita untuk dapat memahami kedalaman dan juga makna yang terkandung di dalamnya.
Kata “misteri” di sini tidak lagi menjadi sesuatu yang bersifat rahasia, yang tidak dapat dipahami. Karena banyaknya misteri yang dahulu tersimpan begitu rapat dan tak ada seorangpun yang dapat memahami apa maknanya, sekarang satu per satu mulai terbuka dan dapat dijawab melalui kehadiran Kristus dan juga berita Injil-Nya.
Selain itu, menjadi pengikut Kristus juga tidak hanya berbicara tentang menaati dan mengikuti berbagai peraturan yang tertulis di dalam firman Tuhan serta menjauhi larangan-Nya saja.. tetapi lebih dari itu, yang ditawarkan Kristus adalah sebuah relationship / hubungan yang terus-menerus dibangun karib bersama dengan-Nya.
“Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.” (Wahyu 3:20).
Di dalam Alkitab, kata “makan” itu berbicara tentang membangun sebuah fellowship / hubungan yang karib. Di ayat di atas dikatakan bahwa Tuhan Yesus telah berdiri di depan pintu hati kita, dan Dia mengetok. Bila kita mendengar suara-Nya dan mau membukakan pintu bagi Dia untuk dapat masuk.. maka Dia akan masuk dan “makan” bersama dengan kita, yang memiliki arti Dia mau membangun hubungan yang karib bersama kita. Hubungan seperti inilah yang ditawarkan kepada kita. Firman Tuhan mencatat,
“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Matius 11:28).
“Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa! dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati!” (Yakobus 4:8).
Tuhan memang menciptakan kita untuk dapat berelasi dengan sesama, tetapi lebih dari itu, apakah kita sudah memiliki relationship / hubungan yang karib bersama dengan-Nya?
Metafora Hubungan Kristus dengan Gereja-Nya.
Kata metafora menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti,
Pemakaian kata atau kelompok kata, bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan.
Dan kita akan belajar ada tiga metafora / kiasan yang memperlambangkan hubungan Kristus bersama dengan Gereja-Nya.
Metafora Pertama. Mempelai Kristus.
“Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.” (Efesus 5:25-27).
“Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.” (ayat 32).
Pertama. Kasih dan Pengorbanan.
Hubungan Kristus dengan gereja-Nya di ayat di atas dilukiskan sebagai hubungan suami dan istri. Sebagai Mempelai Pria, Kristus telah membuktikan keseriusan-Nya di dalam mengasihi jemaat dengan jalan: Dia telah menyerahkan diri-Nya untuk penebusan dosa dan pengudusan hidup kita.
Dan hal ini telah mengungkap bagaimana kedalaman dari komitmen dan kepedulian-Nya pada setiap kita. Itulah sebabnya, kita tidak hanya percaya pada ajaran dan apa yang telah dikatakan di dalam firman-Nya saja, tetapi lebih dari itu kita percaya karena kita membaca firman-Nya tentang apa saja yang sudah dilakukan-Nya bagi kita,
Dia berkorban dan mati di atas kayu salib, demi menebus dosa-dosa kita.
Kedua. Penyucian dan Kekudusan.
Sering kali kita memahami isi dari kitab Injil hanya sebatas kita sudah diselamatkan melalui karya pengorbanan Kristus di atas kayu salib, lalu kita berhenti, dan tidak berbuat apa-apa. Padahal setelah kita diampuni dari segala dosa, maka hidup kita masih perlu untuk diproses, ada proses penyucian dan juga pengudusan hidup.
Firman-Nya berkata bahwa kita ini adalah mempelai Kristus dan sedang berada di dalam proses untuk menjadi individu yang jauh lebih baik, agar nantinya setiap kita dilayakkan untuk dapat bersanding menjadi mempelai Kristus, bersekutu bersama dengan-Nya selamanya.
Itulah sebabnya firman Tuhan berkata,
“Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya. Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.” (Yakobus 1:23-25).
Bisa dipastikan setiap hari kita memakai cermin di dalam rumah. Bercermin ini dilakukan untuk memperhatikan bagaimana rupa wajah kita, dan bagaimana penampilan kita. Cermin ini sangat berguna bagi kehidupan, karena kita tidak bisa melihat dan mengira-ngira sendiri bagaimana rupa dari wajah dan penampilan kita.
Alkitab menulis ketika kita bercermin, maka hal tersebut diibaratkan seperti kita mendengar firman Tuhan dan melakukannya. Itulah sebabnya mendengar dan melakukan firman harus dilakukan berulang kali. Tidak mungkin kita bercermin hanya seminggu sekali, sebulan sekali, atau bahkan setahun sekali. Semakin sering kita mendengar firman Tuhan dan melakukannya, maka manusia rohani kita juga akan semakin disempurnakan.
Kita dapat mempersiapkan diri dengan begitu rupa, untuk nantinya bersanding dengan Sang Mempelai Pria, yakni Tuhan Yesus.
Memang, tidak ada seorang manusia di dalam dunia ini yang dapat menebak dengan pasti, kapan kedatangan-Nya yang kedua kali. Tetapi yang dapat kita lakukan adalah selalu mempersiapkan diri sebagai seorang individu, yang terus diproses dan dilayakkan untuk dapat disebut sebagai mempelai Kristus yang dapat tampil cemerlang, tanpa cacat atau kerut, atau yang serupa itu (Efesus 5:27).
Dan pertanyaannya adalah,
Apakah kita tetap mengizinkan Dia untuk terus memproses dan menguduskan hidup kita, agar pada saatnya nanti kita dapat layak berdiri di hadapan-Nya, sebagai mempelai-Nya?
Ketiga. Kesatuan dan Keintiman.
Kita dipersatukan dengan Kristus, berbagi di dalam kehidupan, kematian, dan juga kebangkitan-Nya.
Sama seperti seorang laki-laki dan seorang perempuan yang sudah dipersatukan di dalam pernikahan, mereka tidak dapat dipisahkan kecuali oleh kematian. Demikian pula dengan hidup kita bersama Kristus, kita telah dipersatukan bersama-Nya, berbagi di dalam kehidupan, kematian, dan juga kebangkitan-Nya.
Itulah sebabnya di dalam gereja kita ada proses sakramen baptisan secara fisik. Sakramen ini seperti seseorang yang melakukan napak tilas, dan di dalam sakramen baptisan ini, “manusia lama” kita telah ditenggelamkan seutuhnya dan kita dibangkitkan menjadi “manusia yang baru” bersama dengan Kristus.
Metafora Kedua. Tubuh Kristus.
“Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya.” (1 Korintus 12:27).
Pertama. Keragaman dan Kesatuan.
Gereja Tuhan terdiri dari berbagai individu yang beragam, masing-masing telah diberikan Tuhan karunia yang unik dan dipanggil untuk melayani Dia dengan cara yang berbeda. Tetapi sekalipun Tuhan memberikan pada kita karunia yang berbeda-beda, tetap kita dipersatukan sebagai satu kesatuan Tubuh Kristus, di dalam gereja-Nya.
Masing-masing dari setiap kita itu unik, dan pasti memiliki sesuatu untuk dapat dipersembahkan kepada Tuhan. Dan sekalipun karunia kita berbeda-beda, tetapi kita semua tetap bersatu dan saling bekerja sama untuk membangun Tubuh Kristus. Ibaratnya kalau kita hendak membuat jaring-jaring, maka bisa jadi di antara satu simpul dengan simpul lainnya memiliki jarak yang tidak selalu berdekatan. Tetapi tetap kita berada di dalam satu jaring yang sama, yakni tertanam di dalam Tubuh Kristus, yakni gereja Tuhan.
Karena itu, apakah kelebihan kita yang dapat dipakai untuk memperlengkapi dan membangun Tubuh Kristus, agar dapat menjadi lebih baik?
Bisa jadi kita mengambil pelayanan usher, kita bisa menyalami setiap jemaat yang datang di dalam ibadah dengan tersenyum dan juga menyelipkan doa singkat untuk memberkati dan menguatkan iman mereka. Bisa jadi kita mengambil pelayanan di bagian media sosial, pelayanan anak di sekolah minggu, menjadi Event Organizer (EO), menjadi pendoa, tim pujian dan penyembahan, dan masih banyak lagi pelayanan di bidang lainnya.
Kedua. Saling Ketergantungan.
Kita saling bergantung satu sama lainnya untuk pertumbuhan, dan juga saling mendukung di dalam hidup kerohanian.
Kalau kaki kanan kita lumpuh, maka hal ini akan menjadi beban ekstra bagi seluruh tubuh untuk menanggungnya. Demikian hal yang sama ketika kita di dalam satu kesatuan Tubuh Kristus tidak mau mengambil bagian di dalam sebuah pelayanan.. maka bisa jadi akan ada ketimpangan dan juga ketidakmaksimalan di dalam pelayanan.
Pasti ada satu talenta setidaknya, di mana kita bisa mendukung Tubuh Kristus. Tidak ada seorangpun di dalam Tubuh Kristus yang tidak saling membutuhkan. Semuanya saling bergantung dan juga saling membutuhkan. Semuanya sama-sama bergerak di bawah kendali Kristus sebagai Kepala gereja, yang memimpin dan mengarahkan kita semua anggota tubuh-Nya.
Ketiga. Kristus adalah Kepala.
Kristus adalah Kepala dari Tubuh Kristus, karena Dia yang memimpin dan mengarahkan kita di dalam tujuan dan rencana-Nya yang terbaik.
Itulah sebabnya, siapakah yang kita izinkan di dalam hidup ini untuk menjadi kepala, yang akan memimpin langkah-langkah di dalam hidup kita? Siapakah yang akan mengarahkan arah dan tujuan, di dalam hidup kita?
Jangan pernah menunjuk diri sendiri, karena kita sendiri tidak tahu arah mana yang benar dan tepat. Namun, hadirkan selalu Kristus sebagai Kepala yang dapat memberikan arahan dan juga pimpinan, di dalam hidup kita. Selain itu jangan pernah berkata kurang baik terhadap salah satu gereja Tuhan yang ada, yang bisa jadi mungkin mereka masih sedang mengalami proses dari-Nya.
Karena pada suatu hari nanti kita akan meninggalkan dunia yang fana ini dan menuju ke dalam kekekalan, dan kita akan bertemu dengan Sang Pemilik dari gereja ini, dan kita harus mempertanggungjawabkan setiap perkataan dan perbuatan selama hidup di dalam dunia ini.
Yang terpenting adalah kita tetap bekerja dan melakukan bagian kita dengan setia dan yang terbaik, sesuai dengan talenta yang Tuhan sudah percayakan di dalam hidup. Setiap orang pasti memiliki bagian dan juga bidang yang sudah dipercayakan Tuhan, di dalam hidupnya.
Metafora Ketiga. Pokok Anggur dan Ranting-rantingnya.
“Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yohanes 15:5).
Pertama. Tinggal di dalam Kristus.
Kita harus tinggal di dalam persekutuan yang erat bersama dengan Kristus, agar kita dapat bertumbuh dan berkembang secara maksimal di dalam hidup kerohanian.
Di dalam kata “tinggal”, terletak ada kedisiplinan yang dibangun secara terus-menerus dalam membangun hubungan yang karib bersama dengan-Nya melalui doa, membaca firman Tuhan / Alkitab, dan juga digembalakan di dalam komunitas rohani yang sehat dan membangun iman.
Kita tidak akan mungkin bisa bertumbuh secara rohani, tanpa ketiga hal di atas.
Selain itu, Alkitab kita adalah kitab yang paling interaktif di dunia karena ketika kita membacanya, penulisnya sendiri juga ikut menjelaskan apa maksud dan tujuan dari isi tulisannya tersebut. Dan firman Tuhan inilah yang dibutuhkan sebagai makanan rohani, untuk pertumbuhan hidup kerohanian kita.
Tidak ada seorangpun dapat bertumbuh menjadi dewasa rohani tanpa digembalakan di sebuah komunitas rohani yang sehat dan juga membangun iman. Ketika kita berdoa meminta pada Tuhan untuk menjadi sabar, bisa jadi Dia akan mengirim dan mengizinkan kehadiran orang-orang di sekitar yang menjengkelkan, yang sebenarnya, membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik.
“Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.” (Amsal 27:17).
Kedua. Berbuah.
Buah ini adalah hasil alami dari hubungan kita yang hidup bersama dengan Kristus, dan menunjukkan karya-Nya di dalam hidup kita.
Kalau kita terus-menerus membangun disiplin untuk bergaul erat melalui doa, membaca firman Tuhan, dan digembalakan di dalam komunitas rohani yang sehat dan membangun iman / yang di gereja kita disebut dengan Contact.. maka kehidupan kita nantinya akan dimampukan Tuhan untuk dapat menghasilkan,
“buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.” (Galatia 5:22-23).
Dan buah apa yang muncul dari ranting yang tidak melekat pada Pokok Anggur yang benar, yakni Tuhan Yesus? Jawabannya adalah buah palsu. Orang lain mungkin tidak ada yang tahu, tetapi Tuhan Mahatahu. Cepat atau lambat, orang-orang di sekitar akan dapat melihat perbedaannya, mana buah yang asli dan mana buah yang palsu.
Ketiga. Ketergantungan dan Pertumbuhan.
Melalui bagian yang ketiga ini menegaskan kembali mengenai kebutuhan di dalam hidup kita, agar kita tetap tinggal dan berada di dalam-Nya untuk vitalitas / kemampuan kita bertahan hidup, dan untuk efektivitas di dalam kerohanian kita.
Karena itu sekali lagi,
“Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yohanes 15:4-5).
Penutup.
Hubungan antara Kristus dengan gereja-Nya memang adalah sebuah misteri, namun kaya dengan segala makna dan keindahannya. Hubungan Kristus dengan jemaat-Nya dilukiskan,
Sebagai Mempelai Kristus. Kita sangat dikasihi dan dihargai oleh-Nya, dan karena itulah kita memiliki modal untuk dapat mengasihi dan juga menghargai keberadaan orang lain. Hidup kita juga terus diproses untuk dapat menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya, dan kita dapat diubah menjadi serupa seperti Kristus.
Sebagai Tubuh Kristus. Kita dipersatukan dan saling bergantung, dengan Kristus sebagai Kepala yang memberikan arahan dan pimpinan bagi gereja-Nya. Marilah kita melibatkan diri di dalam setiap pelayanan, untuk membuat Tubuh Kristus menjadi lebih baik lagi. Tidak cukup hanya satu kali dalam seminggu kita duduk, lalu pulang.
Ketika kita mau melayani di dalam satu kesatuan di Tubuh Kristus, maka semuanya bukan untuk kepentingan organisasi di dalam gereja saja, tetapi justru sesungguhnya untuk keuntungan di dalam hidup kita. Kalau hidup kita tidak melekat dan memiliki akar yang kuat untuk bertumbuh di dalam gereja lokal yang ada, maka pertumbuhan rohani kita sendiri dapat menjadi terhambat.
Sebagai Ranting-ranting dari Pokok Anggur. Kita mendapat hidup dan penghidupan dari-Nya, dan dimampukan untuk dapat menghasilkan buah Roh (Galatia 5:22-23) yang mencerminkan karakter-Nya.
Dari Pendosa Menjadi Mempelai Kristus.
“Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah. Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: “Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah.” (Yohanes 8:3-4).
Ada kisah seorang perempuan di dalam Alkitab yang tertangkap berbuat zinah. Dan kumpulan orang banyak tersebut mendesak Tuhan Yesus untuk menghukum perempuan ini dengan memakai hukum Musa, yang di dalam hukum Taurat memerintahkan untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian (ayat 5).
Tetapi Tuhan Yesus mau mengampuninya,
“Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.” (ayat 11).
Tanpa disadari ini adalah hidup kita sesungguhnya, yang sudah diampuni dari segala dosa dan juga kesalahan yang begitu banyak, yang tidak mungkin dapat kita bersihkan dengan hikmat dan kekuatan kita sendiri. Tetapi ini bukanlah akhir dari ceritanya. Hidup kita yang seharusnya dihukum karena adanya dosa, Tuhan Yesus mau mengampuni, memproses, menguduskan, dan pada akhirnya kelak akan mengangkat setiap kita untuk dapat menjadi mempelai-Nya.
Kalau Dia sudah begitu baik bagi setiap kita, yang Dia minta adalah agar kita terus melibatkan diri, menjalin koneksi, dan terus menjalin relasi dengan-Nya. Bukan hanya supaya kita dapat memuliakan nama-Nya saja, karena Dia sudah terlalu mulia untuk dimuliakan lagi dengan keterlibatan kita.
Tetapi supaya melalui hidup kita, ada buah-buah rohani yang lahir dari hidup kita. Supaya hidup kita juga semakin dikuduskan, dan dapat semakin dibentuk menjadi serupa seperti Kristus.
Agar nantinya ketika kita melihat ke arah belakang di hidup kita, kita dapat melihat bahwa hidup kita sendiri sudah dibersihkan oleh kebenaran firman Tuhan di dalam Alkitab. Kita juga sudah dilatih oleh teman-teman yang berada di dalam komunitas rohani, agar kita dapat memiliki karakter yang semakin serupa seperti Kristus.
Bukalah hati kita dan berikan kesempatan pada Dia untuk menjamah dan mengubah hidup kita, sama seperti seorang Penjunan dan kita adalah tanah liat yang terus dibentuk oleh-Nya. Sama seperti spons busa kering yang dimasukkan ke dalam air, dan dengan segera menyerap air yang ada dengan begitu mudahnya.. maka tenggelamkan diri kita di dalam doa dan pembacaan firman-Nya / Alkitab, dan libatkan diri kita di dalam berbagai pekerjaan dan pelayanan di dalam gereja-Nya.
Izinkan Dia untuk selalu hadir dan membersihkan “berbagai kotoran” di dalam hidup kita.
Amin. Tuhan Yesus memberkati.
Comentários