top of page

Paulus Bambang Widjanarko - Fear & Courage

Catatan Khotbah: “Fear & Courage.” Ditulis ulang dari sharing Bp. Paulus Bambang Widjanarko di Ibadah Minggu di Ibadah Kedua di MDC Graha Pemulihan, pada Tgl. 16 Maret 2025.



Ayat Bacaan: Kisah Rasul 12:1-12.


Fear / Ketakutan adalah Courage / Keberanian yang dipandang dari sisi negatif. Sedangkan Courage sendiri adalah Fear yang dipandang dari sisi positif. Keduanya memiliki perbedaan tipis. Tetapi milikilah Fear / Ketakutan yang benar yakni, takut dan hormat pada Tuhan, bukan pada lainnya.


Di dalam Alkitab sendiri, setiap kata yang ditulis di dalamnya pasti ada maksud Tuhan untuk mengajar dan mendidik anak-anakNya. Sebab,


“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.” (2 Timotius 3:16-17).


“Kira-kira pada waktu itu raja Herodes mulai bertindak dengan keras terhadap beberapa orang dari jemaat.” (Kisah Rasul 12:1).


Dari ayat yang dicetak tebal di atas kita mendapati bahwa Herodes ini bertindak dengan keras terhadap beberapa orang dari jemaat, dan pastinya, tidak mungkin dirinya bertindak pada sembarang orang serta yang tidak memiliki dampak.


Hal yang sama pula Iblis juga menyerang dan menjatuhkan anak-anak Tuhan yang selama ini memiliki hubungan karib bersama-Nya di dalam doa dan membaca firman-Nya, serta yang selama ini sudah setia dalam melayani Tuhan.


Kalau Tuhan ingin mengangkat dan menurunkan untuk mendidik anak-anakNya itu mudah, tetapi Iblis mengangkat dengan tujuan untuk menjatuhkan hidup kita. Kebanyakan yang dilakukannya memang untuk menghancurkan dan menjauhkan hidup kita dari hubungan yang karib bersama dengan-Nya. Karena itulah keberadaan kita sebagai anak-anak Tuhan sesungguhnya adalah sasaran utama Iblis, dan hari-hari ini justru godaannya semakin bertambah berat karena Iblis tahu waktunya semakin mendekat.


Hal ini bisa juga dilihat dari kondisi perekonomian yang kacau-balau dan serba tidak menentu, setiap negara hanya memikirkan egonya masing-masing. Selain itu sudah tidak ada lagi persatuan, banyak terjadi perpecahan dan peperangan. Waktu-Nya benar-benar sudah dekat, Tuhan akan segera datang. Karena itu naikkanlah permohonan doa kita bagi para pemimpin, karena mereka sesungguhnya menjadi sasaran utama Iblis, agar mereka jatuh ke dalam dosa dan meninggalkan Tuhan.


“Ia menyuruh membunuh Yakobus, saudara Yohanes, dengan pedang. Ketika ia melihat, bahwa hal itu menyenangkan hati orang Yahudi, ia melanjutkan perbuatannya itu dan menyuruh menahan Petrus. Waktu itu hari raya Roti Tidak Beragi.” (Kisah Rasul 12:2-3).


Mengapa Raja Herodes terlihat begitu membenci Kekristenan dan juga beberapa jemaat, serta hal ini dilakukannya justru pada hari raya Roti Tidak Beragi?


Di dalam Alkitab, kita akan belajar bersama dari sikap dan tindakan yang dilakukan 4 raja dari dinasti Herodes, serta kita dapat belajar ada 4 sindrom yang berlaku sampai hari ini.


Pertama. Raja Herodes Agung.


Raja pertama dari dinasti Herodes ini terkenal kisahnya karena mencoba membunuh bayi Yesus dan membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya (Matius 2:16). Ditulis dari berbagai sumber, diperkirakan raja Herodes Agung wafat setelah menderita penyakit dalam kurun waktu yang cukup lama. Sumber di Wikipedia mencatat bahwa kematiannya diakibatkan gagal ginjal.


Herod’s Syndrome.


“Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem dan bertanya-tanya: “Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia.” Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem. Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan.” (Matius 2:1-4).


“Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu.” (ayat 16).


Dari ayat di atas kita mendapati bahwa raja Herodes memutuskan untuk membunuh semua anak di Betlehem yang berumur dua tahun ke bawah. Bahkan dari berbagai sumber juga mencatat bahwa raja Herodes ini begitu kejam dan tidak akan segan menghukum mati anak-anak kandungnya, bila didapati mereka mengancam dan menggantikan posisinya sebagai seorang raja.


Dari berbagai tindakan kejam yang dilakukannya, kita dapat mengenali sindrom yang dimiliki, yang di mana hal ini justru cukup banyak ditemui dalam hidup keseharian kita. Sindrom ini dibentuk dari pola pikir yang terus-menerus dipikirkan, dan berujung dapat dilakukan dalam hidup keseharian. Pola pikir dan respon yang dimiliki raja Herodes Agung selama ini begitu negatif, dan hal ini dimulai dari kekhawatirannya setelah mendengar pertanyaan orang-orang majus dari Timur yang hendak pergi ke Yerusalem,


“Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia.” (Matius 2:2).

Herodes mengalami paranoia / penyakit jiwa yang membuat dirinya berpikir aneh-aneh, dan yang bersifat khayalan. Herodes khawatir bahwa Raja Yahudi yang baru saja dilahirkan akan merebut takhtanya, sama seperti yang diberitahukan kepadanya oleh orang-orang Majus.


Apa aplikasi praktisnya dalam hidup kita?


Sering kali kita menjumpai di tempat kerja ada seseorang yang lebih terampil dan kinerjanya jauh lebih menonjol dari apa yang sudah kita perbuat selama ini. Bagi seorang pemimpin yang memiliki rasa cukup percaya diri, orang-orang dengan keahlian lebih ini justru akan direkrut untuk menjadi bagian dari anggota timnya.


Tetapi bagi para pemimpin yang tidak memiliki rasa percaya diri yang cukup, bahkan lebih lagi bagi yang memiliki sindrom Herodes di dalam hidupnya.. orang-orang dengan keahlian lebih ini tidak akan diberi kesempatan untuk dapat mengembangkan lebih lagi keterampilannya. Mereka akan dianggap sebagai ancaman yang dikhawatirkan menggeser kedudukannya, lalu para pemimpin yang tidak memiliki cukup kepercayaan diri ini akan menyingkirkan, dan tidak akan memberdayakan mereka lagi.


Di dalam gereja pun bisa jadi dapat berlaku hal yang sama, kita menjumpai tidak sedikit ada hamba Tuhan yang tidak memiliki rasa percaya diri yang cukup, dan sedihnya, ada yang memiliki sindrom Herodes. Bukannya mencoba untuk meningkatkan kualitas diri, menerima masukan, serta belajar dari kelebihan yang dimiliki sesamanya.. orang-orang dengan sindrom seperti ini justru akan berusaha untuk menjatuhkan sesamanya, agar dapat menjadi sama levelnya seperti yang dimilikinya.


Orang-orang yang memiliki kualitas bagus akan berusaha disingkirkan, yang mengalami sukses bukannya diapresiasi dan terus didukung tetapi malah dijatuhkan dengan berbagai macam alasan. Beberapa di antaranya adalah, dibilang suka merebut jemaat dari gereja lain, melakukan korupsi di dalam gerejanya, dll. di mana semua yang diungkapkan seolah menunjukkan hanya dirinya yang paling benar, sedangkan lainnya salah.


Orang-orang dengan sindrom Herodes seperti ini sering memiliki ketakutan bila keberadaannya pada suatu hari dapat digantikan orang lain. Selama ini dirinya mungkin sudah terkenal dan banyak mendapat pujian dari sesama, tetapi dengan adanya sindrom Herodes, dirinya merasa takut dan khawatir kehilangan semuanya itu. Mereka merasa perhatian pada dirinya selama ini akan direbut, dan keberadaannya akan digantikan oleh orang-orang yang memiliki keahlian melebihi dirinya.


Padahal semuanya itu hanyalah perasaan dan paranoia-nya sendiri, orang-orang seperti ini justru akan tersiksa batinnya, di sepanjang hidupnya.


Kalau dikuasai ketakutan, ketika menghadapi seseorang yang memiliki keahlian lebih dari kita.. maka kita akan merasa insecure / tidak percaya diri, dan terus mencari serta memperkatakan keburukannya. Tetapi bila kita tidak merasa takut dan cukup percaya diri, maka kita akan memilih untuk bekerja sama dengan orang-orang yang lebih pandai dari kita, yang memiliki kemauan untuk maju dan selalu berpikiran positif serta luas.


Kesaksian Bp. Paulus Bambang.


Sepanjang hidup Beliau, Tuhan banyak memercayakan jabatan dan kedudukan penting serta mempertemukan Beliau dengan orang-orang yang memiliki kedudukan strategis. Beliau berkisah acap kali Tuhan juga mengizinkan dirinya untuk belajar banyak hal yang baru, salah satunya adalah biasanya bekerja di back office / bidang pekerjaan yang mengelola dan memelihara data perusahaan, tidak berhubungan langsung dengan pelanggan.. sekarang diberi tanggung jawab baru untuk bekerja di bagian front office / suatu divisi yang ada di dalam perusahaan, yang nantinya berhadapan langsung dengan para pelanggan.


Ketika ada hal-hal di mana Beliau tidak mengerti dan tidak menguasai ilmu di dalam bidang pekerjaannya yang baru, Tuhan memberinya hikmat agar dapat merekrut orang-orang yang jauh lebih pandai dari dirinya, serta yang menguasai bidang yang nanti akan dikerjakannya.


Kalau kita memiliki sindrom Herodes, selalu hidup dalam kekuatiran dan ketakutan, serta merasa diri paling pintar sendiri.. maka tidak akan ada prestasi apa pun, dan kemajuan yang dapat diraih.


Itulah sebabnya ketika proyek pertama Bp. Paulus mencapai keberhasilan, dirinya tidak mau bila hal itu disebut sebagai proyek dirinya yang berhasil melainkan proyek kerja sama timnya yang berhasil. Semua ini dapat terjadi karena ada orang-orang pintar yang selalu mendukung dan mau menyelesaikan visi yang selama ini digagasnya.


Ketika Bp. Paulus dipercaya membimbing 248 UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah), dirinya mengajak setiap UMKM yang ada untuk berani bergandeng tangan dengan profesional, agar dapat memaksimalkan usaha UMKM-nya lebih lagi.


Melalui semua kisahnya, Beliau mengajak setiap kita untuk berani go beyond your border / melintasi garis batas kemampuan yang kita miliki.


Kedua. Raja Herodes Antipas.


Ditulis dari berbagai sumber, Herodes Antipas inilah yang disebut “serigala” oleh Tuhan Yesus (Lukas 13:32). Dia juga yang memenggal kepala Yohanes Pembaptis (Matius 14:9-14) dan ikut serta dalam mengadili serta bertanya pada Tuhan Yesus, ketika Dia sedang diadili (Lukas 23:7-9).


Pada tahun 39 Masehi, Herodes Antipas dituduh oleh keponakannya Agripa I berkomplot melawan Kaisar Romawi yang baru, Caligula, dengan menyebar fitnah bahwa raja Herodes Antipas telah mempersiapkan senjata bagi 70.000 tentara untuk memberontak melawan Caligula. Pada akhirnya, Herodes Antipas ditangkap dan didampingi oleh Herodias, diasingkan di daerah Lugdunum (Kota Lyon di Perancis), dan lalu mati di sana. Setelah kematian Herodes Antipas, Herodes Agripa I / Agung naik takhta, dan menjadi raja atas Yudea.


Moral’s Fragility Syndrome.


“Sebab memang Herodes telah menyuruh menangkap Yohanes, membelenggunya dan memenjarakannya, berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya. Karena Yohanes pernah menegornya, katanya: “Tidak halal engkau mengambil Herodias!”” (Matius 14:3-4).


Dari ayat di atas kita mendapati bahwa raja kedua dari dinasti Herodes ini memutuskan untuk menangkap Yohanes Pembaptis, membelenggu, dan memenjarakannya dikarenakan teguran yang diberikan Yohanes. Kemudian atas siasat Herodias dengan tarian putrinya, Herodias meminta agar Yohanes dipenggal kepalanya (ayat 6-12).


Moral’s Fragility Syndrome ini berbicara tentang kerapuhan moral, yang di mana seseorang itu tidak suka / menolak / membenci setiap kebenaran firman Tuhan yang telah diberitakan.


Aplikasi praktisnya, begitu mendengar firman Tuhan dibagikan untuk kita harus meninggalkan praktik dosa, tidak hanya di kehidupan pribadi tetapi juga di dalam pekerjaan dan di manapun kita berada.. tak sedikit dari antara kita yang bisa jadi akan menolak dan bahkan mengoreksi kebenaran firman Tuhan yang disampaikan..


“Bapak Pendeta tersebut tidak mengetahui bagaimana kondisi bisnis dan perekonomian yang sedang terjadi pada hari-hari ini.. Bisnis ini yaa harus seperti ini. Kita tidak bisa menjadi terlalu suci dan terlalu kaku dalam pekerjaan kita..”


Hari-hari ini banyak orang sudah tidak berani lagi menegakkan standar moral yang sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Banyak orang sudah tidak mau lagi hidupnya dikoreksi, mereka merasa hidupnya paling benar sendiri, dan meninggalkan apa yang namanya integritas. Semakin kita menjauh dan meninggalkan nilai-nilai moral, maka semakin kita mendekat pada nilai-nilai amoral.


Ketika Yohanes Pembaptis menegur tindakan Herodes Antipas yang telah menceraikan istri pertamanya dan menikahi Herodias istri Filipus saudaranya.. Herodes merasa tersinggung, marah, dan ingin membunuhnya (ayat 3-5).


Hari-hari ini gereja Tuhan harus berani untuk kembali menyampaikan berita tentang kebenaran firman Tuhan dengan seimbang. Sebab selama ini gereja Tuhan sepertinya merasa takut dianggap tidak populer, ketinggalan zaman, dianggap sudah tidak lagi relevan, dan khawatir akan ditinggalkan jemaatnya bila mereka berbicara tentang kekudusan, sehingga yang disampaikan hanyalah berita tentang berkat dan anugerah saja.


Memang tidak salah dengan berita berkat dan anugerah, tetapi firman Tuhan juga berkata,


“..sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan.” (Ibrani 12:14b).

Berita tentang kekudusan sangatlah penting, bagaimana kita berkata-kata dan bertindak dalam hidup keseharian sesuai dengan kebenaran firman Tuhan.. tetapi Herodes Antipas tidak menyukainya. Dan kekudusan di sini tidak hanya berbicara di dalam ruang lingkup di gereja saja, tetapi juga di manapun kita berada, menjadi lifestyle / gaya hidup kita di keseharian. Hal ini termasuk juga di dalam ketaatan kita dalam membayar pajak.


Firman Tuhan berkata,


Lalu kata Yesus kepada mereka: “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.” (Matius 22:21).

Jangan sampai nilai-nilai moral yang sesuai dengan standar kebenaran firman Tuhan dikalahkan oleh profitabilitas / sikap kita yang hanya ingin mencari keuntungan dan enaknya saja. Gereja harus berani dan kembali mengajarkan kebenaran firman Tuhan secara seimbang, dalam hidup jemaatnya.


Ketiga. Raja Herodes Agripa I / Agripa Agung.


Herodes Agripa Agung adalah raja yang sangat mempertahankan tradisi Yahudi dan mau mendapat dukungan sepenuhnya dari golongan pemimpin agama Yahudi. Itulah sebabnya dia membunuh Yakobus (Kisah 12:2), dan berniat membunuh Petrus. Tetapi Tuhan terlebih dahulu menghukum, sebelum dia sempat menghukum Petrus.


Dalam ayat 21 dikatakan bahwa di hari yang telah ditentukan untuk Herodes Agripa Agung berpidato, hari yang sama pula Tuhan menghukumnya. Di dalam Kisah Rasul 12 juga mencatat pada kita bahwa kematian Herodes Agripa Agung ini sebagai hukuman dari Allah. Bagaimana caranya Herodes Agripa Agung mati? Di ayat 23 dikatakan pada kita bahwa dia mati dimakan cacing-cacing.


People’s Pleasing Syndrome.


“Kira-kira pada waktu itu raja Herodes mulai bertindak dengan keras terhadap beberapa orang dari jemaat. Ia menyuruh membunuh Yakobus, saudara Yohanes, dengan pedang. Ketika ia melihat, bahwa hal itu menyenangkan hati orang Yahudi, ia melanjutkan perbuatannya itu dan menyuruh menahan Petrus. Waktu itu hari raya Roti Tidak Beragi.” (Kisah Rasul 12:1-3).


Dari ayat di atas kita mendapati bahwa raja ketiga dari dinasti Herodes ini bertindak dengan keras terhadap beberapa orang dari jemaat, dan dia memutuskan untuk membunuh Yakobus dengan pedang. Ketika melihat bahwa keputusannya tersebut menyenangkan hati orang Yahudi, dia melanjutkannya dengan menahan Petrus.


Melalui sikap raja Herodes Agripa I ini kita dapat belajar bahwa tidak sedikit dari antara kita yang menjumpai keberadaan orang-orang yang hidupnya hanya sekadar untuk people’s pleasing / menyenangkan hati banyak orang. Dan karena motivasinya hanya sekadar untuk menyenangkan hati banyak orang, mereka tidak lagi memiliki kerinduan untuk menjalani sebuah kehidupan yang God’s pleasing / menyenangkan hati Tuhan.


Kita tidak lagi memiliki kerinduan untuk mencari dan mengejar akan apa yang menjadi maunya Tuhan dan menyenangkan hati-Nya.. tetapi kita hanya mencari, mengejar, dan berusaha untuk sebatas menyenangkan hatinya manusia.


Keempat. Raja Herodes Agripa II.


Adalah putra dari raja Agripa I dan terkadang disingkat namanya menjadi Agrippa. Merupakan penguasa terakhir dari dinasti Herodes yang memerintah wilayah di luar Yudea sebagai klien Romawi. Agripa II melarikan diri dari Yerusalem pada tahun 66, karena takut akan pemberontakan Yahudi dan dirinya mendukung pihak Romawi dalam Perang Yahudi-Romawi Pertama.


Herodes Agrippa II diangkat menjadi tetrarki Chalcis dan kemudian menjadi raja wilayah yang sebelumnya diperintah oleh Filipus. Ia secara aktif berpartisipasi dalam penumpasan Pemberontakan Besar Yudea di pihak Romawi. Agrippa II adalah orang terakhir dari keluarga Herodian, dengan kematiannya sekitar tahun 92 atau 100 M. Dinasti tersebut punah, karena Agrippa II tidak memiliki anak dan kerajaan tersebut pada akhirnya digabung di dalam provinsi Romawi Yudea.


Herodes Agrippa II ini juga sempat bertemu dengan Paulus di dalam Kisah Rasul pasal 25-26.


Fear of Change Syndrome.


“Percayakah engkau, raja Agripa, kepada para nabi? Aku tahu, bahwa engkau percaya kepada mereka.” Jawab Agripa: “Hampir-hampir saja kauyakinkan aku menjadi orang Kristen!” Kata Paulus: “Aku mau berdoa kepada Allah, supaya segera atau lama-kelamaan bukan hanya engkau saja, tetapi semua orang lain yang hadir di sini dan yang mendengarkan perkataanku menjadi sama seperti aku, kecuali belenggu-belenggu ini.”” (Kisah Rasul 26:27-29).


Dari ayat di atas kita mendapati bahwa raja terakhir dari dinasti Herodes ini hampir saja diyakinkan Paulus untuk memiliki iman percaya pada Kristus. Tetapi Herodes Agrippa II lebih memilih untuk mendukung dan mempertahankan hubungannya dengan pihak Romawi. Agrippa II tahu bila seandainya dirinya lebih memilih iman Kristus melalui pemberitaan Paulus, maka bisa jadi posisinya akan terancam dan kekuasaannya dapat dibatasi oleh pihak Roma.


Herodes Agrippa II ini memiliki sindrom Fear of Change / takut pada perubahan. Dirinya tidak siap bila nantinya harus menghadapi berbagai perubahan yang diakibatkan keputusan dirinya untuk memilih iman percaya pada Kristus yakni, bisa jadi dirinya akan kehilangan kekuasaannya atas wilayah di luar Yudea.


“Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.” (1 Petrus 5:8).

Dari ayat di atas kita belajar bahwa iblis itu berjalan keliling dan mencari orang-orang yang takut / fear, dan yang dapat ditelannya. Tetapi kalau kita memiliki iman teguh pada Kristus, courage / keberanian, tidak tergoda akan rayuannya maka kita tidak akan dapat ditelan dan dikuasainya.


“Setelah Petrus ditangkap, Herodes menyuruh memenjarakannya di bawah penjagaan empat regu, masing-masing terdiri dari empat prajurit. Maksudnya ialah, supaya sehabis Paskah ia menghadapkannya ke depan orang banyak. Demikianlah Petrus ditahan di dalam penjara. Tetapi jemaat dengan tekun mendoakannya kepada Allah.” (Kisah Rasul 12:4-5).


Dari ayat 2-3 sebelumnya, kita telah belajar bahwa Tuhan Yesus memiliki 12 orang rasul yang merupakan bagian dari lingkaran pemuridan yang lebih luas, tetapi juga Dia memiliki murid inner circle / lingkar yang lebih dalam yakni Simon Petrus, Yakobus putra Zebedeus, dan juga Yohanes.


Itulah sebabnya Iblis melalui perantaraan Herodes Agrippa I ingin melenyapkan tiga tokoh gereja yang penting tersebut, dengan harapan gereja-Nya tidak lagi memiliki pemimpin dan dapat kehilangan arah. Tetapi Iblis lupa, pemimpin yang sesungguhnya dari gereja bukanlah figur manusia, tetapi ada Tuhan Yesus yang menjadi Pemimpin dari gereja-Nya.


“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.” Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: “Ikutlah Aku.”” (Yohanes 21:18-19).


Ayat di atas adalah perkataan Tuhan Yesus yang menguatkan iman Petrus, ketika dirinya ditahan oleh Herodes Agripa I. Petrus tahu bahwa akhir dari hidupnya tidak akan mati saat berusia muda, dan membusuk di dalam penjara Agripa I. Sekalipun Yakobus sudah menjadi martir, tetapi Petrus tahu bahwa dirinya pasti akan keluar dari penjara tersebut. Sebab Petrus juga telah menerima dan harus menggenapi janji dari Tuhan,


“Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.”” (Matius 16:18-19).


Dari berbagai sumber, menurut tradisi (yang dicatat oleh Hieronimus), Petrus meninggal dunia dengan cara disalib terbalik (kepala di bawah, kaki di atas) di Roma saat pemerintahan Nero, setelah dirinya menolak disalibkan dengan kepala di atas karena dirinya merasa tidak layak untuk mati dalam posisi yang sama seperti Yesus.


“Pada malam sebelum Herodes hendak menghadapkannya kepada orang banyak, Petrus tidur di antara dua orang prajurit, terbelenggu dengan dua rantai. Selain itu prajurit-prajurit pengawal sedang berkawal di muka pintu.” (Kisah Rasul 12:6).


Dari ayat di atas kita dapat belajar bahwa malaikat Tuhan itu mendatangi Petrus justru pada malam sebelum Herodes hendak menghadapkannya kepada orang banyak. Sering kali kita berpikir, mengapa pertolongan dari Tuhan itu justru datangnya last minute / menit-menit terakhir? Mengapa kita harus diizinkan terlebih dahulu untuk mengalami hal-hal tertentu yang tidak mengenakkan hidup kita? Apakah pengalaman tidak enak itu tidak bisa di-skip / dilalui saja, dan pertolongan-Nya dapat datang lebih awal?


Bagaimanapun juga, dalam anugerah-Nya yang besar dan karena Dia sangat mengasihi setiap kita, Dia memiliki waktu dan kehendak-Nya tersendiri untuk memberi jawaban doa yang terbaik, dalam hidup anak-anakNya. Bukan menurut cara dan maunya kita, tetapi menurut cara dan mau-Nya.


Tetapi kata Samuel: “Apa yang telah kauperbuat?” Jawab Saul: “Karena aku melihat rakyat itu berserak-serak meninggalkan aku dan engkau tidak datang pada waktu yang telah ditentukan, padahal orang Filistin telah berkumpul di Mikhmas, maka pikirku: Sebentar lagi orang Filistin akan menyerang aku di Gilgal, padahal aku belum memohonkan belas kasihan TUHAN; sebab itu aku memberanikan diri, lalu mempersembahkan korban bakaran.”


Kata Samuel kepada Saul: “Perbuatanmu itu bodoh. Engkau tidak mengikuti perintah TUHAN, Allahmu, yang diperintahkan-Nya kepadamu; sebab sedianya TUHAN mengokohkan kerajaanmu atas orang Israel untuk selama-lamanya. Tetapi sekarang kerajaanmu tidak akan tetap. TUHAN telah memilih seorang yang berkenan di hati-Nya dan TUHAN telah menunjuk dia menjadi raja atas umat-Nya, karena engkau tidak mengikuti apa yang diperintahkan TUHAN kepadamu.” (1 Samuel 13:11-14).


Ada pelajaran yang sangat berharga, yang mengingatkan setiap kita untuk tetap bersabar dalam menanti pertolongan dari Tuhan. Dari kisah di atas kita mendapati bahwa Saul ini tidak sabar dalam menunggu Samuel, dan Saul melakukan apa yang bukan menjadi tugas dan bagiannya.


Di dalam hidup ini, sering kali kita juga bertindak tergesa-gesa dan ingin melakukan segala sesuatu dengan hikmat dan kekuatan kita sendiri, menurut waktu yang kita mau. Kita merasa Tuhan itu lupa dan mungkin saja Dia sedang tertidur. Padahal,


Gusti ora nate sare.

Atau di dalam bahasa Indonesianya memiliki arti Tuhan itu tidak pernah tidur dan Dia selalu waspada. Ungkapan ini merupakan filosofi budaya Jawa yang menekankan keyakinan bahwa Tuhan itu selalu mengawasi dan Dia mengetahui segala sesuatu, sehingga kita harus selalu berhati-hati dan bertanggung jawab dalam setiap tindakan.


Dari kisah Samuel dan Saul kita dapat belajar bahwa menunggu waktu Tuhan itu tetap paling tepat dan yang terbaik. Sebab kesabaran kita dalam menunggu waktu Tuhan adalah ujian kesabaran yang akan menentukan bagaimana nantinya masa depan kita akan terbentuk.


“Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan dekat Petrus dan cahaya bersinar dalam ruang itu. Malaikat itu menepuk Petrus untuk membangunkannya, katanya: “Bangunlah segera!” Maka gugurlah rantai itu dari tangan Petrus.” (Kisah Rasul 12:7).


Dari ayat di atas, momen “gugurnya rantai” bukan hanya terjadi karena ada kuasa Tuhan melalui perkataan malaikat-Nya, tetapi ketika Petrus memutuskan untuk bangun dengan segera.


Apa aplikasinya di dalam hidup kita?


Kalau iman kita terus tertidur dan tidak mau bangkit, maka bisa jadi sindrom dari 4 raja Herodes akan terus berkuasa di dalam hidup kita.


Memang benar ada kairos-Nya / waktu dan kesempatan Tuhan yang terjadi tepat sesuai dengan kehendak-Nya di dalam hidup kita.. tetapi kita sendiri juga harus bangkit dan tidak lagi mengasihani diri sendiri terus-menerus. Tuhan tidak selalu langsung menyelesaikan permasalahan yang kita hadapi, tetapi ada kalanya kita harus melakukan bagian kita dengan taat dan setia.


Hari-hari ini tidak sedikit orang yang memiliki permasalahan, lalu dirinya “titip doa” pada pemimpin rohaninya atau pada teman yang dipercayainya. Yang dititipi doa juga merasa hidupnya jadi lebih rohani. Tidak salah bila kita mendoakan sesama, tetapi bagi kita yang sedang bergumul di dalam permasalahan, kita sendiri juga harus bangkit dan fight / berjuang di dalam doa. Jangan patah semangat dan malas, apalagi merasa hopeless / kehilangan harapan di dalam hidup ini.


“Lalu kata malaikat itu kepadanya: “Ikatlah pinggangmu dan kenakanlah sepatumu!” Iapun berbuat demikian. Lalu malaikat itu berkata kepadanya: “Kenakanlah jubahmu dan ikutlah aku!” Lalu ia mengikuti malaikat itu ke luar dan ia tidak tahu, bahwa apa yang dilakukan malaikat itu sungguh-sungguh terjadi, sangkanya ia melihat suatu penglihatan. Setelah mereka melalui tempat kawal pertama dan tempat kawal kedua, sampailah mereka ke pintu gerbang besi yang menuju ke kota. Pintu itu terbuka dengan sendirinya bagi mereka. Sesudah tiba di luar, mereka berjalan sampai ke ujung jalan, dan tiba-tiba malaikat itu meninggalkan dia.” (Kisah Rasul 12:8-10).


Dari ayat di atas kita dapat belajar bahwa mukjizat dari Tuhan, yakni terbukanya pintu penjara, dapat terjadi ketika Petrus mau bangkit dan berjalan mengikuti arahan dan tuntunan Tuhan, melalui perantaraan malaikat. Jadi, Petrus berjalan dulu baru pintu penjara terbuka. Bukan sebaliknya.


Demikian pula di dalam hidup kita. Mukjizat Tuhan dapat terjadi ketika kita memutuskan untuk mau melangkah di dalam ketaatan, untuk kita mau berjalan bersama dengan cara dan tuntunan dari Tuhan di dalam hidup kita. Bukan menurut cara dan maunya kita sendiri.


“Dan setelah sadar akan dirinya, Petrus berkata: “Sekarang tahulah aku benar-benar bahwa Tuhan telah menyuruh malaikat-Nya dan menyelamatkan aku dari tangan Herodes dan dari segala sesuatu yang diharapkan orang Yahudi.” Dan setelah berpikir sebentar, pergilah ia ke rumah Maria, ibu Yohanes yang disebut juga Markus. Di situ banyak orang berkumpul dan berdoa.” (Kisah Rasul 12:11-12).


Dari ayat di atas kita mendapati ada kata-kata,


“Di situ banyak orang berkumpul dan berdoa.”

Selain janji Tuhan yang sudah diterima Paulus, yang menjadi kekuatan di dalam hidupnya adalah adanya orang-orang yang berkumpul dan juga mendoakannya. Karena itu kita dapat belajar agar jangan berjuang sendirian di dalam hidup ini. Tetaplah bersatu di dalam kesetiaan, dan jangan pernah meninggalkan ibadah secara bersama-sama di hari Minggu maupun di komunitas sel / komsel. Bukankah firman Tuhan juga mengatakan,


“Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.” (Ibrani 10:25).


“Akan ada masa-masa yang sulit, di mana seorang Kristen tidak bisa hidup kalau tidak memiliki persekutuan dengan Tuhan dan juga dengan sesamanya.” (Watchman Nee).


Petrus dan juga para rasul lainnya tidak pernah berjuang menghadapi segala sesuatu yang diizinkan-Nya terjadi di dalam hidupnya dengan sendirian, ada Tuhan yang selalu memampukan dan juga ada saudara-saudari seiman yang selalu mendukungnya di dalam doa.


Bisa jadi 4 sindrom di atas dapat menggoda kita, tetapi ada 3 hal yang harus tetap kita ingat..


Pertama. Kalau hidup kita diizinkan menghadapi pergumulan dan permasalahan, dan kalau memang hal tersebut adalah akibat dari kesalahan kita.. maka kita harus meminta ampun terhadap Tuhan terlebih dahulu.


Mintalah anugerah-Nya dan hadapi serta jangan pernah lari darinya. Jangan fear / takut, tetapi milikilah courage / keberanian untuk tetap berani mengandalkan Tuhan, di setiap musim kehidupan yang sedang kita jalani.


Kedua. Segala sesuatu memang ada kairos-Nya Tuhan, tetapi ketika kita jatuh terpuruk, segeralah bangkit dan jangan berlama-lama menikmati keterpurukan kita.


Waktu kita mau bangkit dan melangkah di dalam ketaatan untuk melakukan apa yang menjadi kehendak dari Tuhan, maka Dia yang akan memberi kita kekuatan untuk melalui setiap musim di dalam kehidupan ini. Dia jugalah yang akan memberikan mukjizat terbaik-Nya, dan menggugurkan “setiap rantai” dosa dan penghalang selama ini di hidup kita. Pintu berkat yang terbaik bagi setiap kita, juga akan dibukakan Tuhan.


Ketiga. Jangan pernah meninggalkan komunitas kawanan domba Allah. Tetaplah berkumpul dan bersatu di dalam kesetiaan.


Jadilah prayer warrior / pejuang doa yang terus berdoa bagi para pemimpin dan juga bagi orang-orang yang kita sayangi. Kita tidak pernah tahu seberapa berat pergumulan yang sedang mereka hadapi, dan bisa jadi melalui doa-doa yang kita panjatkan bagi mereka, Tuhan dapat menyatakan anugerah-Nya lebih lagi di dalam hidup mereka.


Setiap doa itu memiliki kuasa dan tidak ada waktu yang terbuang ketika kita memanjatkannya. Ketika kita berdoa, maka Tuhan akan melimpahkan anugerah-Nya di dalam hidup kita, dan juga di dalam hidup orang-orang yang kita doakan.


Tetaplah setia menantikan dan mengiring Tuhan. Percayalah bahwa waktu-Nya itu selalu yang terbaik, bagi anak-anak yang disayangi-Nya.


Amin. Tuhan Yesus memberkati..



 

Keterangan Pembicara.


Bp. Paulus Bambang Widjanarko saat ini menjabat sebagai Chairman dan Co-Founder dari XYRUS Ventures, serta menjabat sebagai Komisaris Independen di PT. United Tractors Tbk., PT. Astra Otoparts Tbk., dan Ketua Komite Audit. Beliau juga terlibat dalam Indonesian Investment Authority (INA), dan menjadi penasihat beberapa startup.


Sebelumnya, Beliau juga memiliki pengalaman panjang di Astra Group (1982-2020), termasuk sebagai Corporate Director di PT. Astra International Tbk. yang mengawasi berbagai bisnis, serta pernah menjabat sebagai CEO di PT. Menara Astra, dan juga sebagai Deputy CEO di PT. United Tractors Tbk.


Beliau juga terlibat aktif di dalam pelayanan untuk memperlengkapi orang-orang percaya dan juga gereja Tuhan, serta terlibat aktif di dalam Financial Wisdom melalui KBC (Kingdom Business Community).

Comments


GKPB Masa Depan Cerah Surabaya

©2025 by GKPB Masa Depan Cerah Surabaya

bottom of page