top of page

Now I See It (Lydia CSES)

Catatan Khotbah: Now I See It.

(Sekarang Aku Melihatnya).

Ditulis dari khotbah Ibu Pdt. Lydia CSES, di Ibadah Minggu Tgl. 19 Juni 2022.


“Now I See It”, adalah sebuah refleksi musim kehidupan di mana kita sedang menghadapi sesuatu yang membingungkan, tak tahu arah, dan juga dipenuhi dengan banyak pertanyaan. Kita bisa saja melabeli musim ini dan juga Pribadi Tuhan dengan sesuatu yang salah. Tetapi ketika kita memutuskan untuk tetap bertahan dan pada akhirnya dimampukan untuk dapat menyelesaikan setiap musim tersebut, serta “menoleh ke arah belakang” perjalanan kita selama ini berjalan bersama dengan penyertaan-Nya.. maka kita akan melihat sesungguhnya ada banyak pelajaran dan kebaikan yang Tuhan sudah ajar dan kerjakan di dalam hidup kita.


Musim Ayub” adalah sebuah musim di mana Ayub, dan bisa juga terjadi pada setiap kita, mengalami musim yang tak diharapkan dan juga yang menimbulkan keragu-raguan. Jangan terburu-buru menilai siapa Pribadi Tuhan dalam hidup, sebelum kita menyelesaikan musim ini.


“Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: "Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah? Bukankah Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya? Apa yang dikerjakannya telah Kauberkati dan apa yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu.” (ayat 9-10).


Ayat di atas menunjukkan pada kita bahwa Tuhan itu telah memberkati dan memagari kehidupan Ayub. Dari mana Setan tahu ada “pagar” yang mengelilingi dan melindungi kehidupan Ayub? Kemungkinan besar, Setan selama ini berulang kali mencoba untuk menyerang setiap aspek dalam hidup Ayub tetapi selalu gagal karena ada pagar perlindungan-Nya. Kita sering kali mengeluh ketika mengalami sesuatu hal, tetapi kurang bersyukur pada Tuhan karena ada banyak hal yang seharusnya terjadi tetapi tidak terjadi, karena ada Pribadi Allah yang memagari dan melindungi kita milik kepunyaan-Nya.


Ketika berita bertubi-bertubi menghantam dan menghancurkan kehidupan Ayub, satu belum selesai muncul satu lagi ujian lainnya (1:13-19), Ayub sedang masuk ke dalam musim ambiguity / musim keragu-raguan. Setan berusaha untuk menyerang Ayub dengan begitu intens, yang di mana hal ini bertujuan untuk menggoyahkan iman yang dimiliki Ayub, dan agar dirinya mengutuki Allah. Dalam sekejap masa, Ayub telah kehilangan segala hal yang dimilikinya, menempatkan hidupnya berada di bawah titik nadir.


“Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah segala yang dipunyainya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu." (ayat 11).

Setan ingin menggoyahkan apa yang dia harap dapat digoyahkan. Dia ingin menggoyahkan kepercayaan kita pada-Nya sehingga kita meninggalkan-Nya. Tuhan masih belum selesai, jangan terburu-buru menilai dan melabeli Dia dengan salah di musim ambiguity ini. Kehidupan hanya dapat dimaknai ketika kita sudah menyelesaikan sebuah musim, “menoleh ke arah belakang,” dan kita dapat belajar hikmah apa yang telah kita alami. Tuhan dapat mengizinkan sebuah musim terjadi dalam hidup kita agar kelak apa yang kita alami itu dapat menjadi berkat bagi sesama yang membutuhkan, ketika kita sudah menyelesaikan musim tersebut.


Setan berkata “..ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah segala yang dipunyainya..” (ayat 11) dan “..Kulit ganti kulit..” (2:4), dan Ayub diizinkan untuk mengalami “..barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya.” (2:7). Dan istri Ayub yang masih dalam keadaan sangat berduka karena kehilangan anak-anak yang dikasihinya dan juga segala harta benda yang dimilikinya berkata pada Ayub, “..Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!" (2:9).


Di dalam ayat 2:11-13 kita dapat belajar agar jangan terburu-buru menyampaikan nasihat, karena terkadang kehadiran seorang sahabat tanpa mengucapkan kata-kata dan bahkan bisa jadi sebuah tepukan di punggung itu, dapat menguatkan hati yang sedang gundah.


Di dalam pasal 3, kita mendapati Ayub mulai berkeluh kesah dan mengutuki hari kelahirannya karena dia tidak mendapat penjelasan dari Tuhan mengenai apa yang dialaminya. Bukankah kita juga sering berteriak dalam hidup ketika mengalami masalah bertubi-tubi, tak ada yang menemani, dan tanpa penjelasan dari-Nya?


“Sampai kapan banyaknya masalah ini harus terjadi dalam hidupku? Satu belum selesai, muncul satu masalah lainnya. Sepertinya Tuhan salah menimpakan hal ini, karena selama ini aku sudah setia dalam mengiring Tuhan dan sama sekali tidak melakukan dosa ataupun kesalahan.”

Dan kita masih tidak mendapat penjelasan apa-apa dari-Nya. Di dalam pasal 10, Ayub mulai mengalami kepahitan dalam hidupnya. Di dalam pasal 23, keluhan Ayub mulai menjadi pemberontakan. Ayub begitu ingin mendapat penjelasan dari-Nya atas apa yang telah dialaminya. 37 pasal yang telah tertulis di dalam kitab Ayub, Allah terkesan diam dan membiarkannya. Sama sekali tidak ada pembelaan dari-Nya.


Pergumulan Habakuk dan Asaf.


Habakuk juga protes pada Tuhan,


“Berapa lama lagi, TUHAN, aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar, aku berseru kepada-Mu: "Penindasan!" tetapi tidak Kautolong? Mengapa Engkau memperlihatkan kepadaku kejahatan, sehingga aku memandang kelaliman? Ya, aniaya dan kekerasan ada di depan mataku; perbantahan dan pertikaian terjadi.” (1:2-3).


Dan di ayat selanjutnya dikatakan,


“Lihatlah di antara bangsa-bangsa dan perhatikanlah, jadilah heran dan tercengang-cengang, sebab Aku melakukan suatu pekerjaan dalam zamanmu yang tidak akan kamu percayai, jika diceriterakan. Sebab, sesungguhnya, Akulah yang membangkitkan orang Kasdim, bangsa yang garang dan tangkas itu, yang melintasi lintang bujur bumi untuk menduduki tempat kediaman, yang bukan kepunyaan mereka.” (ayat 5-6).


Tuhan mengatakan pada Habakuk bahwa Dia akan melakukan sesuatu dalam zamannya, namun hal itu tidak akan dapat dipercayai jika diceritakan. Habakuk tidak dapat mengerti apa rencana terbaik-Nya Tuhan, karena Dia justru membangkitkan bangsa Kasdim yang kejam untuk mendidik bangsa Israel.


Tetapi ketika Habakuk “..berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara, aku mau meninjau dan menantikan apa yang akan difirmankan-Nya kepadaku, dan apa yang akan dijawab-Nya atas pengaduanku.” (2:1), pola pikir yang dimiliki Habakuk di pasal pertama diubah ketika mengalami perjumpaan dengan-Nya. Dan di pasal selanjutnya dikatakan,


Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku.” (3:17-19).


Asaf di dalam Mazmur 73:1-15 juga mengalami kesulitan untuk memahami mengapa justru orang-orang fasik terlihat mujur dan tidak mengalami kesakitan, sampai di ayat 17 dikatakan bahwa dia, “..masuk ke dalam tempat kudus Allah, dan memperhatikan kesudahan mereka.” Ketika Asaf “..dekat pada Allah; aku menaruh tempat perlindunganku pada Tuhan ALLAH, supaya dapat menceritakan segala pekerjaan-Nya.” (ayat 28), dia diberi hikmat oleh Tuhan, diajar, dan juga ditunjukkan bagaimana akhir dari kehidupan orang-orang fasik.


Now I See It.


“Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.” (Ayub 42:5).

Ayat di atas adalah kesimpulan dari berbagai ujian yang telah diizinkan menimpa Ayub. Allah memang tidak menjawab banyaknya pertanyaan atas berbagai pergumulan yang dialami Ayub, mengapa Dia mengizinkan semuanya terjadi. Tetapi Ayub membuat sebuah komitmen dalam hidupnya melalui ayat di atas, setelah mengalami perjumpaan pribadi bersama-Nya. Dan sama seperti yang dilakukan Habakuk dan Asaf, marilah tetap datang menghampiri-Nya, terus mendekat, dan tetap setia menanti-nantikanNya.


Sering kali kita berpikir kita ini sudah mengenal Pribadi Tuhan. Tetapi ketika diizinkan berbagai hantaman dalam kehidupan terjadi dan hal tersebut menggoyahkan sendi-sendi iman kita, maka Setan berusaha agar kita dapat mengutuki Tuhan dan meninggalkan-Nya. Tetapi pada akhirnya ketika kita tetap setia untuk bertekun dan bertahan di dalam musim keragu-raguan ini.. mata kita dapat melihat dan mengenal akan apa dan bagaimana rencana terbaik-Nya dalam hidup setiap kita. Mungkin berbagai pertanyaan kita tidak dijawab-Nya, tetapi teruslah percaya pada Tuhan, pada setiap situasi dan kondisi yang sedang dihadapi.


Dalam berbagai musim kehidupan yang membingungkan, tetaplah menyandarkan diri kita pada Pribadi dan kedaulatan Tuhan. Tidak ada rencana-Nya yang gagal untuk dinyatakan dalam hidup kita, hanya karena kita sedang mengalami ujian dan tantangan. Hanya karena ada penderitaan yang diizinkan-Nya terjadi dalam hidup kita. Tetaplah menyandarkan diri kita pada sesuatu yang pasti dan hal itu adalah,


“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Roma 8:28).

Tuhan itu tetap setia dan adil, Dia dapat mengubah apa yang terlihat tidak adil untuk mendatangkan kebaikan dalam hidup kita. Penderitaan yang diizinkan-Nya terjadi tidak membuktikan bahwa Dia tidak mengasihi hidup kita. Firman Tuhan mengatakan,


“Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?” (Roma 8:32).

Jangan goyahkan iman dan komitmen kita kepada Tuhan ketika melalui musim ambiguity ini, karena Setan akan berusaha keras untuk menggoyahkannya. Tetaplah memutuskan untuk percaya dan tetap setia dalam mengiring-Nya.


Amin. Tuhan Yesus memberkati..

11 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua

Comments


bottom of page