Ditulis dari sharing Bp. Pdt. Agus Lianto di Ibadah Doa Malam, Tgl. 14 Juni 2022.
“Ada seorang pemimpin bertanya kepada Yesus, katanya: "Guru yang baik, apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus: "Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja. Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu." Kata orang itu: "Semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku." Mendengar itu Yesus berkata kepadanya: "Masih tinggal satu hal lagi yang harus kaulakukan: juallah segala yang kaumiliki dan bagi-bagikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." Ketika orang itu mendengar perkataan itu, ia menjadi amat sedih, sebab ia sangat kaya.” (Lukas 18:18-23).
Ada beberapa pertanyaan yang mungkin lahir di dalam setiap benak kita ketika Tuhan Yesus mengatakan jawaban di atas pada seorang pemimpin yang datang kepada-Nya,
Mendengar itu Yesus berkata kepadanya: "Masih tinggal satu hal lagi yang harus kaulakukan: juallah segala yang kaumiliki dan bagi-bagikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." (ayat 22).
Apakah Dia benar-benar serius ketika mengatakan perkataan tersebut dan Dia sedang memberi penawaran terbaik-Nya? Atau Dia hanya sekadar bertanya untuk “menggoda” iman dari pemimpin tersebut?
Padahal sebelumnya, pemimpin itu telah menjalani masa muda di sepanjang hidupnya dengan saleh (ayat 20-21), semua berjalan dengan baik dan tidak ada yang salah, dan pastinya Tuhan Yesus sangat mengasihinya. Tetapi lebih dari semuanya, Dia ingin melihat sampai sejauh mana kesungguhan hati yang dimiliki pemimpin itu untuk mau mengikut Dia dan mau untuk memperoleh hidup yang kekal.
Di dalam ayat 22 di atas, Tuhan Yesus benar-benar sedang menawarkan sesuatu yang jauh lebih baik dalam hidup pemimpin tersebut, tetapi nasihat-Nya terdengar sangatlah tidak masuk di akal. Apakah sebuah kehidupan yang telah dijalani dengan sangat baik dan berkecukupan / sangat kaya selama ini (ayat 20-21,23) sepadan untuk ditukar dengan menuruti perintah-Nya yakni, menjual segala yang dimiliki dan mengikut-Nya? Apakah benar perubahan hidup yang ditawarkan-Nya pada saat itu, yang di mana terlihat sangat kontras dengan apa yang sudah diraih di dalam hidup pemimpin tersebut?
Ketika Tuhan menyuruh kita untuk maju ke depan / moving forward, sering kali cara-Nya dalam bekerja membuat kita bertanya-tanya. Mengapa? Karena Dia menyuruh kita untuk menuju ke sebuah tempat yang di mana kita tidak pernah kenal sebelumnya / unknown dan tidak pernah kita masuki. Hampir semua tokoh di dalam Alkitab yang telah menggenapi rencana-Nya juga mengalami hal sama, mereka dituntun Tuhan untuk memasuki sebuah tempat dan melakukan sebuah tugas, di mana mereka tidak pernah masuki dan kerjakan sebelumnya.
Iya kalau kita harus meninggalkan sebuah kehidupan “manusia lama” yang penuh dengan dosa yang di mana hal ini memang harus dilakukan, dan tentunya dengan mendapat pertolongan dari-Nya. Tetapi yang menjadi pertanyaannya adalah,
Bagaimana bila selama ini kita telah menjalani sebuah kehidupan yang berjalan dengan baik-baik saja, dan lalu Dia mengajak kita sepenuhnya untuk bergerak maju ke depan, membuang semua pengetahuan dan pengalaman yang selama ini dimiliki, dan yang kita bawa ketika bergerak bersama-Nya hanyalah karakter yang baik, kapasitas hidup, dan juga iman teguh yang selama ini kita bangun bersama-Nya?
Tentunya hal ini tidaklah mudah.
Meninggalkan Zona Nyaman.
Setiap kegerakan maju selalu menuntut kita untuk berani membuang dan meninggalkan beberapa hal yang lama. Mengapa Dia mengajak kita untuk bertumbuh dan selalu mengajak kita untuk meninggalkan zona yang nyaman?
Pertama. Karena kita akan memiliki kesempatan untuk bertumbuh dan berbuah, dan hal ini tidak dapat terjadi di dalam zona yang nyaman. Tuhan sering kali membuka jalan yang baru, dan Dia ingin agar kita dapat meninggalkan segala cara, segala pengetahuan, dan juga pengalaman yang lama, dan kita mau untuk moving forward ke area baru bersama dengan arahan dan tuntunan-Nya. Selalu ada hal-hal yang Dia ingin untuk kita lepaskan, pada saat kita memutuskan untuk moving forward bersama dengan-Nya.
“..aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.” (Filipi 3:13-14).
Paulus sendiri mau melupakan hal-hal di belakangnya, yang bukan hanya berbicara tentang hal buruk saja tetapi juga tentang berbagai hal baik dan prestasi yang membanggakan, serta dia mau untuk terus mengarahkan diri dan berlari-lari pada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. Demikian pula hal sama yang dapat kita pelajari dari keteladanan hidup yang diberikan Paulus:
Marilah kita bersama-sama belajar untuk melepas hal-hal yang selama ini kita merasa dapat kendalikan, dan berserah serta percaya seutuhnya pada Dia yang sanggup untuk menuntun dan memelihara hidup kita.
Kedua. Tempat di mana iman dapat bertumbuh dan belajar sepenuhnya untuk percaya pada-Nya, dan iman tidak akan dapat bertumbuh di dalam zona yang nyaman. Di dalam zona yang nyaman, tanpa iman semuanya dapat berjalan dengan baik dan tanpa ada perjuangan. Kalau kita mau untuk maju dan moving forward, maka kita harus belajar untuk percaya lagi dari awal / titik nol kepada-Nya. Dia memiliki “peta baru,” dan di dalam level yang baru kita sama sekali tidak memiliki petunjuk dan benar-benar hanya bisa untuk bergantung dan berharap sepenuhnya pada-Nya. Tidak ada pilihan lain.
Ketiga. Kita akan memiliki kesempatan untuk memiliki kisah hidup yang luar biasa pada saat berjalan bersama-Nya. Memang ada waktunya untuk kita berhenti dan “berkemah,” tetapi ada waktunya kita untuk maju dan bergerak. Meninggalkan hal-hal yang selama ini kita anggap tahu dan kita dapat kendalikan. Sekalipun di depan ada banyak ujian dan tantangan, tetaplah maju bersama dengan hikmat-Nya yang pasti akan selalu menyertai dan juga menguatkan setiap hidup kita.
Terkadang apa yang kita pegang dan kendalikan paling erat selama ini dapat menghalangi pertumbuhan kita bersama-Nya. Semakin hebat hal-hal yang kita miliki, yang bisa jadi berupa kehebatan dan kebanggaan di masa lalu.. bisa jadi hal itu akan membuat kita semakin sulit untuk melepas dan menyerahkan pada-Nya. Sama seperti pemimpin tersebut yang memiliki segalanya dan juga telah menjalani hidup yang selama ini begitu saleh dan dihormati.. sangat berat untuk melepasnya dengan begitu saja.
Unknown Territory.
Hal yang paling sulit adalah pada saat kita masuk ke dalam unknown territory / tempat yang tidak kita kenal sebelumnya. Pada saat kita mau taat akan arahan dan tuntunan-Nya, bisa jadi kita justru akan mengalami banyak ujian dan tantangan. Seandainya pemimpin di atas berani untuk melepas segala yang dimilikinya dan mengikuti-Nya, maka dirinya akan memiliki kehidupan yang sangat memuaskan, di mana dirinya dapat menggenapi rencana Allah yang seutuhnya di dalam hidupnya. Tetapi dirinya lebih memilih untuk tetap tinggal dalam zona yang nyaman dan lebih memilih rasa aman yang telah dibangun di sepanjang hidupnya.
“Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya. Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu.” (Ibrani 10:35-36).
Milikilah keberanian untuk mengatakan,
Into Your hands I commit again with all I am, for You Lord. You hold my world in the palm of Your hand, and I am Yours forever. Jesus I believe in You. Jesus I belong to You. You're the reason that I live. The reason that I sing with all I am.
— With All I Am, song by Hillsong Worship.
Beranilah untuk menyerahkan kunci dari apa yang selama ini menjadi pegangan di dalam hidup kita, ke dalam tangan-Nya. Meninggalkan segala sesuatu yang pernah kita alami, baik hal itu berupa kebanggaan, tantangan, dan juga hal-hal menyakitkan yang mungkin selama ini telah mengikat hidup kita. Jangan mempertahankan apa yang seharusnya kita serahkan dan lepaskan kepada-Nya. Sesuatu yang baik bisa jadi menghalangi kita untuk dapat masuk ke dalam dan menerima sesuatu yang jauh lebih baik. Beranilah untuk tetap mempercayai Tuhan untuk sesuatu hal yang baru, yang sudah Dia beri dan sediakan bagi setiap kita.
Amin. Tuhan Yesus memberkati.
Comments