Catatan Khotbah: The Heart of God Revealed. Ditulis dari sharing Bp. Pdt. Markus Simanjuntak di Ibadah Doa Pagi Tgl. 11 Maret 2023.
Ayat Bacaan: Yesaya 6:1-8.
Melalui ayat pembacaan firman Tuhan di atas, kita dapat belajar bahwa hati Allah itu telah disingkapkan pada umat-Nya, pada waktu kita melihat kemuliaan-Nya. Dan ada istilah yang sedang viral hari-hari ini berkaitan dengan adanya Asbury College Revival yakni “Divine Portal,” di mana istilah ini merupakan gambaran kemampuan dari manusia untuk menggambarkan apa yang mereka tidak bisa dapatkan, karena hal itu sifatnya Ilahi / divine.
Ps. Oscar beberapa waktu yang lalu juga telah membagikan pada kita tentang mimpi Yakub di Betel, yang di mana tampak malaikat-malaikat Allah turun naik di tangga itu (Kejadian 28:12). Dan di Wahyu 4:1, Yohanes menceritakan pada kita apa yang didengar dan dilihatnya,
“..Sesungguhnya, sebuah pintu terbuka di sorga dan suara yang dahulu yang telah kudengar..”
Apa artinya? Pola-Nya selalu sama. Dia rindu untuk dapat menyatakan kemuliaan-Nya pada umat-Nya bukan hanya sekadar mencari sensasional dan spektakuler belaka, tetapi hal ini memang seharusnya terjadi dalam hidup keseharian umat-Nya. Di ayat di atas juga dikatakan, “..suara yang dahulu yang telah ku-(Yohanes) dengar..” Apa artinya?
Yohanes selama ini memiliki persekutuan yang karib dan pengenalan mendalam bersama-Nya, saat Dia melayani di atas muka bumi ini. Dan hal ini tidak dibangun dalam waktu semalam atau pun satu dan dua hari, tetapi secara terus-menerus, di setiap harinya. Sehingga Yohanes dapat mengenal Suara siapa yang berbicara padanya, di kitab Wahyu tersebut.
Demikian hal yang sama dalam hidup kita. Agar kemuliaan-Nya dapat dinyatakan di dalam hidup, kita harus memiliki persekutuan yang karib dengan-Nya, sehingga dapat mengenal suara dan menerima tuntunan-Nya.
Kemuliaan-Nya Dinyatakan.
Kemuliaan Allah sudah dinyatakan melalui Pribadi Yesus, dan kita dapat mengenal isi hati-Nya melalui setiap apa yang diperkatakan Tuhan Yesus di dalam firman-Nya / Alkitab. Dan melalui apa yang dilihat dan didengar Yesaya, kita juga dapat belajar tentang kemuliaan-Nya.
Pertama. Kemuliaan Tuhan yang dinyatakan, akan memampukan kita untuk dapat menjadi seorang Penyembah, di dalam kekudusan.
Allah ingin menyatakan kemuliaan-Nya yang ditandai dengan kekudusan-Nya, untuk dapat dinikmati dalam penyembahan pada-Nya.
Allah selalu rindu untuk dapat menyatakan kemuliaan-Nya dalam hidup kita. Tetapi kemuliaan yang seperti apa? Apakah seperti hal yang penuh dengan sensasional? Bukan seperti itu ciri dari kemuliaan-Nya. Dia rindu agar setiap kita dapat melihat dan juga mengenal Pribadi-Nya sebagai Allah yang memiliki otoritas sepenuhnya dalam hidup kita. Semuanya bertujuan agar kita dapat memiliki hubungan yang semakin karib bersama-Nya.
“Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih.” (Roma 1:20).
Gereja Tuhan dipanggil tidak hanya sekadar untuk menikmati keselamatan dan berkat hanya bagi diri-Nya sendiri saja, tetapi lebih lagi Dia mempercayai setiap kita untuk dapat membawa dan menuntun setiap orang untuk hidup di dalam penyembahan kepada-Nya. Penyembahan itu hanya milik Tuhan, dan harus datang dan dilakukan dari orang-orang yang sudah ditebus oleh-Nya, melalui karya salib-Nya.
“Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.” (Yohanes 4:23).
Kudus, Kuduslah Tuhan.
"Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!" (Yesaya 6:3).
Ketika para malaikat berseru di atas, kata “kudus” memiliki arti dipisahkan untuk pekerjaan yang mulia, dan kata “kudus” ini hanya dapat dimiliki Pribadi-Nya. Bila kita mempercayai bahwa Tuhan Yesus itu ada dan nyata, berarti kita juga dipanggil dan dimampukan untuk dapat hidup dalam kekudusan. Tuhan Yesus datang ke dalam dunia tidak hanya menebus dosa dan mengalahkan kuasa maut saja, tetapi juga untuk menguduskan setiap kita. Dan di dalam hadirat-Nya yang kudus, kita dapat menikmati the beauty of His holiness (indahnya kekudusan-Nya).
Kekudusan membawa kita pada keintiman dan hubungan karib dengan-Nya. Dan penyembahan di dalam kekudusan, selalu membawa otoritas dan kuasa-Nya untuk dapat hadir di atas muka bumi ini. Di dalam Wahyu 4:10-11 ditulis,
“maka tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia yang duduk di atas takhta itu, dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya. Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu, sambil berkata: "Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan."
Apa aplikasinya di dalam hidup kita?
Ketika kemuliaan Allah dinyatakan di dalam gereja-Nya, maka setiap orang yang datang dengan segala ego pribadi dan kesombongan, mereka akan “melemparkannya” di dalam hadirat-Nya. Tidak ada satu kuasa Iblis pun yang tersembunyi dan dapat bertahan di dalam hadirat-Nya yang mulia. Ketika Dia menyatakan kemuliaan-Nya, semua akan terbuka lebar.
Kekudusan Allah selalu melahirkan kesadaran akan dosa, dan Dia rindu untuk dapat menaikkan standar kerohanian kita. Bila dulunya kita merasa oke dan nyaman untuk melakukan segala sesuatu, tetapi ketika hidup kita dijamah dan dikuduskan di dalam hadirat-Nya yang mulia, maka kita akan diberi hikmat dan juga pengertian untuk dapat membedakan mana perbuatan yang menyukakan hati-Nya, dan mana yang mendukakan-Nya.
Yesaya berasal dari keluarga kalangan atas di Yerusalem, seorang berpendidikan, dan yang pasti hidupnya tidak kacau / sembarangan. Tetapi ketika Yesaya “..melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci.” (Yesaya 6:1), dan kemuliaan-Nya dinyatakan, standar hidupnya berubah. Dirinya menyadari bahwa hidupnya masih penuh dengan dosa dan berkata,
"Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam." (ayat 5).
Biarlah setiap kita memiliki pemahaman dan pengenalan akan Kristus semakin mendalam, seiring dengan waktu yang terus berjalan ketika mengiring-Nya. Dia Tuhan masih jauh lebih besar dari setiap pergumulan yang sedang kita hadapi, Dia masih mengasihi, dan juga Dia masih mampu untuk memulihkan hidup kita.
Kedua. Kemuliaan Tuhan yang dinyatakan, akan memampukan kita untuk dapat menjadi seorang Pemulih, dan membawa pemulihan bagi orang-orang sekitar.
Hati Allah yang penuh dengan kasih karunia, menghendaki pemulihan manusia dari segala kegagalan dan kenajisannya.
“Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia.” (1 Yohanes 3:1).
Kasih-Nya yang dinyatakan di dalam kemuliaan-Nya itu masih jauh lebih dalam dari segala kegagalan kita. Betapa pun kita merasa gagal dan tidak layak karena segala dosa dan perbuatan yang pernah kita lakukan.. Dia masih mau untuk tetap mengasihi, mau mengampuni dosa, dan juga sanggup memulihkan.
“Biarlah Ia kembali menyayangi kita, menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut.” (Mikha 7:19).
Firman Tuhan berkata bahwa Dia tidak melempar segala dosa kita ke atas tingginya gunung, tetapi ke dalam tubir-tubir laut. Apa maksudnya?
Wikipedia mencatat bahwa gunung tertinggi di dunia rekornya masih dipegang oleh Gunung Everest, yang memiliki ketinggian 8.849 meter. Tetapi lautan paling dalam di dunia rekornya masih dipegang Samudera Pasifik, dengan rata-rata kedalaman sekitar 4.280 meter. Dan titik terdalamnya berada di Palung Mariana, yang kedalamannya mencapai 11.034 meter. Kedalaman palung ini bahkan melebihi tinggi Gunung Everest yang hanya 8.849 meter.
Gunung Everest berkali-kali telah ditaklukkan manusia, tetapi masih belum ada seseorang atau pun ciptaan manusia yang dapat menaklukkan dan menyelam lebih dalam di Palung Mariana.
Kita mungkin merasa bahwa dosa kita begitu dalam dan tak terampunkan. Tetapi kebenarannya adalah, kasih Allah itu masih jauh lebih dalam mengasihi dan mau mengampuni setiap dosa kita. Bila berada di dalam Palung Mariana membuat setiap benda ciptaan manusia dapat menjadi remuk, maka setiap dosa kita juga dapat “diremukkan” oleh kasih dan pengampunan-Nya. Hal ini bukan membuat kita semakin tertuduh, tetapi membuat kita semakin menyadari bahwa Tuhan itu adalah Pemulih hidup kita. Semuanya bukan karena kehebatan kita, tetapi kita semakin menyadari betapa dalam kasih dan juga anugerah-Nya bagi kita.
Tetapi jangan pernah merendahkan nilai anugerah-Nya dan menganggapnya sebagai “surat izin” untuk kita dapat bebas berbuat dosa. Tuhan Yesus datang untuk menyembuhkan orang kusta, dan juga berbagai kelemahan tubuh sebagai dampak dari dosa. Dia mau mentahirkan ciptaan-Nya yang selama ini dijauhi dan Dia juga mau memulihkannya.
Kemuliaan Tuhan yang dinyatakan akan memampukan setiap kita untuk dapat menjadi seorang pemulih, untuk membawa pemulihan bagi orang-orang sekitar. Orang-orang yang melihat dan mengalami kemuliaan-Nya akan mengucap syukur dan bersikap dengan segala penuh kerendahan hati pada Tuhan dan juga sesama, karena telah dipercayai untuk dapat menyatakan kemuliaan-Nya.
Ketiga. Kemuliaan Tuhan yang dinyatakan, akan memampukan kita untuk menjadi seorang Pemberita Injil / Kabar Baik, dan menyatakan kemuliaan-Nya.
Allah menginginkan manusia bertobat dan diselamatkan, untuk dapat bersama-Nya.
“Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.” (2 Petrus 3:9).
Tuhan tidak menghendaki seorang pun binasa, tetapi agar semua orang bertobat dan menerima-Nya sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadinya. Kalau kita sudah melihat dan mengalami kemuliaan-Nya, berarti kita juga dipanggil untuk dapat memberitakan Injil-Nya. Kita tidak menyimpan buat diri sendiri saja, tetapi juga mau berbagi untuk mereka yang membutuhkannya.
“Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: "Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!"” (Roma 10:13-15).
Marilah setiap kita selalu menyadari dan terus menginginkan hati-Nya. Dia yang akan memampukan hidup kita untuk dapat menjadi seorang Penyembah di dalam kekudusan, seorang Pemulih bagi setiap hubungan yang rusak, dan membawa pemulihan bagi orang-orang di sekitar, serta kemuliaan-Nya akan memampukan kita untuk dapat menjadi seorang Pemberita Injil / Kabar Baik yang diurapi, dan menyatakan kemuliaan-Nya.
Amin. Tuhan Yesus memberkati..
Comentarios