top of page

Markus Simanjuntak - Masih Bisa Lebih Unggul

Catatan Khotbah: “Masih Bisa Lebih Unggul.” Ditulis dari sharing khotbah Bp. Pdt. Dr. Markus Simanjuntak, M.Th. di Ibadah Minggu MDC Graha Pemulihan, pada Tgl. 7 Januari 2024.



Kata “mengenal” bukan hanya sebatas tahu, tetapi ada tindakan yang lebih dalam lagi dari sekadar tahu. Kalau masuk ke dalam sebuah perusahaan, kita bisa saja ditunjukkan dan tahu tentang berbagai aturan yang ada di dalamnya, tetapi belum tentu kita dapat mengenal akan apa yang sesungguhnya berada di dalam perusahaan tersebut. Di dalam kehidupan bernegara pun sama, kita juga bisa saja belajar tentang konstitusi / undang-undang yang ada, tetapi belum tentu kita mengenal siapa penulis dan penyusun dari konstitusi tersebut.

Di dalam Alkitab, kata “mengenal Tuhan” sampai menuju pada level kedalaman hubungan suami dan istri. Kata ini adalah keintiman yang kita dapat dari dunia yang begitu privat, bukan dari luar, dan juga bukan untuk sembarangan ditunjukkan pada sembarang orang. Ada hal-hal yang tidak bisa langsung dibagikan begitu saja sama seperti,


“..Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya.” (Lukas 2:19).

Maria menyimpan segala perkara itu sebagai rahasia dari imannya. Baru setelah kurun waktu sekitar tiga puluh tahun dan Tuhan Yesus tampil di muka publik untuk melayani, Dia menyingkap misteri dan rahasia yang selama ini disimpan erat Maria Ibu-Nya, ke dalam dunia.


“Tetapi pikiran mereka telah menjadi tumpul, sebab sampai pada hari ini selubung itu masih tetap menyelubungi mereka, jika mereka membaca perjanjian lama itu tanpa disingkapkan, karena hanya Kristus saja yang dapat menyingkapkannya.” (2 Korintus 3:14).


Marilah kita masuk ke dalam tahun 2024 ini dengan belajar mengenal Allah lebih dalam, karena hal tersebut adalah persiapan bagi kita untuk dapat bertumbuh di hidup ini.

Masih Bisa Lebih Unggul.


“Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi. Kamu tahu juga petunjuk-petunjuk mana yang telah kami berikan kepadamu atas nama Tuhan Yesus.” (1 Tesalonika 4:1-2).


“Finally then, brethren, we request and exhort you in the Lord Jesus, that as you received from us instruction as to how you ought to walk and please God (just as you actually do walk), that you excel still more.” (New American Standard Bible, 1995).


Kata “unggul” dalam bahasa Inggrisnya excel, yang berasal dari bahasa Yunani yakni perisseu, yang memiliki arti melimpah, berlimpah, berada jauh di atas dan sekitarnya, berada di dalam jumlah yang penuh, maju, dan berlimpah. Dalam bentuk yang dimodifikasi bisa memiliki arti luar biasa, melampaui, dan juga lebih baik.


Ketika Pdt. Markus masih berprofesi sebagai seorang guru, tantangan terberat yang harus dijalani pada saat itu adalah saat dirinya harus menulis pesan-pesan di dalam buku rapor siswa, pada saat kenaikan kelas. Pesan yang ditulis haruslah penuh dengan kehati-hatian, karena akan dibawa dan diingat oleh para siswa di sepanjang hidupnya, dan jangan sampai menyinggung perasaan dari kedua orang tuanya.


Akhirnya Pdt. Markus memilih kata-kata bahwa para siswa tersebut masih bisa untuk lebih lagi “direnggangkan”, dan perlu untuk diberi ruang lebih lagi untuk dapat mengalami perubahan, agar mereka dapat bertumbuh menjadi lebih baik dan mencapai potensi sesuai dengan usianya.


Tempat terkaya di dalam dunia ini bukanlah terletak di sebuah pertambangan atau penyimpanan emas di tempat tertentu, tetapi justru berada di dalam kuburan. Penanda tanggal kelahiran dan kematian, di tengahnya terletak tanda penghubung (-). Dan apa yang akan kita isi untuk di bagian tengah atau di tanda penghubung / (-)nya? Hal itu bisa berwujud legacy / warisan iman yang berupa nilai-nilai kebenaran firman dan keteladanan hidup, berbagai properti, jurnal dan tulisan yang mengubah hidup, dan masih banyak hal lainnya. Kita masih bisa berbuat sesuatu untuk mengisi tanda penghubung (-) tersebut, atau justru kita tidak berbuat apa-apa sama sekali.


Dan ketika kita tidak berbuat apa-apa, maka Alkitab menyamakan kita bersikap seperti seseorang yang diberikan satu talenta dan menyembunyikannya, dalam perumpamaan tentang talenta di dalam Matius 25:14-30. Dan menarik bahwa tuan tersebut menyebut seseorang yang menyembunyikan satu talenta dengan sebutan,


“Hai kamu, hamba yang jahat dan malas..”

Padahal Tuhan mau agar kita menjadi extraordinary, excel still more, excel to a higher degree, dan excel to a greater extent dengan mengembangkan setiap talenta yang sudah dipercayakan Tuhan di dalam hidup kita. Bukannya malah menyembunyikan dan tidak berbuat apa-apa.


Surat Paulus di 1 Tesalonika.


Sikap excellent tidak hanya sekadar bersikap profesional saja, tetapi bagaimana kita dapat mempresentasikan apa yang berada di dalam hati dan juga hidup untuk dapat menjadi berkat dan terang bagi sekitar.


Dalam 1 Tesalonika pasal 1, Paulus menulis bagaimana kehidupan jemaat Tesalonika pada saat itu yang sudah,


“..menjadi teladan untuk semua orang yang percaya di wilayah Makedonia dan Akhaya. Karena dari antara kamu firman Tuhan bergema bukan hanya di Makedonia dan Akhaya saja, tetapi di semua tempat telah tersiar kabar tentang imanmu kepada Allah, sehingga kami tidak usah mengatakan apa-apa tentang hal itu.” (ayat 7-8).


Di dalam pasal 2, dituliskan tentang bagaimana intensitas pelayanan Paulus di Tesalonika.

Di dalam pasal 3 Paulus,


“..mengirim Timotius, saudara yang bekerja dengan kami untuk Allah dalam pemberitaan Injil Kristus, untuk menguatkan hatimu dan menasihatkan kamu tentang imanmu, supaya jangan ada orang yang goyang imannya karena kesusahan-kesusahan ini..” (ayat 2-3).


Di dalam pasal 4-5 Paulus menulis sebagai dorongan akhir bagi jemaat untuk tetap,

Menjaga hidup kudus menjelang kedatangan Tuhan, berjaga-jaga untuk tetap hidup sebagai anak-anak terang, menghormati mereka yang bekerja keras dan yang sudah memimpin di dalam Tuhan, hidup di dalam damai dan tertib, tetap berdoa dan bersukacita, mengucap syukur dalam segala hal, jangan memadamkan Roh dan menganggap rendah nubuat-nubuat, menguji segala sesuatu dan memegang yang baik, serta menjauhkan diri dari segala jenis kejahatan.


Melalui apa yang ditulis Paulus di dalam 1 Tesalonika, dirinya ingin mengatakan bahwa kalau sudah berhasil di pasal pertama, jangan pernah berhenti dan berpuas diri. Kalau selama ini kita hanya membicarakan apa yang pernah terjadi di masa lalu, maka bisa jadi kita masih belum menghasilkan apa-apa, dan hal ini sama saja dengan kita memiliki nostalgic mentality / mental nostalgia yang hanya berfokus mengagumi kejayaan di masa lalu, tetapi lupa masih ada tujuan yang harus kita raih di masa depan.


Padahal gereja Tuhan harus mengejar Keunggulan Rohani (spiritual excellence) di dalam hidupnya.


Kita dapat melihat di negara China, banyak diadakan pertunjukan dan juga berbagai tempat yang memamerkan kebanggaan mereka terhadap warisan budaya yang dapat dipertahankan selama ribuan tahun. Di negara Jepang, mereka berusaha untuk menutupi masa lalu, dan terus berfokus dalam mengejar masa depan. Inilah yang perlu kita pelajari.

Sering kali kita melupakan masa lalu, tetapi kita juga tidak lagi memedulikan masih ada masa depan yang harus kita hadapi. Paulus di dalam suratnya di atas juga mengajar kita untuk dapat belajar dari setiap kesalahan di masa lalu, agar kita dapat memprediksi dan juga mempersiapkan apa saja yang akan terjadi di masa depan.


Sikap excellent dimulai dari keputusan kita untuk mau mengenal Tuhan lebih dalam, dan hal ini tidak dibangun hanya dalam kurun waktu satu hari saja. Hubungan Kristus dengan gereja-Nya digambarkan seperti hubungan suami dan istri di dalam pernikahan. Pengenalan dapat terjalin karena adanya hubungan yang terus-menerus dibangun bersama-Nya, dan hal ini dapat dilakukan pada saat kita membangun hubungan yang karib di dalam doa dan juga membaca firman-Nya / Alkitab.


Dunia yang kita hadapi hari-hari ini sedang mencari kebanggaan di dalam hikmat, kebijaksanaan, kekuatan, dan juga kekayaan. Tidak sedikit dari antara mereka yang berlomba-lomba untuk menjadi yang paling pintar, berkuasa, dan paling kaya. Tidak salah dengan semuanya itu. Tetapi Tuhan memberikan antitesa di dalam firman-Nya,


“Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman TUHAN.” (Yeremia 9:23-24).


Yang terbaik adalah kita dapat mengenal,


Pertama. Chesed / Perjanjian Kasih Setia yang ditunjukkan Allah di dalam hidup manusia.


Kata ini disebutkan sebanyak 245 kali di dalam Perjanjian Lama (PL), dan tidak ada satu katapun di dalam Perjanjian Baru (PB) yang dapat menggantikan kata ini. Di tengah kegagalan Israel untuk tetap setia pada Allah, Dia masih mengingat perjanjian-Nya pada umat-Nya.


Kedua. Keadilan.


Sebuah sikap untuk tetap mempercayai bahwa yang benar pada akhirnya akan dihargai, yang salah akan menerima konsekuensi, yang ditindas akan dibela oleh-Nya, dan yang tinggi hati akan direndahkan. Di dalam segala hal, teruslah memercayai masih ada Tuhan yang memegang kendali atas setiap kehidupan umat manusia.


Ketiga. Kebenaran


Dan hal ini harus mengalir dari dalam hidup kita kepada banyak orang, di manapun kita berada. Kebenaran yang disampaikan juga harus berjalan beriringan dengan compassion / belas kasih.


Kalau ada yang dapat kita banggakan di dalam hidup ini, maka banggalah akan ketiga hal di atas. Jangan pernah tergoda dan bangga untuk berlomba-lomba menjadi besar dan menarik perhatian dari banyak orang, tetapi kita tidak bisa membuat mereka untuk dapat bertumbuh lebih dalam mengenal Allah, dan menjadi excellent di dalam hidup mereka.


Tiga Fondasi Penting dalam mengejar keunggulan spiritual yakni, Mengenal dan Memahami Allah.


Pertama. The Priority of Excelling.


“Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu.. melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi.” (1 Tesalonika 4:1a,d).

Prioritas hidup kita adalah menjadi excellent. Paulus memakai kata meminta dan menasihatkan, ibarat dirinya berada di samping, sama seperti seorang pembimbing. Walaupun Paulus memiliki hak, tetapi dia mendorong dan men-encourage setiap jemaat untuk dapat memiliki kehidupan yang lebih excellent lagi. Mengajak mereka untuk dapat mengerjakannya secara bersama-sama. Prioritas Paulus dalam kehidupan orang percaya adalah kemajuan rohani mereka, yakni untuk dapat mengenal Allah lebih dalam lagi.

Berapa banyak aktivitas yang dikerjakan selama ini, apakah semuanya itu dapat membawa kita sampai pada kekekalan Surga? Ingatlah akan apa yang benar-benar bernilai kekal. Bukan hanya sekadar kita melakukan ibadah dan juga berbagai aktivitas rohani, tetapi apakah kita dapat mengenal Allah lebih dalam sampai kita bertumbuh secara rohani, di setiap hal yang sedang kita lakukan?


Sebagai seorang gembala, Pdt. Markus benar-benar menguji kapasitas hidupnya dan ingin untuk menjadi lebih excellent dalam hal memberi. Yang memegang pembukuan selama ini adalah istrinya, dan mereka berdua selalu mengevaluasi di setiap tahunnya berapa banyak dana yang sudah ditabur. Apakah ada kemajuan? Apakah melalui pemberian mereka berdua, sudah menjadi berkat lebih banyak lagi bagi kehidupan banyak orang?

Semuanya ini dilakukan tidak untuk membandingkan diri dengan apa yang sudah dilakukan orang lain, tetapi untuk mengukur sampai sejauh mana kedalaman rohani dan juga pemahaman firman yang telah dicapainya. Selain itu, Pdt. Markus juga rindu untuk dirinya lebih lagi dapat “stretching” dalam mempelajari firman-Nya, karena prioritas di dalam hidup kita adalah dapat mengenal-Nya lebih dalam.


“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Matius 6:33).


Manakah yang lebih dahulu kita cari di dalam hidup ini? Apakah kita mencari dan mengejar hal-hal yang berasal dari dalam dunia ini? Atau kita mencari kerajaan Allah dan juga kebenarannya?


“Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah.” (Mazmur 42:1).


Be attentive / jadilah penuh perhatian. Daud pada saat itu sedang berada jauh di Yerusalem. Keadaan yang dialami begitu ruwet dan menekan. Tetapi di balik semuanya itu, Daud mau untuk selalu merindukan Allah, tetap menenangkan dirinya, mau mendengar, serta mau untuk menyenderkan telinganya untuk dapat lebih lagi mendengar suara-Nya.


Sama seperti yang dikatakan Yesaya,


“Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid.” (Yesaya 50:4).


Apakah Tuhan selama ini cukup bagi kita? Yang membuat kita cukup selama ini bukanlah berasal dari apa yang dunia dapat berikan, tetapi Tuhan-lah yang membuat kita menjadi cukup.


Pada suatu hari ada seorang hamba Tuhan yang dipenjara selama dua puluh tahun karena imannya pada Tuhan Yesus, dan dirinya ditanya seorang wartawan mengenai bagaimana pendapatnya tentang Tuhan Yesus, dari pengalamannya selama ini di balik penjara?


Dirinya berkata, Dia adalah Relax God.

Apa artinya? Tuhan mau agar kita terus berjalan bersama-Nya dan tidak mudah terprovokasi oleh apapun yang berasal dari dalam dunia ini. Selama pelayanan-Nya di dunia, Tuhan Yesus terus diprovokasi banyak hal, bahkan termasuk dari keluarganya, tetapi Dia tetap tenang.


Prioritas Paulus dalam kehidupan orang percaya adalah agar mereka dapat mengalami kemajuan rohani, yang dimotivasi oleh kerinduan untuk dapat mengenal Allah lebih dalam lagi.


Dan tujuan untuk mengenal Dia seharusnya melebihi keinginan kita untuk mendalami dan menghafal firman-Nya. Mengapa? Karena kerinduan kita untuk mendalami Firman-Nya sesungguhnya adalah sarana bagi kita untuk dapat mengenal lebih dalam lagi Pribadi Allah yang merupakan Sang Firman.


Jangan sampai kita memiliki banyak pengetahuan teologi, banyak hafal ayat firman Tuhan di dalam Alkitab.. tetapi kita gagal untuk mengenal-Nya lebih dalam. Selama ini bisa jadi kita berkutat dengan ayat-ayat di dalam firman Tuhan, tetapi justru kita gagal mengenal Pribadi Sang Firman itu sendiri. Padahal kita belajar firman Tuhan lebih dalam agar dapat mengenal-Nya, dan juga mengalami-Nya.


Kedua. The Power and Principles for Excelling.


“dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah.” (1 Tesalonika 4:1b).

Dari mana kuasa dan kemampuan untuk kita dapat menjadi excellent di hidup ini? Dari Tuhan Yesus. Hanya seseorang yang hidupnya sudah dilahirkan kembali di dalam Tuhan Yesus Kristus, yang memiliki kekuatan dan juga pemahaman rohani untuk dapat mencapai sasaran pertumbuhan rohani di dalam hidupnya secara maksimal.


Di 1 Tesalonika pasal 1 dikatakan bahwa jemaat sudah berhasil dan dikenal di mana-mana. Lalu apa lagi yang harus mereka lakukan? Mereka, dan juga kita tentunya, harus memperdalam lebih lagi hubungan kita bersama-Nya.


Kekuatan untuk unggul tidak bekerja di ruang hampa, dan kekuatan ini bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran Alkitab, teruji oleh waktu, dan disetujui oleh Tuhan.

Kerohanian kita bukanlah dilakukan di ruang hampa, yang tidak ada siapa-siapa. Tetapi apa yang kita dapatkan di dalam ruang doa kita selama ini nantinya dapat direfleksikan di dalam kehidupan orang-orang di sekitar. Biarlah Tuhan yang terus dipermuliakan di dalam setiap apa yang kita perkatakan dan juga perbuat. Semuanya bekerja di dalam kasih, prinsip dan nilai firman Tuhan juga harus diuji dengan berjalannya waktu.


Setiap kita masuk ke dalam tahun yang baru, kembalilah untuk selalu me-review setiap pelajaran yang berada di dalam buku Dasar Kekristenan (DK). Ambillah waktu untuk mengisi ulang kembali setiap pertanyaan yang terletak di dalamnya.


Sama seperti Pdt. Markus yang setiap saat harus terus belajar, berubah, dan mengikuti setiap perkembangan yang ada. Jangan sekadar hanya mengikuti semata-mata pelajaran dari para pendahulu, tetapi kita harus selalu memperbarui sesuai dengan perkembangan zaman yang ada agar anak cucu kita, baik secara jasmani maupun rohani, dapat diberkati Tuhan.


Ketiga. The Progress and Pressure of Excelling.


“Hal itu memang telah kamu turuti.. Kamu tahu juga petunjuk-petunjuk mana yang telah kami berikan kepadamu atas nama Tuhan Yesus.” (1 Tesalonika 4:1c,2).

Mengenal Allah dan mengejar pertumbuhan untuk mencapai keunggulan rohani adalah upaya seumur hidup untuk kita dapat menjadi serupa seperti Kristus, melalui ketaatan dan pengudusan hidup kita seutuhnya pada Kristus. Dan tekanan untuk terus-menerus mengejar keunggulan rohani ini berasal dari perintah-perintah yang diajarkan oleh para rasul di dalam Alkitab (foundational teaching of the apostle).


Sering kali kita lupa akan apa yang menjadi dasar dari hidup Kekristenan kita. Banyak dari antara kita yang hidupnya tidak tahan uji dan meninggalkan iman pada Kristus, karena kita tidak lagi mempelajari dan melekatkan diri pada dasar-dasar gereja ini.

Penghambat Besar Keunggulan Rohani.


Sama seperti jemaat di Korintus yang memiliki segala sesuatu untuk dapat menjadi unggul secara rohani, tetapi mereka tidak bertumbuh justru malah menjalani hidup yang penuh dengan kekacauan dan perpecahan (baca di 1 Korintus 10-14).


Darinya kita dapat belajar ada tiga penghambat dalam mencapai spiritual excelence.


Pertama. Penyembahan yang tercemar.


Antitesa dari jemaat di Tesalonika adalah jemaat di Korintus. Jemaat di Korintus ini saling ribut antara satu denominasi dengan lainnya. Penyembahan mereka pada Tuhan pada akhirnya menjadi tercemar, dengan adanya banyak denominasi yang saling menonjolkan keunggulan dirinya masing-masing, baik dari denominasi yang dipimpin Paulus, Apolos, dan juga lainnya.


Kedua. Membiarkan adanya dosa dan penyelewengan di dalam jemaat.


Baik hal itu berupa pernikahan sesama jenis, pernikahan yang kacau, kesombongan satu dengan lainnya, dan banyak dosa yang dibiarkan bertumbuh di jemaat.


Ketiga. Pengaruh pengajaran palsu dan menyesatkan.


Banyak orator palsu yang datang dan mengajarkan berbagai ajaran palsu serta menyesatkan dengan lidah fasihnya, tetapi Paulus datang dengan kuasa dari firman Allah. Demikian juga hari-hari ini ada prosperity gospel / injil kemakmuran dan juga berbagai pengajaran palsu lainnya, yang membuat orang menjadi malas, ingin cepat menjadi besar dan kaya tanpa mau bekerja keras, dan bahkan tak sedikit yang memakai berbagai kuasa jahat dari dunia untuk melakukan apa yang dirinya mau.


Senjata Iblis kedua untuk mencobai anak-anak Tuhan itu penganiayaan, dan sering kali hal ini tidak selalu berhasil. Tetapi senjata utamanya yang selalu mematikan setiap kehidupan anak-anak Tuhan berwujud materialisme, kesuksesan hidup, kekayaan, yang bila kita tidak berhati-hati dengan semuanya itu.. maka dapat membuat kita semakin jauh dari Tuhan.


Kisah Jonathan Edwards.


Dirinya adalah seseorang yang sangat excellent dalam mempelajari kebenaran firman Tuhan dan pada mulanya dipercayakan untuk menggembalakan jemaat yang berpendidikan, cukup kaya, dan hidupnya merasa aman melayani selama dua puluh tiga tahun. Tetapi setelah kurun waktu tersebut, dirinya dikeluarkan dari gereja di mana dirinya melayani, dibiarkan berada di pinggir jalan, sampai anak-anaknya berkata padanya,


“Ayah, selama ini kita sudah melayani Tuhan. Apakah kita hanya mendapat balasan seperti ini?”

Sejak Jonathan berusia 17 tahun, dirinya memiliki kerinduan yang besar untuk dapat mengenal Allah lebih lagi. Dan yang membuat dirinya dikeluarkan dari gereja tersebut adalah pada saat mengatakan di Sakramen Perjamuan Kudus,


“Bapak dan Ibu, barangsiapa yang tidak mau bertobat dan tidak mau mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, jangan mengambil bagian di dalam Perjamuan Kudus ini.”


Para pemimpin sinode menegurnya dengan keras dan pada akhirnya memutuskan untuk mengeluarkan Jonathan dari pelayanan, karena mereka merasa sungkan dengan jemaat yang kaya dan berpendidikan, yang hidupnya masih berada di dalam dosa dan tidak mau bertobat.


Lalu Jonathan pergi ke daerah lainnya, memulai pelayanan yang baru dengan enam belas kepala keluarga, dan semuanya merupakan penduduk asli suku Indian yang pendidikannya jauh di bawah jemaatnya yang semula. Sementara itu, Jonathan pendidikannya sangat excellent.


Dengan permulaan yang sederhana, Jonathan terus setia melayani-Nya. Dirinya diilhami Roh Kudus untuk menulis dan menyampaikan khotbahnya yang terkenal, “Sinners in the Hands of an Angry God” di dalam gerejanya. Banyak orang dijamah dan diubah hidupnya ketika mendengar Jonathan membaca tulisannya.


“Perhatikanlah semuanya itu, hiduplah di dalamnya supaya kemajuanmu nyata kepada semua orang.” (1 Timotius 4:15).

Spiritual Excellence melewati berbagai jurang proses, lembah pemurnian, dan kebersediaan diri untuk mau mengenal Allah lebih dalam lagi. Spiritual Excellence ini nyata adanya, dan dapat dilihat oleh semua orang. Dan karena kita adalah anak-anak terang-Nya, bukan senter, maka terang itu dapat dilihat dan dinikmati semua orang.


Jendela Kaca Berwarna-warni.


Pada suatu waktu terjadi pandemi yang begitu buruk di Eropa, semua tampak gelap, dan tidak ada lagi pengharapan. Pada saat itu ada seorang pendeta yang bertugas untuk menyalakan lilin di dalam ruangan sebuah gereja, yang memiliki jendela kaca berwarna-warni.


Dan ketika orang-orang datang dalam keadaan yang patah semangat, berusaha untuk bertahan di tengah kegelapan musim yang dingin.. mereka melihat ada mozaik Tuhan Yesus di jendela kaca berwarna-warni yang terkena cahaya lilin, sedang menggendong anak domba di dalam dekapan lengan-Nya, dan ada juga mozaik seorang Samaria yang baik hati.

Pemandangan itu menguatkan iman dari orang-orang yang datang di dalam gereja tersebut, dan mereka juga mengajak orang lain di tengah keadaan yang berat, untuk mau datang dan berdoa agar iman mereka juga dikuatkan dan dimampukan untuk dapat bertahan di musim tersebut.


Kita dipanggil untuk merelefleksikan / memantulkan kemuliaan Allah, dari pengenalan kita akan Dia selama ini. Kita tidak perlu berkoar-koar, tetapi biarlah orang lain dapat melihat dan merasakan kehangatan Terang tersebut melalui perkataan dan perbuatan kita.. sama seperti mozaik kaca di jendela berwarna-warni, orang-orang pada akhirnya nanti dapat datang pada kita untuk mereka mau belajar untuk dapat mengenal Kristus lebih dalam lagi. Amin.


“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” (Matius 5:16).

Amin. Tuhan Yesus memberkati.

32 tampilan0 komentar

Comments


bottom of page