top of page

Markus Simanjuntak - Gereja yang Menang & The Vision of Glorified Christ to His Church

Catatan Khotbah: “Gereja yang Menang” dan “The Vision of Glorified Christ to His Church. Penglihatan Yesus Kristus yang Dimuliakan bagi Gereja-Nya.” Ditulis dari sharing khotbah Bp. Pdt. Markus Simanjuntak di Ibadah Doa Pagi pada Tgl. 10 Juni 2023 dan di Ibadah Minggu pada Tgl. 11 Juni 2023..



Kata Covenant / Ikat Janji pada hari-hari ini sudah sangat jarang kita dengar, terutama dalam hidup generasi milenial muda dan juga generasi Z. Setelah masa pandemi ini, yang namanya loyalitas / kesetiaan begitu mudahnya mencair di dalam tubuh gereja Tuhan. Selama pandemi yang lalu, kita begitu banyak disuguhi tayangan ibadah via Online, berbagai macam gereja telah “hadir di mana-mana”, dan dengan begitu mudahnya kita “menghadirinya”. Tak sedikit orang yang merasa bahwa hal ini adalah hal biasa, tidak memerlukan adanya Covenant di sebuah gereja, tetapi hal ini sesungguhnya tidaklah Alkitabiah.


Demikian juga di dalam perusahaan, ada tiga macam tipe macam karyawan.


Karyawan Pertama dianggap sebagai aset, karena kontribusinya yang memiliki keahlian lebih dari karyawan lainnya, sehingga pihak perusahaan berani membayar lebih mahal selain dari agar “tidak pergi ke mana-mana”, karyawan tersebut ketika semakin bertambah usia juga semakin bertambah bijak. Tipe Karyawan Kedua hanya dianggap sebagai liability / sekadar kewajiban, dan menjadi beban. Perusahaan hanya “membayar tenaganya” saja.


Tetapi hari-hari ini banyak tipe Karyawan Ketiga yang loyalitasnya begitu rendah. Sering kali tipe karyawan ini dapat menjadi ancaman bagi perusahaan, karena mereka mencari berbagai macam cara untuk cepat menjadi kaya dan naik jabatan. Kompetitor dari perusahaan bersedia menggaji mereka dua kali lipat, bahkan lebih, agar dapat mengajak karyawan ketiga ini bergabung dengan perusahaannya dan memberi bocoran info apa saja yang dimiliki perusahaan sebelumnya. Tipe karyawan ketiga ini sangat jarang mau mengikuti proses / tahapan yang ada, mereka hanya menjadikan apa yang dikerjakan saat ini hanya sebagai “batu loncatan”.


Inilah gambaran gereja pada hari-hari ini. Allah begitu loyal / setia dalam menjaga Covenant-Nya, tetapi kita tidak bisa menunjukkan kesetiaan kita, kecuali bila hal itu mendatangkan keuntungan bagi hidup kita. Gereja menang bukan karena gereja berhasil mengalahkan musuhnya, tetapi karena hal ini adalah identitas diri gereja, dan tidak dipengaruhi apa pun situasi dan keadaan yang sedang dialami hari-hari ini.


“Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.” (Roma 8:37).

Dampak Kekristenan yang Mengubah.


Pada waktu zaman para murid, keadaan begitu penuh dengan tekanan. Kekristenan telah menjadi musuh dari segala arah, dimulai dari Kerajaan Romawi, agama Yudaisme, para penyembah berhala dan rumah berhala mereka, kaum filsafat, dan bahkan orang-orang yang selama ini bergerak di dunia bisnis. Orang-orang Kristen menjadi ancaman bagi mereka yang selama ini telah mengalami stabilitas di dalam hidupnya. Orang-orang berdosa diperhadapkan dengan kekudusan. Bagi para pendosa yang bersikukuh dan tetap tidak mau bertobat, Injil adalah kabar buruk yang “berbau kematian”, dan sangat membuat hidup mereka tidak nyaman. Tetapi bagi yang mau diselamatkan, Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan hidupnya.


“Jalan TUHAN adalah perlindungan bagi orang yang tulus, tetapi kebinasaan bagi orang yang berbuat jahat.” (Amsal 10:29).

“Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman."” (Roma 1:16-17).


Dari sisi Politik, yakni dari sudut pandang Kekaisaran Romawi.. Kekristenan dianggap sebagai pemberontak karena mereka tidak mau menyembah kaisar Romawi, yang di mana kaisarnya harus dianggap dan disembah sebagai tuhan. Bagi orang-orang Kristen yang hidup di zaman itu, dan juga bagi kita semua, hanya Tuhan Yesus yang layak disembah, bukan manusia. Orang-orang Kristen tetap menghormati kaisar, tetapi mereka tidak mau menjadikan dan menyembah kaisar Romawi sebagai Tuhan.


Dari sisi Sosial selama ini ada banyak perbedaan kasta dimulai dari Aristokrat, kaum bangsawan, politisi, tuan dan hamba, dan berbagai macam kasta lainnya. Tetapi orang Kristen diajarkan kesetaraan di dalam status. Semua dalam keadaan sama di hadapan Allah, karena kita semua telah ditebus Tuhan Yesus melalui pengorbanan salib-Nya. Semua dapat duduk bersama-sama di dalam kesetaraan yang sama, karena Injil Yesus Kristus yang telah datang ke dalam dunia dan mengubah banyak hal.


“dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu.” (Kolose 3:11).


Dari sisi Ekonomi. Ketika kekudusan datang, orang-orang mau bertobat dan meninggalkan dosa-dosanya. Tempat ukupan dan bisnis-bisnis pengembahan berhala semuanya mengalami kebangkrutan karena Kristus diberitakan.


“Pada suatu kali ketika kami pergi ke tempat sembahyang itu, kami bertemu dengan seorang hamba perempuan yang mempunyai roh tenung; dengan tenungan-tenungannya tuan-tuannya memperoleh penghasilan besar. Ia mengikuti Paulus dan kami dari belakang sambil berseru, katanya: "Orang-orang ini adalah hamba Allah Yang Mahatinggi. Mereka memberitakan kepadamu jalan kepada keselamatan." Hal itu dilakukannya beberapa hari lamanya. Tetapi ketika Paulus tidak tahan lagi akan gangguan itu, ia berpaling dan berkata kepada roh itu: "Demi nama Yesus Kristus aku menyuruh engkau keluar dari perempuan ini." Seketika itu juga keluarlah roh itu. Ketika tuan-tuan perempuan itu melihat, bahwa harapan mereka akan mendapat penghasilan lenyap, mereka menangkap Paulus dan Silas, lalu menyeret mereka ke pasar untuk menghadap penguasa.” (Kisah Rasul 16:16-19).


Bagi orang Roma, yang namanya “allah” itu harus berwujud dan bisa dipegang bentuknya. Tetapi bagi orang-orang Kristen yang hidup di zaman itu dan bagi kita, Pribadi Allah itu di luar nalar pikiran manusia. Sehingga Kekristenan dianggap agama yang menyesatkan karena tidak sesuai dengan apa yang ada di dalam pikiran orang-orang Romawi. Selain itu agama yang diakui pada saat itu hanyalah agama Yudaisme, sehingga Kekristenan dianggap agama menyesatkan.


“Paulus pergi berdiri di atas Areopagus dan berkata: "Hai orang-orang Atena, aku lihat, bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada dewa-dewa. Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu. Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia, dan juga tidak dilayani oleh tangan manusia, seolah-olah Ia kekurangan apa-apa, karena Dialah yang memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang.” (Kisah Rasul 17:22-25).


Di beberapa negara, orang-orang yang menganut agama Kristen juga dianggap sebagai kriminal karena mereka dinilai telah melanggar hukum negara. Tak sedikit dari mereka yang hingga hari ini masih hidup di bawah ancaman dan ketakutan. Tetapi di sisi lain, Allah justru datang untuk memberikan penghiburan dan juga kekuatan bagi mereka semua.


Yesus Sang Pemenang.


Ayat Bacaan: Wahyu 1:7-20.


Mengapa Tuhan Yesus harus menampakkan diri pada Yohanes yang dibuang di Pulau Patmos tersebut? Pulau Patmos telah menjadi tempat buangan tahanan politik, merupakan pulau vulkanik, sebuah pulau tempat pembuangan sama seperti di Nusa Kambangan bila di negara Indonesia. Di tempat ini tidak ada makanan, tidak ada tempat untuk berlindung / shelter, dan hanya beratapkan langit yang terbuka. Di tempat tersebut Yohanes dibuang lantaran dirinya,


“..telah bersaksi tentang firman Allah dan tentang kesaksian yang diberikan oleh Yesus Kristus, yaitu segala sesuatu yang telah dilihatnya.” (1:2).

Dan di tempat tersebut, Yohanes melihat Tuhan karena Dia mau mengatakan bahwa Dia masih berada di gereja-Nya saat ini, bukan kemarin, bukan pula di masa lampau. Dia datang untuk memberikan penghiburan bagi Yohanes dan juga jaminan, di satu sisi memang benar Yohanes telah mengalami ancaman dan tekanan, tetapi di sisi lain ada penghiburan dari-Nya.


Jadi di dalam kitab Wahyu bukanlah kitab yang berbicara tentang Antikristus, tetapi sebenarnya tentang Tuhan Yesus yang memperlihatkan kemuliaan-Nya bagi gereja-Nya. Sama seperti yang tertulis di awal kitab Wahyu ini,


“Inilah wahyu Yesus Kristus, yang dikaruniakan Allah kepada-Nya, supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus segera terjadi. Dan oleh malaikat-Nya yang diutus-Nya, Ia telah menyatakannya kepada hamba-Nya Yohanes.” (Wahyu 1:1).


Di dalam kitab ini tertulis apa yang telah terjadi, apa yang sedang terjadi, dan apa yang akan terjadi nantinya. Apa yang telah terjadi adalah Tuhan Yesus telah mati disalibkan bagi dosa-dosa kita dan juga dibangkitkan. Perkara dasar iman kita sudah jelas, karena karya Kristus telah selesai. Tetapi di dalam Wahyu 1:17 sampai pasal 3 adalah gambaran gereja pada hari-hari ini. Di pasal 4 dan seterusnya adalah gambaran mengenai akhir zaman dan Kerajaan Allah.


Kekristenan sendiri bukanlah agama dengan kepercayaan yang menyembah martir, atau pun pemimpin rohani yang sudah meninggal. Tuhan Yesus datang, Dia hidup, dan mengatakan kalau Dia berada bersama-sama kita.


Memang di dalam hidup kita acapkali ada Fingerprint of Our Dad / jejak dari apa yang ayah atau pendahulu kita sudah lakukan. Tetapi Tuhan memanggil dan mengutus kita dengan pengurapan yang spesial. Orangtua / para pendahulu telah menempatkan platform iman dan meninggalkan legacy / warisan mereka, tetapi anak-anak akan memiliki dan harus berjalan dengan keputusan iman yang jauh lebih besar dari apa yang orangtua pernah lakukan.


Tuhan sedang mengangkat gereja-Nya hari-hari ini, oleh karena itu jangan kuatir dan takut. Dia memelihara. Jangan pernah malu dengan kesaksian kita tentang apa yang sudah diperbuat Yesus. Dia selalu memperlengkapi kita dengan kekuatan yang baru untuk berjalan dan menyelesaikan setiap rencana-Nya, dengan kekuatan yang selalu Dia berikan. Kita tidak akan dibiarkan berjalan dengan sendirian.


Kuatkan dan teguhkan selalu hati kita. Jangan pernah meng-entertain ketakutan kita,

“Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.” (2 Timotius 1:7).

The Vision of Glorified Christ to His Church. Penglihatan Yesus Kristus yang Dimuliakan bagi Gereja-Nya.


“Dan di tengah-tengah kaki dian itu ada seorang serupa Anak Manusia, berpakaian jubah yang panjangnya sampai di kaki, dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas. Kepala dan rambut-Nya putih bagaikan bulu yang putih metah, dan mata-Nya bagaikan nyala api. Dan kaki-Nya mengkilap bagaikan tembaga membara di dalam perapian; suara-Nya bagaikan desau air bah. Dan di tangan kanan-Nya Ia memegang tujuh bintang dan dari mulut-Nya keluar sebilah pedang tajam bermata dua, dan wajah-Nya bersinar-sinar bagaikan matahari yang terik.” (Wahyu 1:13-16).


Dari penglihatan Yesus Kristus yang dipermuliakan di hadapan Yohanes di ayat di atas, kita dapat belajar..


Pertama. Tuhan rindu untuk dapat menyatakan kehadiran-Nya di dalam hidup umat-Nya, sebagai Pribadi yang hidup dan berkuasa.


“Dan di tengah-tengah kaki dian itu ada seorang serupa Anak Manusia..” (ayat 13a).

Kitab Wahyu dapat disamakan dengan apa yang tertulis di dalam kitab Daniel 7:9-14, karena kedua penulisnya melihat dua gambaran yang sama. Dengan kata lain, keduanya menggambarkan penglihatan tentang Tuhan Yesus yang menyatakan Pribadi-Nya dan datang pada gereja-Nya dalam keadaan hidup dan berkuasa, bukan dalam keadaan mati dan tak berdaya. Dengan demikian ketika memiliki berbagai beban masalah dan pergumulan, yang kita butuhkan adalah kehadiran-Nya secara nyata. Kita tidak mencari dan menyembah yang sudah meninggal dunia, tetapi kita menyembah Tuhan Yesus yang hidup dan yang masih memimpin, dan yang terus bekerja untuk memberdayakan gereja-Nya.


Tuhan mau agar kita terus membangun hubungan yang karib dan bersekutu dengan Pribadi-Nya. Dia rindu untuk dapat menyatakan kehadiran-Nya secara nyata, bagi gereja-Nya. Yang membuat orang Kristen berbeda dengan lainnya adalah ketika kita berdoa, Kristus dapat hadir dan orang-orang di sekitar dapat merasakannya. Karena engine / mesin dari gereja Tuhan adalah doa-doa yang dinaikkan oleh umat-Nya.


Dalam bukunya “Transformational Church”, Ed Stetzer dan Thom S. Rayner menulis,


“Gereja yang berdoa itu ditandai dengan jawaban-jawaban doa dari jemaat-Nya.”

Oleh karena itu di setiap pertemuan, kita harus sering membagikan kesaksian bagaimana Tuhan menjawab setiap permohonan doa kita. Dan hal ini semakin menunjukkan bahwa engine dari gereja Tuhan adalah doa-doa dari umat-Nya.


Kedua. Tuhan Yesus sebagai Imam Besar Agung yang terus bersyafaat bagi kita.


“..berpakaian jubah yang panjangnya sampai di kaki, dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas.” (ayat 13b).

Dalam Perjanjian Lama (PL) gambaran “jubah” sering dipakai dan diperlambangkan untuk pakaian para raja. Tetapi di dalam Septuaginta, yang merupakan terjemahan Alkitab dari bahasa Ibrani dan beberapa teks terkait ke dalam bahasa Yunani, kata “jubah” ini mengacu bukan pada pakaian raja tetapi pada pakaian imam besar. Dan di ayat di atas kembali dikuatkan dengan kata-kata, “..dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas.” Apa maksudnya?


Dengan kata lain, Tuhan Yesus yang hidup dan yang masih berkuasa itu rindu untuk dapat menyatakan Pribadi-Nya pada setiap kita yang hari-hari ini diizinkan mengalami berbagai tekanan dan pergumulan. Dia hidup dan mau berdoa syafaat bagi kita.


Pengetahuan kita tentang Imam Besar yang Mahatinggi / Tuhan Yesus, seharusnya menggerakkan kita untuk membangun suatu kesadaran penuh bahwa Kristus masih melindungi dan menyediakan penghiburan kalau kita sedang mengalami tekanan. Dan Kristus sendiri yang berperan sebagai Imam Besar bukan hanya menyampaikan doa saja tetapi Dia juga mengorbankan Diri-Nya terlebih dahulu sebagai “pengorbanan yang sempurna” dan yang telah menyenangkan hati Bapa.


Kalau sudah seperti ini yang sudah Dia perbuat bagi kita, apa lagi yang membuat kita kuatir? Dia hidup. Dia ada. Dia memberdayakan hidup kita. Dan Dia selalu bersyafaat dan melindungi kita.


Ketiga. Tuhan Yesus yang terus memurnikan dan mendisiplinkan gereja-Nya.


“Kepala dan rambut-Nya putih bagaikan bulu yang putih metah, dan mata-Nya bagaikan nyala api. Dan kaki-Nya mengkilap bagaikan tembaga membara di dalam perapian..” (ayat 14-15a).


Warna “putih” adalah perlambang dari kemurnian. Tuhan Yesus yang hidup, yang memerintah dan memberikan diri-Nya pada gereja-Nya, yang bersyafaat.. adalah Tuhan Yesus yang sama yang akan memurnikan gereja-Nya. Dan standar tujuh gereja yang ditulis di dalam kitab Wahyu ini standarnya adalah standar Kristus. Dan karena kerinduan-Nya untuk memurnikan gereja-Nya, Dia juga tidak akan segan untuk mendisiplinkan gereja-Nya.


Bagaimana kita melihat Kristus yang sudah memurnikan dan mendisiplinkan gereja-Nya?


Pertama. Tuhan Yesus yang memegang erat dan mengendalikan gereja-Nya.


“Dan di tangan kanan-Nya Ia memegang tujuh bintang..” (ayat 16a).

Ayat di atas berbicara tentang Tuhan Yesus yang memegang erat dan mengendalikan hidup gereja-Nya. Percayalah ketika hidup kita berada di dalam genggaman-Nya, maka Dia tidak akan mengizinkan gereja-Nya selip / tergelincir.


Kedua. Firman Tuhan harus menjadi Sumber Otoritas di dalam hidup kita.


“..suara-Nya bagaikan desau air bah.” (ayat 15b).

Sebelumnya Yohanes mendengar suara Tuhan seperti suara seorang manusia biasa. Tetapi kali ini suara-Nya seperti desau air bah. Dengan kata lain, suara Tuhan memiliki otoritas. Suara gereja seharusnya hanya satu, yakni membicarakan firman Tuhan, bukan lainnya. Firman Tuhan / Alkitab menjadi Sumber Otoritas di dalam hidup, bukan teologi kita, bukan juga pengalaman rohani di dalam hidup kita. Kalau gereja Tuhan tidak lagi mengkhotbahkan firman-Nya, maka gereja akan kehilangan otoritas Tuhan atas hidupnya.


Ketiga. Tuhan Yesus melindungi gereja-Nya, dan gereja memancarkan kemuliaan-Nya.


“dan dari mulut-Nya keluar sebilah pedang tajam bermata dua, dan wajah-Nya bersinar-sinar bagaikan matahari yang terik.” (ayat 16b).

Marilah pada hari ini kita memiliki pengharapan akan gereja-Nya yang memancarkan kemuliaan-Nya, dan terus mengizinkan Kristus untuk “tetap hidup” dengan cara kita berdoa semakin karib kepada-Nya. Izinkanlah Dia selalu bersyafaat bagi kita, responi hal tersebut dalam doa-doa yang kita naikkan kepada-Nya, dan lihatlah pada waktu terbaik-Nya kelak Tuhan yang akan menjawab berbagai permohonan doa yang kita naikkan kepada-Nya.


Tuhan Yesus Memperkenalkan Diri-Nya.


“..tetapi Ia meletakkan tangan kanan-Nya di atasku, lalu berkata: “Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.” (Wahyu 1:17-18).


Tuhan Yesus membawa penghiburan dan jaminan bagi gereja-Nya. Dan apa yang Dia tawarkan pada gereja-Nya didasarkan pada Siapa Dia dan juga pada Otoritas yang dimiliki-Nya.


Pertama. Yesus adalah “AKU”.


Di dalam bahasa Yunani memiliki arti “Ego Eimi,” yang artinya AKU adalah, AKU ada, AKU-lah Dia, I have always been and shall be, atau Aku sudah selalu ada dan akan selalu ada. Nama ini adalah nama Perjanjian Yahweh (Keluaran 3:14). Nama yang mampu memberikan ketenangan pada murid-muridNya (Matius 14:27). Nama yang adalah Tuhan yang tidak pernah terkalahkan di hadapan musuh-musuhNya.


Aku adalah AKU adalah nama Covenant / Ikat Janji dari Allah pada umat dan pada gereja-Nya. Rasul Yohanes yang mengerti arti nama ini, di dalam surat Injilnya selalu menulis dan memperkenalkan Diri-Nya,


“Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Aku ini, jangan takut!"” (Yohanes 6:20).

“Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.”” (6:35).


“Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."” (8:12).


“Maka kata Yesus: "Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku.”” (8:28).


“Maka kata Yesus sekali lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu. Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka. Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput.”” (10:7-9).


“Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;” (10:11).

“Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku.” (10:14-15).


“Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?"” (11:25-26).


“Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan.” (13:13).


“Aku mengatakannya kepadamu sekarang juga sebelum hal itu terjadi, supaya jika hal itu terjadi, kamu percaya, bahwa Akulah Dia.” (13:19).


“Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”” (14:6).


"Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (15:1,5).


“Ketika Ia berkata kepada mereka: "Akulah Dia," mundurlah mereka dan jatuh ke tanah.” (18:6).


Bahasa Indonesianya selalu diawali dengan kata “Sesungguhnya..” Bahasa aslinya berasal dari kata “Amin. Amin.” Hal ini sama bila kita disumpah dua jari pada saat di persidangan, kita disumpah untuk mengatakan kesaksian yang sebenar-benarnya demi Allah dan demi firman-Nya / Alkitab. Di dalam persidangan di Indonesia, adanya dua alat bukti baru suatu perkara dapat disahkan untuk diproses. Bahkan menurut Rabi Yahudi, ketika berpendapat mereka juga menyertakan dua referensi pendapat dari dua rabi lainnya, baru perkataannya kokoh dan dapat disahkan. Jadi bukan sekadar main perasaan, tetapi selalu ada dasarnya.


Demikian pula ketika Tuhan Yesus berkata, “Amin. Amin.” Orang-orang Yahudi marah karena hal ini adalah sebuah kekejian, karena Yesus menyamakan Diri-Nya dengan Allah.


“Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. Kata Yesus kepada mereka: "Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?" Jawab orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah."” (Yohanes 10:31-33).


“Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: "Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air." Kata Yesus: "Datanglah!" Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus.” (Matius 14:28-29).


Yesus tak terkalahkan. Dia tidak terpengaruh dan terintimidasi dengan situasi dan kondisi yang berada di dalam dunia.


Kedua. Yesus adalah Yang Pertama dan Yang Terakhir.


“Siapakah yang melakukan dan mengerjakan semuanya itu? Dia yang dari dahulu memanggil bangkit keturunan-keturunan, Aku, TUHAN, yang terdahulu, dan bagi mereka yang terkemudian Aku tetap Dia juga.” (Yesaya 41:4).


“Beginilah firman TUHAN, Raja dan Penebus Israel, TUHAN semesta alam: "Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian; tidak ada Allah selain dari pada-Ku.”” (44:6).


“Dengarkanlah Aku, hai Yakub, dan engkau Israel yang Kupanggil! Akulah yang tetap sama, Akulah yang terdahulu, Akulah juga yang terkemudian!” (48:12).


Nama ini adalah gelar Yahweh. Nama kekal dan bertahan atas segala ilah dan sesembahan berhala yang ada. Dia telah ada sebelum semuanya dan akan terus ada hingga kekekalan. Nama-Nya telah mengalahkan semua dewa yang ada sejak awal dunia diciptakan sampai pada kesudahan akhir zaman. Dewa orang Mesir, Babilonia, Aram, Syria, dan semuanya tidak ada yang dapat bertahan. Hanya Tuhan Yesus yang masih bertahan dan berkuasa hingga hari ini.


Gereja yang menyadari keberadaan Tuhan Yesus dan yang selalu tinggal bersama dengan-Nya adalah gereja yang kuat dan tidak takut dengan berbagai ancaman. Gereja yang sejati ciri khasnya adalah sudah di-test melalui berbagai macam krisis. Bahkan sesungguhnya, krisis adalah kabar baik bagi gereja Tuhan karena melaluinya, gereja mendapat kesempatan untuk dapat menyatakan Kristus.


KRISIS = CHRIST IS.


Di dalam krisis, ada Kristus yang hadir dan memberi kekuatan bagi kita semua. Temukanlah Kristus di setiap permasalahan yang sedang dihadapi, maka kita akan selalu dikuatkan dan dimampukan untuk dapat keluar dari setiap permasalahan yang ada, bersama dengan hikmat-Nya yang selalu menuntun.


“Sementara tuanku melihatnya, terungkit lepas sebuah batu tanpa perbuatan tangan manusia, lalu menimpa patung itu, tepat pada kakinya yang dari besi dan tanah liat itu, sehingga remuk. Maka dengan sekaligus diremukkannyalah juga besi, tanah liat, tembaga, perak dan emas itu, dan semuanya menjadi seperti sekam di tempat pengirikan pada musim panas, lalu angin menghembuskannya, sehingga tidak ada bekas-bekasnya yang ditemukan. Tetapi batu yang menimpa patung itu menjadi gunung besar yang memenuhi seluruh bumi.” (Daniel 2:34-35).


“Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan yaitu kamu sendiri, namun Ia telah menjadi batu penjuru. Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." (Kisah Rasul 4:11-12).


Tuhan Yesus adalah “Batu” yang terlepas, yang dilihat Nebukadnezar di dalam mimpinya. Semua kerajaan yang ditimpa “Batu” tersebut akan menjadi runtuh. Tidak ada yang sanggup untuk menyaingi Diri-Nya. Dia juga adalah “Batu Penjuru” yang selama ini telah dibuang dan tak dianggap, tetapi telah menjadi dasar yang teguh dan yang telah mempersatukan kehidupan gereja-Nya sampai kapan pun. Itulah sebabnya gereja yang tanpa menyertakan Kristus di dalamnya bukanlah gereja. Karena Kristus telah menjadi “Batu Penjuru” yang telah merangkum dan memperlengkapi semuanya.


Oleh karena itu jangan pernah malu terhadap berita Tuhan Yesus yang telah mati menebus dosa manusia dan bangkit dari kematian mengalahkan kuasa maut dalam hidup manusia. Berita gereja bukanlah berita motivasi, self healing, improvement, dan kesuksesan.. tetapi Kristus yang telah datang ke dalam dunia ini, mati di atas kayu salib, bangkit pada hari yang ketiga, dan kelak akan datang untuk kedua kalinya.


Bagi kepercayaan yang dianut orang Yunani, tubuh fisik manusia ini adalah tubuh yang jelek dan jalan keluarnya adalah mati dan menjadi arwah. Tetapi Tuhan Yesus justru bangkit dari kematian, dan hal ini telah menjadi dasar bagi kita untuk memiliki hidup yang berkemenangan. Kita juga memiliki hidup yang kekal, karena Tuhan Yesus telah bangkit dari kematian.


“Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.” (1 Korintus 1:18).


Ketiga. Yesus adalah Tuhan yang Hidup.


“Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita oleh kasih karunia kamu diselamatkan” (Efesus 2:4-5).


“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.” (ayat 8-9).


Inilah berita tentang Tuhan Yesus yang kita bagikan. Dia mati karena menebus dosa dan pemberontakan kita, tetapi Dia bangkit dan tidak bisa mati lagi. Tuhan bukanlah manusia, dan oleh iman kita telah diselamatkan dan tidak perlu mati lagi untuk kedua kalinya di dalam dosa, penghakiman, dan kekekalan. Kalau kita “tidak mau mati” terhadap dosa-dosa kita, maka kita tidak akan dapat hidup bagi Kristus, dan akhirnya kita akan mengalami “kematian yang kedua”.


“Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api. Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu.” (Wahyu 20:14-15).


Kuasa dan Otoritas Tuhan Yesus yang telah menang atas maut dan kematian, adalah jaminan bagi kita untuk tidak perlu lagi hidup dalam ketakutan dan kekuatiran.


Ketika Tuhan mengizinkan ada orang-orang yang datang di gereja kita dan mereka membawa kesulitan secara mental, disabilitas, dan bahkan berkebutuhan khusus. Ada juga yang datang dan mereka mengalami kesulitan karena selama ini mereka telah diabaikan dan ditinggalkan keluarga mereka.. apakah kita mau bersedia untuk duduk bersama dan menemani mereka, sampai mereka semuanya berhasil keluar dari masalah yang sedang mereka hadapi, dan memiliki hidup yang berkemenangan? Apakah kita bersedia?


Karena kita memiliki Allah yang setia dan hidup. God’s Faithfulness / Kesetiaan Tuhan dan Loving Kindness / Kebaikan-Nya yang penuh dengan kasih tidak pernah dibatasi oleh kegagalan yang manusia bisa jadi, pernah melakukannya. Kasih setia-Nya tidak dibatasi oleh keterpurukan kita. Chesed / belas kasih dari Tuhan itu selalu bekerja untuk memulihkan hidup anak-anakNya.


Kasih-Nya kekal adanya, tidak pernah gagal dan tidak berkesudahan. Ketika umat-Nya di dalam Perjanjian Lama (PL) selalu memberontak melawan-Nya, Dia selalu menunggu dengan setia sampai mereka mau bertobat dan sungguh-sungguh kembali kepada-Nya. Keadaan yang kita alami hari-hari ini bisa jadi mengalami keadaan yang sulit, tetapi Tuhan tetaplah Tuhan yang setia dan jangan pernah meninggalkan-Nya.


Tetaplah taat dan setia kepada-Nya. Dia nantinya yang akan mengangkat kita kembali untuk dapat hidup dalam berkemenangan. Jaminan Kristus adalah jaminan Tuhan yang setia.


Amin. Tuhan Yesus memberkati..

4 tampilan0 komentar

Comments


bottom of page