top of page

Lydia CSES - Simplify Your Personality

Catatan Khotbah: Simplify Our Personality. Ditulis dari sharing Ibu Pdt. Lydia CSES di Ibadah Minggu pada Tgl. 26 Maret 2023.

“Tetapi orang-orang yang pergi ke sana bersama-sama dengan dia berkata: "Kita tidak dapat maju menyerang bangsa itu, karena mereka lebih kuat dari pada kita." Juga mereka menyampaikan kepada orang Israel kabar busuk tentang negeri yang diintai mereka, dengan berkata: "Negeri yang telah kami lalui untuk diintai adalah suatu negeri yang memakan penduduknya, dan semua orang yang kami lihat di sana adalah orang-orang yang tinggi-tinggi perawakannya. Juga kami lihat di sana orang-orang raksasa, orang Enak yang berasal dari orang-orang raksasa, dan kami lihat diri kami seperti belalang, dan demikian juga mereka terhadap kami."” (Bilangan 13:31-33).


Bagaimana cara kita melihat Pribadi Allah dan juga diri kita sendiri akan menentukan sampai seberapa jauh kita dapat melangkah dan juga seberapa banyak kita akan bertumbuh. Tuhan tidak pernah salah dalam menempatkan hidup kita di sebuah situasi dan kondisi, dan tentunya Dia mengenal siapa pribadi kita seratus persen. Tetapi pertanyaannya, apakah kita ini sudah mengenal pribadi-Nya dengan baik dan benar?


Selain itu, kalau hidup kita selama ini hanya berfokus pada kelemahan kita, maka kita tidak akan pernah dapat melihat bagaimana kekuatan dan pertolongan dari Tuhan itu dapat dinyatakan di dalam hidup kita, serta melihat Dia yang akan memampukan hidup kita untuk terus melangkah sesuai dengan kehendak-Nya.


Di Bilangan 13 di ayat di atas, kita dapat melihat adanya assessment / penaksiran dari pihak sepuluh orang pengintai. Dan assessment tersebut diakhiri dengan pernyataan,


“..dan kami lihat diri kami seperti belalang, dan demikian juga mereka terhadap kami." (ayat 33).
“.. We seemed like grasshoppers in our own eyes, and we looked the same to them.” (New International Version).

Apa yang dapat kita pelajari?


Pertama. Kita belajar untuk meninggalkan pemikiran kita yang sempit.


“Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia.” (Amsal 23:7a).

Dan di ayat di atas kita dapat belajar,


Stuck Lives are a Fruit of a Stuck Minds.


Sering kali penyebab dari seseorang terjebak / stuck bukan tentang apa yang orang lain pikirkan tentang dirinya atau pun apa yang dipikirkan Tuhan tentangnya. Namun dari apa yang kita pikir dan perhitungkan terhadap diri kita sendiri. Hidup kita yang terjebak / stuck adalah sebagai buah / hasil dari pikiran kita sendiri yang terjebak. Kita memiliki penilaian yang salah atas diri kita sendiri.


Ada sebuah cerita tentang seorang bapak yang takut pada seekor ayam. Lalu bapak ini datang untuk berkonsultasi pada seorang psikolog yang memberikan dua pertanyaan:


“Bapak sama ayam tersebut mana yang lebih besar ukuran badannya? Kalau memang lebih besar bapak ukuran badannya, harusnya siapa yang lebih takut?”

Dan berbekal dua pertanyaan ini, bapak tersebut kembali menghadapi ayam tersebut. Tetapi tak lama kemudian dia berbalik kembali pada psikolog dan menanyakan,


“Tetapi apakah pak Psikolog sudah memberitahukan pada ayamnya, bahwa ukuran badan saya jauh lebih besar?”

Bapak tersebut lebih mempercayai pemikirannya sendiri yang menganggap bahwa ayam tersebut jauh lebih besar dan bisa membahayakan dirinya, daripada mempercayai sebuah fakta bahwa dirinya jauh lebih besar dari ayam tersebut.


Kesepuluh pengintai melihat diri mereka hanya sebagai “belalang”, karena apa yang mereka pikirkan berasal dari apa yang berada di dalam hati mereka. Dan gara-gara laporan dari sepuluh pengintai ini, bangsa Israel menjadi bersungut-sungut dan tidak mau lagi berjuang pada perjuangan yang sudah Tuhan tetapkan dalam hidup mereka. Padahal seandainya bila mereka mau berjuang, mereka pasti menang, karena Tuhan pasti menyertai hidup mereka. Tetapi mereka lebih mempercayai intimidasi dari musuh dan penilaian diri mereka sendiri. Dan tragisnya di ayat selanjutnya dikatakan,


“Hanya, demi Aku yang hidup dan kemuliaan TUHAN memenuhi seluruh bumi: Semua orang yang telah melihat kemuliaan-Ku dan tanda-tanda mujizat yang Kuperbuat di Mesir dan di padang gurun, namun telah sepuluh kali mencobai Aku dan tidak mau mendengarkan suara-Ku, pastilah tidak akan melihat negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang mereka! Semua yang menista Aku ini tidak akan melihatnya.” (Bilangan 14:21-23).


Masalahnya di sini, apakah kita mau untuk tetap mempercayai firman Tuhan atau tidak? Bukan karena Tuhan salah, karena rencana dan penilaian-Nya selalu tepat. Tetapi kesimpulan sepihak yang dibuat bangsa Israel sendiri, yang telah mengalahkan mereka. Kesimpulan yang dibuat kesepuluh pengintai dan bangsa Israel adalah kesimpulan yang salah.


Belalang di dalam Kepala.


Bangsa Israel kalah bukan karena peperangan di tanah perjanjian. Mereka kalah karena “belalang” yang ada di dalam kepala mereka.


Raksasa dan orang Enak, sesungguhnya bukanlah inti dari permasalahannya. Kita dipilih dan dilahirkan untuk menghadapi dan menaklukkan setiap “raksasa” di dalam hidup, tentunya bersama dengan kuasa Tuhan yang selalu memampukan. Dia tidak pernah berbuat kesalahan ketika menempatkan kita di sebuah situasi dan kondisi. Masalahnya adalah ada “belalang” yang berdiam di kepala kita.


Apa maksudnya?


Kita lebih mempercayai latar belakang hidup kita, yang bisa jadi membatasi hidup kita. Masalahnya di sini bukanlah tentang siapa orangtua kita, kita ditempatkan di mana, apa gender kita, kita merasa memiliki hidup yang tidak seberuntung orang lain.. tetapi “grasshopper / belalang” yang berada di dalam kepala kita, apa yang kita pikirkan tentang diri kita sendiri. Padahal di dalam firman-Nya dikatakan,


“Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.” (Matius 5:14).

You are the light of the world. Di ayat di atas tertulis “You are”, atau “kamu adalah” bukan tertulis “You on becoming” atau “kamu nantinya akan menjadi”. Sebelum melakukan apa-apa, kita ini adalah terang-Nya, karena ada Kristus yang telah tinggal di dalam hidup kita. Dia memiliki impian yang besar, dan rencana-Nya begitu agung dalam hidup kita. Keluarlah dari pikiran kita yang sempit. Tujuan hidup kita tidak ditentukan oleh masa lalu, tetapi ditentukan oleh firman Tuhan di dalam Alkitab.


“Tetapi Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune, yang termasuk orang-orang yang telah mengintai negeri itu, mengoyakkan pakaiannya, dan berkata kepada segenap umat Israel: "Negeri yang kami lalui untuk diintai itu adalah luar biasa baiknya. Jika TUHAN berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya.” (Bilangan 14:6-8).


Di saat kesepuluh pengintai dan bangsa Israel dikuasai “belalang” di dalam pikiran mereka (13:3), Kaleb dan Yosua mengajak bangsa tersebut untuk mengeluarkan “belalang” itu. Memang, Kaleb dan Yosua tidak menyangkal apa yang dihadapi di depan mereka, tetapi mereka mau untuk terus mempercayai bahwa Allah yang mereka sembah itu pasti sanggup untuk memimpin dan juga menaklukkan bangsa berukuran raksasa di hadapan mereka.


Tuhan tidak pernah salah memanggil hidup kita, yang menjadi masalah karena ada “belalang” di dalam kepala kita. Keluarkan itu, dan belajarlah mempercayai firman Tuhan.


Kedua. Percaya diri yang Akitabiah.


Acap kali kita memberi cap orang lain bertindak arogan / angkuh ketika mereka terlalu percaya diri dalam bersikap. Tetapi,


Arrogance doesn’t come from knowing who you are, or what you can do, or what you have. Arrogance comes when you forget who gave it to you. Sikap arogan tidak datang dari sikap yang mengenal siapa diri kita, atau apa yang kita dapat lakukan, atau apa yang kita miliki. Tetapi sikap arogan datang, ketika kita lupa Siapa yang memberi semua berkat tersebut dalam hidup kita.


Tuhan Yesus tahu dan mengenal siapa diri-Nya, dan tentunya dari mana Dia datang. Pengenalan akan siapa diri-Nya membuat-Nya tidak tergoyahkan. Dia tidak perlu memberi pembuktian apa-apa mengenai siapa diri-Nya pada saat digoda Iblis di padang gurun, karena memang itulah jati diri-Nya (Matius 4:1-11).


Sikap arogan datang ketika kita lupa akan Siapa yang memberi jabatan, posisi, berkat kekayaan, kesehatan, dan banyak hal baik dalam hidup kita. Tetapi ketika tahu siapa jati diri kita, ini bukanlah sikap arogan. Sama seperti Tuhan Yesus yang tahu dan sadar akan siapa diri-Nya:


“Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya.” (Yohanes 15:1).


“tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal." (4:14).


"Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (14:6).


Dan masih banyak ayat firman Tuhan lainnya yang menyatakan siapa pribadi Yesus, yang di mana mengajar kita: Pemahaman mengenal siapa diri sendiri akan menolong kita untuk dapat menyelesaikan setiap tugas yang sudah Tuhan tetapkan dalam hidup kita.


Rasa Tidak Mampu.


Jika Setan tidak dapat menjatuhkan kita dengan kesombongan, maka dia akan memakai cara ekstrem satunya: Rasa Tidak Mampu.


Rasa Tidak Mampu ini akan membuat kita tidak dapat mengenal siapa jati diri kita yang sesungguhnya di hadapan Tuhan. Kita merasa diri tidak mampu, dan menilai diri lebih rendah yang di mana Tuhan tidak pernah menilai diri kita seperti itu. Ketika Setan sering menawarkan perasaan kita untuk mengatakan tidak mampu, berhati-hatilah karena hal itu lambat laun dapat membunuh perasaan kita untuk menyelesaikan berbagai tugas yang sudah dipercayakan Tuhan dalam hidup kita, sebanyak kesombongan itu dapat menghancurkan hidup kita.


Inadequacy has assassinated just as many assignment as arrogance. Rasa Tidak Cukup / Tidak Mampu telah membunuh banyak tugas yang sudah dipercayakan Tuhan dalam hidup, sebanyak sikap arogan itu membunuhnya.


Ketika Tuhan memanggil hidup seseorang untuk menyelesaikan tugas-Nya, maka Dia pertama kali harus mengeluarkan Rasa Tidak Mampu menurut penilaian orang itu sendiri. Tuhan memanggil kita dengan panggilan yang besar, tetapi Setan menaruh “pendulum” rasa tidak mampu, sehingga bila tak berhati-hati, alih-alih menjadi rendah hati dan menyadari semua hanya karena kemurahan-Nya, kita menjadi minder dan tak percaya diri. Kita menjadi tidak percaya bahwa Dia memiliki banyak rencana besar yang harus digenapi di dalam, dan melalui hidup kita.


Jangan sampai kita stuck / terjebak dalam meratapi masa lalu, latar belakang, betapa merasa tidak beruntungnya hidup kita.. tetapi mulailah mempercayai kata-kataNya. Bacalah firman-Nya di dalam Alkitab.


Panggilan-Nya atas hidup kita:


“"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.” (Matius 5:13-14).


“TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia,” (Ulangan 28:13).


“Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.” (Roma 8:37).


Dan masih banyak lagi yang tertulis di dalam firman Tuhan di Alkitab.


Sering kali beberapa hal seharusnya tampak sederhana, tetapi kitalah yang membuatnya rumit. Ditambah lagi dengan hasutan dari si jahat yang menilai bahwa kita tidak akan mampu, kita tidak akan bisa.. kenyataannya, musuh yang bekerja dan menyerang kita dengan kesombongan adalah musuh yang sama yang menyerang kita dengan perasaan tidak mampu, minder, dan tidak percaya diri.


Embrace Your Unique Design.


Jika kita menolak untuk embrace / memeluk desain unik yang sudah Tuhan tetapkan dalam hidup kita, maka kita tidak akan pernah melangkah dan sampai pada unique gifting / karunia pemberian-Nya yang unik. Setiap kita diciptakan Tuhan dengan desain yang unik. Tetapi bila kita menolak untuk menerima unique design-Nya, kita tidak akan sampai pada unique gifting, dan pada akhirnya kita tidak akan pernah dapat menyelesaikan unique destiny kita yang unik.


Tuhan tidak asal dan tidak iseng ketika menciptakan hidup kita. Dia menaruh unique destiny / tujuan hidup yang unik bagi kita. Kita mungkin tidak dapat melakukan apa yang orang lain perbuat. Tetapi, belum tentu orang lain juga dapat mengerjakan apa yang dipercayakan Tuhan di dalam hidup kita.


Tetaplah setia pada Tuhan, pada saat hari-hari ini sedang diproses, dan rasanya pastilah tidak enak. Saat kita mau setia, dan menyelesaikan setiap proses yang ada, maka kita akan menyadari bahwa setiap proses itu untuk memimpin kita menggenapi destiny / tujuan hidup yang telah ditetapkan-Nya dari semula.


Salah satu contoh yang sering kita dengar adalah Daud. Kita sudah hafal dengan berbagai proses yang dijalaninya. Memang tidak mudah, tetapi Daud mau untuk tetap setia pada panggilan-Nya. Dan ketika dia mau setia untuk diproses, menyelesaikan, dan akhirnya menggenapi panggilan-Nya.. maka Tuhan memberi solving problem / jalan keluar atas setiap permasalahan yang dihadapinya dan juga bangsanya.


Jangan malu ketika kita memiliki confidence / percaya diri yang Alkitabiah. Kenallah siapa diri kita, kenallah Siapa Allah yang memanggil hidup kita, sehingga kita tidak terjebak dalam kerendahan hati yang palsu. Seolah terlihat rendah hati, tetapi hal itu adalah inadequacy / rasa tidak mampu. Dan karena Tuhan telah mengeluarkan rasa ini sebelum Dia memakai orang-orangNya di dalam Alkitab, maka Dia juga akan mengeluarkannya terlebih dahulu dari dalam hidup kita, sebelum Dia memakai kita.


Tuhan Tidak Pernah Salah.


Ada cerita tentang sepasang orangtua muda yang menantikan lahirnya anak pertama mereka. Di manapun, setiap orangtua pasti sangatlah berbahagia dalam menanti kelahiran anak pertamanya. Tetapi dari kebahagiaan, berubah menjadi kesedihan, dan akhirnya menuntun pada keraguan akan kesetiaan Tuhan. Anak pertama mereka dilahirkan tanpa daun telinga.


Diagnosis para dokter sungguh menggentarkan iman orangtua ini, dan anak tersebut nantinya diperkirakan akan lahir dengan speech delay / keterlambatan kemampuan anak dalam menyampaikan sesuatu atau berbicara. Dokter menyarankan untuk operasi daun telinga, baru ketika anak tersebut berusia sepuluh tahun.


Dalam menghadapi situasi dan kondisi apa pun, tetaplah mendatangi Tuhan. Tetaplah mempercayai apa yang Alkitab katakan tentang hidup kita. Dunia menilai seseorang mungkin hanya dengan batasan cacat / tidak. Tetapi Dia menilai hidup kita dengan,


“Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.” (Mazmur 139:14).

Dia tidak pernah salah. Dia pasti memiliki tujuan dalam hidup kita. Jangan pernah kalah dengan setiap ujian di dalam hidup ini, karena jika kita menyerah, maka kita tidak akan bisa mendampingi hidup anak-anak kita untuk hidup dalam kemenangan-Nya. Teruslah mempercayai firman Tuhan. Dia memanggil kita,


“Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.” (Roma 8:37).

Hidup kita tidak ditentukan oleh apa kata orang, tetapi apa kata firman Tuhan. Rencana-Nya tidak akan gagal karena perkataan orang lain yang kurang baik, dalam hidup kita. Dan hidup kita juga bukanlah sebuah kegagalan di hadapan-Nya. Marilah bersama-sama dengan hikmat, kasih, dan kuasa-Nya yang pasti akan selalu menuntun dan memampukan, kita menggenapi unique destiny / tujuan unik yang sudah Dia tetapkan dalam hidup kita masing-masing. Respon secara sederhana: Percaya dan hiduplah dalam firman Tuhan di dalam Alkitab.


Amin. Tuhan Yesus memberkati..

29 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua

Comments


bottom of page