Catatan Khotbah: “Life in Between”. Ditulis dari sharing Ibu Pdt. Lydia CSES di Ibadah Doa Malam pada Tgl. 25 April 2023..
Sering kali kita hanya sekadar membaca dan bahkan sudah hafal dengan berbagai kisah di dalam Alkitab, tetapi mengabaikan banyak hal penting di dalamnya. Abraham telah mendapat janji, dan Allah menggenapinya. Tetapi kita mengabaikan dari apa yang namanya “life in between” / hidup di antara waktu ketika Dia memberi janji dan menggenapi janji-Nya. Bangsa Israel telah dijanjikan-Nya tanah perjanjian, dan melalui kepemimpinan Musa dan Yosua, Allah memimpin mereka untuk masuk ke dalamnya. Tetapi di tengah-tengahnya, ada banyak keadaan yang terjadi di padang gurun, lengkap dengan berbagai kisah yang mengiringi perjalanan Israel saat masuk ke dalam tanah perjanjian.
Kita hanya melihat keadaan yang terjadi di awal dan akhir saja, tetapi tidak memperhatikan ada banyak kisah yang terjadi di antaranya. Dan hal ini menuntun kita pada pertanyaan,
What do you do, when you’re in between? What do you do in the “not yet season”?
Hal apa saja yang akan kita perbuat, pada saat hidup di antara keadaan awal dan akhir? Hal apa saja yang akan kita perbuat, pada saat kita masih berada di dalam musim, di mana kita masih menanti dan masih belum mendapat penggenapan dari janji-janjiNya?
Masa Penantian Daud.
“Berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Berapa lama lagi engkau berdukacita karena Saul? Bukankah ia telah Kutolak sebagai raja atas Israel? Isilah tabung tandukmu dengan minyak dan pergilah. Aku mengutus engkau kepada Isai, orang Betlehem itu, sebab di antara anak-anaknya telah Kupilih seorang raja bagi-Ku." (1 Samuel 16:1).
“Samuel mengambil tabung tanduk yang berisi minyak itu dan mengurapi Daud di tengah-tengah saudara-saudaranya. Sejak hari itu dan seterusnya berkuasalah Roh TUHAN atas Daud. Lalu berangkatlah Samuel menuju Rama.” (ayat 13).
“Maka datanglah semua tua-tua Israel menghadap raja di Hebron, lalu raja Daud mengadakan perjanjian dengan mereka di Hebron di hadapan TUHAN; kemudian mereka mengurapi Daud menjadi raja atas Israel.” (2 Samuel 5:3).
Ketika kita membaca ayat di atas, kita hanya sekadar membaca sambil lalu bahwa Daud diurapi menjadi raja oleh Samuel, ada berbagai kisah yang terjadi, lalu Daud disahkan menjadi raja atas Israel. Tetapi dibutuhkan sembilan belas pasal, baru Daud menerima penggenapan dari janji Allah. Tidak serta merta Daud menerima pengurapan dari Samuel, Allah menolak Saul untuk menjadi raja, dan lalu Daud langsung naik menjadi raja dan Saul diturunkan.
Diperkirakan kurang lebih usia Daud ketika menerima pengurapan dari Samuel usianya baru tujuh belas tahun, dan disahkan menjadi raja berusia tiga puluh tahun (5:4). Dibutuhkan masa penantian dan persiapan selama tiga belas tahun dari kehidupan Daud. Kita begitu mudah membaca Alkitab sambil lalu, tetapi kehilangan keindahan proses yang dilalui para tokoh, ketika mereka berjalan bersama dengan Allah.
“My times are in your hands..” (Psalm 31:15, NIV).
“Masa hidupku ada dalam tangan-Mu..” (Mazmur 31:15).
Di dalam masa penantian selama sembilan belas pasal, Daud mengalami banyak hal seperti menjadi pelayan Saul bermain kecapi, mengalahkan Goliat, hidup dalam pelarian karena dikejar-kejar Saul, menjadi pemimpin dari orang-orang yang bermasalah, pura-pura gila di hadapan raja Akhis, dan masih banyak hal lainnya yang dialami Daud.
Tetapi melalui ke semuanya itu, Daud berkata di ayat di atas bahwa my times / waktuku / masa hidupku itu berada di dalam tangan-Nya Tuhan. Sekalipun masih belum ada bukti dari urapan untuk menjadi raja atas Israel, Daud tetap percaya bahwa masa hidupnya itu masih berada di dalam tangan dan tuntunan-Nya Tuhan.
Di dalam masa-masa life in between, kita membutuhkan anugerah-Nya dan juga endurance / daya tahan sebelum masa promise land / ketika janji Tuhan itu diberikan. Sebab bila tidak memiliki anugerah dan daya tahan, di tengah perjalanan kita dapat putus asa dan kehilangan semangat. Jagalah iman kita di dalam masa life in between tersebut.
Kesempatan memang datangnya dari Tuhan, dan hal itu adalah bagian-Nya. Tetapi bagian dan tugas kita adalah menjaga stamina rohani tetap fit, tidak ogah-ogahan, dan mempersiapkan segala sesuatunya dengan terbaik.
Dalam masa life in between, banyak ujian yang akan membentuk hidup kita. Karakter, kedalaman hubungan kita bersama-Nya, integritas, kerendahan hati, dan banyak hal akan diuji dan diubahkan, sehingga kita nantinya dipanggil menjadi orang yang hatinya melekat pada Tuhan. Bukan hanya soal apa panggilan dan tanggung jawab yang harus kita kerjakan dan selesaikan, tetapi lebih dari itu berbicara tentang “sembilan belas pasal” masa penantian yang harus kita lalui, di mana sama sekali tidak ada tanda penggenapan janji dari-Nya.
Jangan Melepas Kepercayaan Kita.
“Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya.” (Ibrani 10:35).
“So do not throw away your confidence; it will be richly rewarded.” (NIV).
“Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.” (Galatia 6:9).
“And let us not be weary in well doing: for in due season we shall reap, if we faint not.” (KJV).
Di masa life in between, jangan pernah melepas iman dan kepercayaan kita. Jangan jemu-jemu untuk berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya / in due season, kita akan menuai jika kita tidak menjadi lemah. Oleh karena itu tetaplah mempertahankan stamina rohani kita dengan anugerah-Nya yang akan selalu memampukan hidup kita, sampai kita menerima penggenapan dari semua janji-Nya. Amin.
“Though he slay me, yet will I hope in him;” (Job 13:15, NIV).
Ayub berkata sekalipun Tuhan kesannya seperti mau membunuhnya, dia tetap menaruh pengharapannya hanya pada Tuhan. Demikian pula dengan hidup kita, sekalipun hari-hari ini kita mungkin diizinkan berada dalam keadaan serba terdesak, dalam situasi hopeless / tak ada harapan.. tetaplah menaruh pengharapan dan percaya kita hanya pada-Nya. Jangan melepas iman, dan pegang kuat janji-janjiNya.
Secara manusia, kita mungkin sudah lelah. Sama seperti Daud yang sudah diurapi Samuel, Saul sudah ditolak Tuhan untuk menjadi raja, dan Daud masih harus melalui proses sembilan belas pasal yang begitu lama dan pastinya tidak mengenakkan dirinya. Dikejar-kejar, mau dibunuh, tidak memiliki kewarganegaraan.. apapun proses yang kita lalui hari-hari ini, jangan melepas iman dan kepercayaan kita pada Tuhan karena besar upah dari-Nya yang menanti kita.
Dalam masa life in between, teruslah membangun persekutuan pribadi kita dalam doa dan membaca firman-Nya. Ada banyak janji Tuhan yang sudah digenapi, tetapi banyak juga yang belum. Tetaplah bersabar di dalam menanti janji-janjiNya digenapi dalam hidup kita.
Kita membutuhkan iman dan kesabaran. Ketika kesabaran hilang, iman pun dapat hilang. Waktu adalah bagian terpenting untuk menguji iman dan membentuk siapa jati diri kita. Sebab ketika Tuhan sudah menggenapi semua janji-Nya, kita tidak akan menjadi seorang yang sombong.
Amin. Tuhan Yesus memberkati..
Comments