Catatan Khotbah: “Letters to the Seven Church. Part 3. Jemaat di Pergamus: Menolak untuk Kompromi.” Ditulis dari sharing khotbah Ibu Pdt. Lydia CSES di Ibadah Minggu Tgl. 2 Juli 2023..
Surat kepada Jemaat di Pergamus sesungguhnya berbicara tentang perintah Tuhan pada gereja-Nya untuk menolak setiap bentuk kompromi. Dan kata “gereja” di sini bukan berbicara sebatas tentang gedung tetapi lebih kepada,
“kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.” (1 Petrus 2:9).
Di pulau Patmos, Rasul Yohanes dibuang oleh pemerintahan Romawi karena ketaatannya dalam memberitakan firman Allah dan juga bersaksi tentang Yesus Kristus. Di pulau berbatu ini juga bisa menjadi perlambang yang bisa jadi sebuah tempat, situasi dan kondisi, yang di mana kita merasa “dibuang” oleh sekitar kita. Tetapi selama ada Tuhan, pasti di tempat tersebut ada mukjizat pemeliharaan dan juga pertolongan-Nya yang setia, yang menjagai hidup kita.
Di setiap surat yang ditulis pada jemaat, pola-Nya kurang lebih selalu sama. Dimulai dari pujian, dan lalu Tuhan Yesus memberikan koreksi. Sering kali kita menjumpai para orangtua hanya sekadar melampiaskan emosi dalam mendidik dengan memukul anaknya, tetapi setelah itu mereka tidak mau membalut dengan kasih sayang dan juga memberi koreksi. Seharusnya kita dapat belajar dari setiap surat yang ditulis pada tujuh jemaat-Nya, setelah memberi koreksi, Tuhan Yesus juga memberikan jalan keluar. Dan di akhir surat tersebut, Dia juga memberi rewards / upah pada tujuh gereja yang di mana rata-rata mereka mengalami penganiayaan dari sekitarnya.
Surat kepada Jemaat di Pergamus.
"Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Pergamus: Inilah firman Dia, yang memakai pedang yang tajam dan bermata dua: Aku tahu di mana engkau diam, yaitu di sana, di tempat takhta Iblis; dan engkau berpegang kepada nama-Ku, dan engkau tidak menyangkal imanmu kepada-Ku, juga tidak pada zaman Antipas, saksi-Ku, yang setia kepada-Ku, yang dibunuh di hadapan kamu, di mana Iblis diam. Tetapi Aku mempunyai beberapa keberatan terhadap engkau: di antaramu ada beberapa orang yang menganut ajaran Bileam, yang memberi nasihat kepada Balak untuk menyesatkan orang Israel, supaya mereka makan persembahan berhala dan berbuat zinah. Demikian juga ada padamu orang-orang yang berpegang kepada ajaran pengikut Nikolaus. Sebab itu bertobatlah! Jika tidak demikian, Aku akan segera datang kepadamu dan Aku akan memerangi mereka dengan pedang yang di mulut-Ku ini. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, kepadanya akan Kuberikan dari manna yang tersembunyi; dan Aku akan mengaruniakan kepadanya batu putih, yang di atasnya tertulis nama baru, yang tidak diketahui oleh siapapun, selain oleh yang menerimanya." (Wahyu 2:12-17).
Latar Belakang Gereja Pergamus.
Gereja di Pergamus adalah gereja yang dikelilingi pengaruh dari si jahat. Dan sekalipun memiliki kesempatan untuk berpindah ke kota lain, mereka memutuskan tetap tinggal. Dan gereja di Pergamus merupakan persatuan dalam perkawinan, yang di mana melambangkan relasi gereja dengan dunia. Ada banyak kompromi yang dilakukan, di mana gereja-Nya sudah tidak lagi memperlihatkan ketajaman kerohaniannya.
“Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Pergamus: Inilah firman Dia, yang memakai pedang yang tajam dan bermata dua” (ayat 12).
Pedang-Nya yang tajam dan bermata dua diperlambangkan untuk memilah emas murni dari setiap campurannya. Dan dengan pedang ini, Tuhan ingin memisahkan antara kebenaran dan kepalsuan. Gereja Tuhan harus berani berdiri untuk menyuarakan dan terus hidup di dalam kebenaran firman Tuhan, tanpa kompromi. Pedang-Nya juga berbicara tentang kebenaran firman-Nya, yang menguduskan dan memisahkan kita untuk menjadi umat kepunyaan-Nya.
Firman Allah berkata,
“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.” (2 Timotius 3:16-17).
Di setiap surat yang ditulis pada jemaat-Nya, Tuhan rindu untuk dapat menyatakan Diri-Nya sesuai dengan apa yang dibutuhkan jemaat-Nya, agar iman dan hidup kita tidak mudah goyah. Selain itu agar hidup kita juga dipersiapkan dengan sungguh menjelang kedatangan-Nya yang kedua kali, di mana hari tersebut merupakan hari pernikahan Kristus dengan gereja-Nya, sebagai pengantin-Nya.
“Aku tahu di mana engkau diam, yaitu di sana, di tempat takhta Iblis; dan engkau berpegang kepada nama-Ku, dan engkau tidak menyangkal imanmu kepada-Ku, juga tidak pada zaman Antipas, saksi-Ku, yang setia kepada-Ku, yang dibunuh di hadapan kamu, di mana Iblis diam.” (Wahyu 2:13).
Terkadang kita merasa Tuhan sudah tidak lagi peduli / care dengan hidup kita, dan tak sedikit dari antara kita yang menganggap Dia tidak mengetahui tempat di mana kita berada, karena Dia hanya berdiam diri pada apa saja yang sedang kita alami. Tetapi di setiap surat pada gereja-Nya di dalam kitab Wahyu Dia selalu berkata, “Aku tahu..”
Selain itu, Pergamus juga berbicara tentang menara yang tinggi (high tower) atau “yang diperkuat pertahanannya”, yang berbicara tentang posisi gereja di dalam dunia. Pergamus merupakan tempat yang sangat tinggi, jemaat ini terletak di atas tebing, begitu indahnya. Tetapi di ayat 13 di atas dikatakan,
“Aku tahu di mana engkau diam, yaitu di sana, di tempat takhta Iblis..”
Di atas tebing tersebut ada altar besar yang dibangun, dan ada seperti singgasana / kursi kerajaan yang dibangun menghadap kota, yang diperuntukkan untuk menyembah dewa Zeus. Singgasana ini ditulis di ayat di atas dengan kata “takhta Iblis”, dan di tempat tersebut banyak terdapat “perzinahan rohani”, yakni banyak orang yang menyembah dewa Zeus. Dan bila di tempat tersebut dijumpai perzinahan rohani yang kuat, maka perzinahan jasmaninya juga kuat.
Di dalam dunia yang sudah jatuh ke dalam dosa ini, kita tidak mungkin terhindar dari apa yang namanya konfrontasi langsung terhadap kuasa dari si jahat. Dan seharusnya untuk menghardik dan mengusir si jahat dalam kehidupan kekristenan adalah hal yang biasa, dan bukan sebuah pelayanan yang wah. Mengapa?
“karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara. Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu.” (Efesus 6:12-13).
Selain menyembah dewa Zeus, Pergamus juga diharuskan untuk menyembah kaisar Romawi, yang menganggap dirinya sebagai tuhan karena memegang kekuasaan terbesar. Di Pergamus banyak terdapat penyembahan berhala, dan bisa saja iman kita jadi terpengaruh melihat banyaknya pemandangan seperti itu.
Tetapi kita dapat belajar dari komitmen yang pernah dikatakan Ayub,
“Aku telah menetapkan syarat bagi mataku..” (Ayub 31:1).
“I made a covenant with mine eyes..” (King James Version).
Ayub menetapkan matanya untuk tidak dengan sembarangan melihat hal-hal yang bisa jadi membuat dia bertambah jauh dari Tuhan. Memang mata kita diciptakan Tuhan untuk dapat melihat dan mensyukuri setiap ciptaan-Nya di dalam dunia ini, tetapi detik selanjutnya adalah keputusan kita sendiri apakah yang sedang kita lihat itu dapat menyukakan hati Tuhan, atau malah mendukakan hati-Nya.
“dan engkau berpegang kepada nama-Ku, dan engkau tidak menyangkal imanmu kepada-Ku,”
Semua orang yang ke Pergamus melewati kuil mengesankan yang dibangun untuk Aesculapius atau Asclepius, yang merupakan dewa penyembuhan dan kesehatan, dan memiliki simbol tongkat yang dililit ular. Dan hal ini bisa jadi dapat menggoyahkan iman. Mengapa? Karena seseorang yang mengiring Tuhan Yesus selama ini bisa jadi hidupnya tidak seenak dan senyaman yang hidupnya menyembah Asclepius.
Ada kisah dari seseorang yang baru bertobat dan memutuskan untuk setia mengikut Tuhan Yesus. Tetapi ketika dirinya memutuskan untuk mengikuti-Nya, Tuhan mengizinkan usahanya mengalami kebangkrutan. Orangtuanya mengintimidasi dan melemahkan imannya dengan mengatakan katanya ikut Tuhan Yesus bisa menolong hidupnya, tetapi kok malah mengalami hal-hal yang buruk. Lebih baik orangtuanya yang memiliki iman dan keyakinan berbeda, tetapi hidupnya malah enak dan jauh “diberkati”.
Kalau kita mengikut Tuhan Yesus alasannya hanya sekadar untuk hidup diberkati, maka iman kita nantinya dapat digoyahkan. Apa pun musim kehidupan yang diizinkan untuk kita lalui, teruslah setia berpegang pada nama-Nya, dan tidak menyangkal iman kita kepada-Nya. Amin.
Hidup Tidak Berkompromi pada Dosa.
“juga tidak pada zaman Antipas, saksi-Ku, yang setia kepada-Ku, yang dibunuh di hadapan kamu, di mana Iblis diam.”
Antipas adalah seorang saksi Tuhan yang setia, pemimpin rohani dan gembala, dan selama hidupnya tidak mau mengkompromikan firman Tuhan. Menurut tradisi, dia dibakar hidup-hidup secara perlahan-lahan dalam patung kuningan yang berbentuk sapi jantan. Jemaat Pergamus menyaksikan bagaimana kematian Antipas, tepat di depan mata kepala mereka sendiri.
Some Christian at Pergamus were slowly starting to embrace a compromised lifestyle, that soon found idolatry and immorality acceptable. Beberapa pengikut Kristus di Pergamus secara perlahan mulai “memeluk” dan mengadopsi gaya hidup yang berkompromi, dan dengan segera ditemukan adanya sikap yang mulai menganggap dosa adalah hal yang biasa dan tidak lagi mengganggap sebuah dosa, mengenai pemujaan terhadap berhala dan juga mereka mulai menerima sikap yang tidak bermoral.
Untuk hidup tidak berkompromi dengan dosa itu dimungkinkan, karena di dalam Alkitab telah dicatat banyak contohnya pada kita. Hidup kita masih dapat melihat dan merasakan sukacita dari-Nya, tetapi kita tidak harus melepas iman dan kepercayaan kita pada-Nya, karena banyaknya tantangan yang sedang dialami.
Ada sebuah kisah tentang seseorang yang memutuskan untuk menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya. Dan ketika keluarganya yang di desa mendengar kisahnya, mereka langsung mendatangi seseorang ini, menganiaya dan memaksanya untuk kembali pada iman dan keyakinannya yang lama. Tetapi dirinya tetap setia dan tidak mau menyerah pada tantangan yang ada. Melalui mukjizat dan pertolongan dari Tuhan, pada akhirnya orang ini dapat melayani Tuhan di sebuah gereja kecil, di tempat lainnya.
“Tetapi Aku mempunyai beberapa keberatan terhadap engkau: di antaramu ada beberapa orang yang menganut ajaran Bileam, yang memberi nasihat kepada Balak untuk menyesatkan orang Israel, supaya mereka makan persembahan berhala dan berbuat zinah. Demikian juga ada padamu orang-orang yang berpegang kepada ajaran pengikut Nikolaus.” (ayat 14-15).
Di dalam bahasa aslinya, Tuhan memiliki keberatan terhadap jemaat ini karena telah bertoleransi dan berkompromi dengan beberapa orang yang menganut ajaran Bileam dan juga pengikut Nikolaus, yang mengajarkan religion compromise berupa makan makanan penyembahan berhala, dan juga moral compromise yang berupa sexual immorality. Tuhan benar-benar ingin memisahkan gereja-Nya dari segala bentuk pencampuran, yang berupa kompromi terhadap dosa-dosa Pergamus.
Mengapa Tuhan menyatakan keberatan-Nya pada jemaat di Pergamus karena mereka menganut ajaran Bileam, yang memberi nasihat kepada Balak untuk menyesatkan orang Israel, supaya mereka makan persembahan berhala dan berbuat zinah? Firman Tuhan menulis,
“Bukankah perempuan-perempuan ini, atas nasihat Bileam, menjadi sebabnya orang Israel berubah setia terhadap TUHAN dalam hal Peor, sehingga tulah turun ke antara umat TUHAN.” (Bilangan 31:16).
Ketika Balak marah karena Bileam selalu memberkati bangsa Israel alih-alih mengutukinya (Bilangan 22-24), Bileam ini memberi nasihat pada Balak agar perempuan-perempuan Moab diberikan pada Israel untuk menjadi istri mereka. dan di Bilangan 25:1-3 kita mendapati,
“Sementara Israel tinggal di Sitim, mulailah bangsa itu berzinah dengan perempuan-perempuan Moab. Perempuan-perempuan ini mengajak bangsa itu ke korban sembelihan bagi allah mereka, lalu bangsa itu turut makan dari korban itu dan menyembah allah orang-orang itu. Ketika Israel berpasangan dengan Baal-Peor, bangkitlah murka TUHAN terhadap Israel;”
Mengapa Tuhan tidak mengizinkan adanya pernikahan campuran? Karena kita dapat belajar dari raja Salomo yang mencintai banyak perempuan asing, sehingga akhirnya istri-istrinya mencondongkan hati Salomo pada allah mereka dan membuat Salomo jatuh ke dalam penyembahan berhala. Firman-Nya berkata,
“Adapun raja Salomo mencintai banyak perempuan asing. Di samping anak Firaun ia mencintai perempuan-perempuan Moab, Amon, Edom, Sidon dan Het, padahal tentang bangsa-bangsa itu TUHAN telah berfirman kepada orang Israel: "Janganlah kamu bergaul dengan mereka dan merekapun janganlah bergaul dengan kamu, sebab sesungguhnya mereka akan mencondongkan hatimu kepada allah-allah mereka." Hati Salomo telah terpaut kepada mereka dengan cinta. Ia mempunyai tujuh ratus isteri dari kaum bangsawan dan tiga ratus gundik; isteri-isterinya itu menarik hatinya dari pada TUHAN. Sebab pada waktu Salomo sudah tua, isteri-isterinya itu mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain, sehingga ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada TUHAN, Allahnya, seperti Daud, ayahnya.” (1 Raja-raja 11:1-4).
Mengenai makanan persembahan berhala, hal ini juga dapat menjadi keberatan hati nurani bagi sebagian besar orang. Tetapi Rasul Paulus menulis nasihatnya bagi kita semua,
“Kamu boleh makan segala sesuatu yang dijual di pasar daging, tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani. Karena: "bumi serta segala isinya adalah milik Tuhan." Kalau kamu diundang makan oleh seorang yang tidak percaya, dan undangan itu kamu terima, makanlah apa saja yang dihidangkan kepadamu, tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani.
Tetapi kalau seorang berkata kepadamu: "Itu persembahan berhala!" janganlah engkau memakannya, oleh karena dia yang mengatakan hal itu kepadamu dan karena keberatan-keberatan hati nurani. Yang aku maksudkan dengan keberatan-keberatan bukanlah keberatan-keberatan hati nuranimu sendiri, tetapi keberatan-keberatan hati nurani orang lain itu. Mungkin ada orang yang berkata: "Mengapa kebebasanku harus ditentukan oleh keberatan-keberatan hati nurani orang lain? Kalau aku mengucap syukur atas apa yang aku turut memakannya, mengapa orang berkata jahat tentang aku karena makanan, yang atasnya aku mengucap syukur?"
Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah. Janganlah kamu menimbulkan syak dalam hati orang, baik orang Yahudi atau orang Yunani, maupun Jemaat Allah. Sama seperti aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak, supaya mereka beroleh selamat.” (1 Korintus 10:25-33).
Dari buku “The Frog in the Keetle: What Christians Need to Know about Life in the Year 2000”, George Barna penulisnya juga mengingatkan gereja Tuhan agar berhati-hati dengan sikap kompromi yang pada mulanya berjalan lambat dan perlahan, tidak terasa, menganggap dosa adalah hal biasa dan Tuhan adalah Tuhan yang penuh dengan anugerah, pasti mengampuni setiap dosa yang sudah dilakukan. Yaa itu memang benar, Tuhan mau mengampuni setiap dosa. Tetapi kita juga harus belajar bahwa anugerah Tuhan tidak pernah memberikan izin pada kita anak-anakNya untuk dengan sengaja berbuat dan terus-menerus tinggal di dalam perbuatan dosa yang menyakitkan hati-Nya.
Oleh karena itu ketika Ps. Lydia CSES menghadapi seseorang yang hidupnya ada ikatan dosa berupa memakai jimat-jimat tertentu, Ps. Lydia berjalan dengan hikmat dan otoritas dari Tuhan untuk mengajak seseorang ini bertumbuh dengan mencintai kebenaran firman Tuhan / membaca Alkitab terlebih dahulu. Dan ketika hidupnya sudah dibangun kuat di atas dasar firman, baru seseorang ini memutuskan berdasarkan kemauannya dan atas kesadarannya sendiri, untuk melepas ikatan dan perjanjian dengan si jahat, yang berupa benda dan jimat-jimat tertentu yang dimilikinya.
Pdt. Yeremia Rim pernah mengajar,
Untuk mengkaramkan sebuah kapal, tidak memerlukan lubang yang sangat besar. Cukup dengan lubang kecil yang tidak dengan segera ditambal dan diatasi, maka lama-kelamaan air dari laut akan masuk memenuhi kapal tersebut, dan sehingga kapal itu menjadi karam.
Kompromi kecil yang kita lakukan terhadap dosa lama-kelamaan dapat mengkaramkan “kapal iman” kita. Sama seperti jemaat di Pergamus yang pada mulanya menerima rayuan rohani secara halus, sehingga pada akhirnya pengajaran Bileam dan Nikolaus telah menyesatkan kerohanian dan juga menginfeksi kehidupan jemaat. Gereja Tuhan harus terus mengajar dan berani menyuarakan kebenaran, serta tegas untuk tidak berkompromi dengan dosa.
Tanda Berkompromi terhadap Dosa.
Pertama. Menyesuaikan firman Tuhan dengan perubahan yang ada di dalam dunia. Dan kita harus mengajar anak-anak sejak usia dini agar kebenaran firman Tuhan ini yang menjadi dasar yang utama dan menjadi filter / penyaring dalam hidup mereka. Apa pun perubahan yang terjadi di dalam dunia, hidup dan iman mereka tidak akan mudah kandas / tergoyahkan karena mereka memiliki dasar firman yang teguh, dan berani menolak setiap bentuk kompromi yang ada.
Kedua. Mengubah firman Tuhan karena ada tantangan / aniaya. Hati nurani kita yang sudah diterangi Roh Kudus pasti akan menjadi filter untuk mengajar dan memberitahu, apakah yang kita lakukan itu benar atau salah. Dan Ketiga. Ketika kita lebih mengejar pujian dari manusia, dan berfokus hanya pada angka dan hanya digerakkan oleh kekuasaan, uang, dan mengejar prestige / kebanggaan semata.. pada akhirnya kita hidup “menabrak” kebenaran firman. Segala cara bisa jadi dihalalkan, demi mendapat apa yang menjadi kemauan kita sendiri.
Bahaya Kompromi.
Pertama. Kita tidak lagi dapat untuk menyatakan Kristus melalui hidup kita.
“Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami.” (2 Korintus 4:10).
Kompromi adalah seperti berdiri dengan kedua kaki, di dua tempat yang berbeda. Semua jawaban adalah iya, sehingga kita pada akhirnya kehilangan ketajaman dan tidak lagi dapat menyatakan Kristus di dalam dan melalui kehidupan kita. Apakah ada sesuatu yang selama ini telah menghalangi kita untuk dapat memberi kesaksian tentang Kristus? Roh Kudus yang akan menuntun dan menunjukkan pada kita hal-hal tertentu, sehingga kita dapat dengan segera membereskannya, sebelum nantinya hal tersebut dapat semakin membesar dan membuat “kapal iman” kita menjadi karam dan kandas.
Kedua. Hati nurani kita tercemar, sehingga mengkandaskan iman, dan akhirnya setiap keputusan dipengaruhi pencemaran tersebut.
“Tugas ini kuberikan kepadamu, Timotius anakku, sesuai dengan apa yang telah dinubuatkan tentang dirimu, supaya dikuatkan oleh nubuat itu engkau memperjuangkan perjuangan yang baik dengan iman dan hati nurani yang murni. Beberapa orang telah menolak hati nuraninya yang murni itu, dan karena itu kandaslah iman mereka,” (1 Timotius 1:18-19).
Ketiga. Kalau banyak berkompromi, maka kita tidak lagi dapat mengetahui kehendak Tuhan yang terbaik bagi hidup kita.
“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Roma 12:2).
“Sebab itu bertobatlah! Jika tidak demikian, Aku akan segera datang kepadamu dan Aku akan memerangi mereka dengan pedang yang di mulut-Ku ini.” (Wahyu 2:16).
Lalu bagaimana dengan jalan keluarnya? Tidak ada cara lain selain kita harus bertobat dan juga change our mind / mengubah pola pikir kita dengan kembali pada pertobatan yang benar, pengajaran firman Tuhan yang benar, penyembahan yang benar, tujuan hidup yang benar, dan pada pergaulan hidup yang benar, karena pergaulan yang buruk dapat merusak kebiasaan yang baik.
Izinkan kebenaran firman Tuhan / Alkitab itu yang selalu meneliti hidup kita. Karena,
“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.” (2 Timotius 3:16).
Kembali pada penyembahan yang benar juga memiliki arti kita tidak hanya mencari ibadah dengan suasana yang menyenangkan hati kita saja tetapi apakah melaluinya, nama Tuhan sudah ditinggikan dan dipermuliakan? Mau lagu yang dinyanyikan di dalam gereja itu nadanya enak / tidak, kita tetap harus bersemangat dalam memuji dan memuliakan Tuhan.
Waktu Ps. Lydia CSES mengadakan pelayanan di Tiongkok, gedung gerejanya berjarak 5 KM masuk ke dalam hutan. Dan penatuanya menjemput dirinya memakai kendaraan yang terlihat sangat kurang baik keadaannya, dan cukup berisik juga suaranya. Tetapi ketika Ps. Lydia sampai ke dalam gerejanya yang bangunannya pun hanya ala kadarnya, di tempat tersebut hanya ada alat musik gitar yang mengiringi, tetapi jemaatnya begitu bersemangat dalam bernyanyi dan menaikkan pujian bagi Tuhan.
Ketika hidup kita tidak memiliki kompromi terhadap apa pun, maka akan nampak dari sikap kita yang selalu bersemangat dalam mencintai dan melayani Tuhan. Penyembahan yang benar berbicara tentang Tuhan yang dipermuliakan. Kita sebagai gereja-Nya tidak mempermuliakan entertain / sebuah pertunjukan.
“Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, kepadanya akan Kuberikan dari manna yang tersembunyi; dan Aku akan mengaruniakan kepadanya batu putih, yang di atasnya tertulis nama baru, yang tidak diketahui oleh siapapun, selain oleh yang menerimanya." (Wahyu 2:17).
Manna yang diberikan pada orang Israel di padang gurun adalah manna yang nampak (Keluaran 16:14-15). Sedangkan “manna yang tersembunyi” berbicara tentang manna yang diperintahkan Tuhan untuk disimpan di dalam buli-buli dan itu ditempatkan Harun di hadapan tabut hukum Allah (Keluaran 16:34). Dan kata “manna yang tersembunyi” berbicara tentang kesetiaan Allah dalam menopang dan memelihara hidup kita, untuk selama-lamanya.
“Ketika embun itu telah menguap, tampaklah pada permukaan padang gurun sesuatu yang halus, sesuatu yang seperti sisik, halus seperti embun beku di bumi. Ketika orang Israel melihatnya, berkatalah mereka seorang kepada yang lain: "Apakah ini?" Sebab mereka tidak tahu apa itu. Tetapi Musa berkata kepada mereka: "Inilah roti yang diberikan TUHAN kepadamu menjadi makananmu.” (Keluaran 16:14-15).
“Musa berkata: "Beginilah perintah TUHAN: Ambillah segomer penuh untuk disimpan turun-temurun, supaya keturunan mereka melihat roti yang Kuberi kamu makan di padang gurun, ketika Aku membawa kamu keluar dari tanah Mesir." Sebab itu Musa berkata kepada Harun: "Ambillah sebuah buli-buli, taruhlah manna di dalamnya segomer penuh, dan tempatkanlah itu di hadapan TUHAN untuk disimpan turun-temurun." Seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa, demikianlah buli-buli itu ditempatkan Harun di hadapan tabut hukum Allah untuk disimpan.” (Keluaran 16:32-34).
“…Aku akan mengaruniakan kepadanya batu putih, yang di atasnya tertulis nama baru, yang tidak diketahui oleh siapapun, selain oleh yang menerimanya." (Wahyu 2:17).
Alkitab penuh dengan nama-nama baru yang telah diberikan Tuhan. Mulai dari nama Abram menjadi Abraham, Sarai menjadi Sara, Yakub menjadi Israel, Saulus menjadi Paulus, dan masih banyak lagi. Dan pastinya, nama baru yang diberikan Tuhan ini juga memiliki arti dan tujuan hidup yang baru. Dia tidak hanya sekadar iseng dan tidak memiliki tujuan apa-apa ketika melakukan segala sesuatu. Karena itu, datanglah dan terbukalah di hadapan Tuhan. Hanya Dia yang sanggup memberikan makna hidup dan juga tujuan hidup yang baru bagi setiap kita.
Tuhan ingin agar setiap kita umat-Nya dapat hidup tanpa ada kompromi. Bersungguh hati dengan mata yang selalu berfokus hanya tertuju pada Tuhan, dan terpisah dari setiap pencemaran yang berasal dari dunia. Tidak sekadar menjadi pengikut Kristus yang menjalani hidup biasa-biasa saja, tetapi juga menjadi umat yang senantiasa berbenah dan menyiapkan diri. Bersiap sedia saat dipanggil “pulang” oleh Tuhan, karena kita sudah menyelesaikan pertandingan iman di dalam hidup dengan setia, hingga mencapai di garis akhir / finish.
Kalau selama kita hidup masih ada kompromi, maka kita tidak akan mampu untuk menyatakan Kristus melalui hidup kita. Marilah kita datang ke dalam hadirat Tuhan, dan biarlah kita selalu dikuatkan di dalam hadirat-Nya.
Amin. Tuhan Yesus memberkati..
Comments