top of page

Lydia CSES - Crossing the Jordan

Catatan Khotbah: “Crossing the Jordan.” Ditulis ulang dari sharing Ibu Pdt. Lydia CSES di Ibadah Minggu di MDC Graha Pemulihan, pada Tgl. 12 Januari 2025.



Ayat Bacaan: Yosua 3.


Selama ini kita mengetahui bahwa tahun 2025 adalah tahun yang didasarkan pada Kalender Gregorian / sistem penanggalan yang pada saat ini dipakai di dunia, atau yang lebih dikenal dengan Kalender Masehi. Dan tak sedikit dari antara kita yang menganggap bahwa tahun 2025 hanya sekadar berpindah angka, yakni berpindah dari tahun 2024 saja. Tetapi dalam Alkitab, penanggalan tahun memakai kalender secara Yahudi / Ibrani, dan di tahun 2025 ini ditulis sebagai tahun 5785.


ה


Angka “5” di bahasa Ibrani ditulis ( ה ), atau H, atau Hé, dan hal ini memiliki arti adanya kasih karunia dan kebaikan Tuhan yang menyertai. Karena itu percayalah bahwa di tahun 5785 ini ada anugerah Allah yang berlipat ganda (ditulis dua kali yakni, di depan dan di belakang), serta adanya hembusan napas Allah di dalam kehidupan umat-Nya. Kita juga mempercayai bahwa di tahun 2025 ini ada dinamika pekerjaan Roh Kudus yang luar biasa semakin dinyatakan, dalam hidup anak-anakNya.


Adanya penggenapan ayat firman Tuhan,


“Kemudian dari pada itu akan terjadi, bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia, maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat; orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi, teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan. Juga ke atas hamba-hambamu laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu.” (Yoel 2:28-29).


Angka 5 dalam tulisan bahasa Ibrani ( ה ) juga ditulis ada sedikit lubang di atas kiri, yang berbicara tidak hanya pintu yang Tuhan sediakan bagi setiap kita, tetapi juga jendela. Apa maksudnya?


Percayalah kalau satu pintu kesempatan diizinkan Tuhan untuk ditutup, maka jendela kesempatan lainnya masih dapat dibuka oleh Tuhan. Apa yang bagi manusia mungkin terlihat mustahil, kalau Tuhan sudah berkehendak, maka tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Tahun 2025 ini kita akan menggenapi janji-janji Tuhan.


Crossing the Jordan.


Sebelum memasuki tanah Kanaan, bangsa Israel di bawah kepemimpinan Musa telah mendapatkan janji dari Tuhan yang berupa,


“Sebab TUHAN, Allahmu, membawa engkau masuk ke dalam negeri yang baik, suatu negeri dengan sungai, mata air dan danau, yang keluar dari lembah-lembah dan gunung-gunung; suatu negeri dengan gandum dan jelainya, dengan pohon anggur, pohon ara dan pohon delimanya; suatu negeri dengan pohon zaitun dan madunya; suatu negeri, di mana engkau akan makan roti dengan tidak usah berhemat, di mana engkau tidak akan kekurangan apapun; suatu negeri, yang batunya mengandung besi dan dari gunungnya akan kaugali tembaga. Dan engkau akan makan dan akan kenyang, maka engkau akan memuji TUHAN, Allahmu, karena negeri yang baik yang diberikan-Nya kepadamu itu.” (Ulangan 8:7-10).


Tetapi karena sikap bersungut-sungut dan ketidaktaatan dari bangsa tersebut, kita dapat membaca bahwa mereka tidak dapat melihat janji Tuhan digenapi dalam hidup mereka..


“Bahwasanya kamu ini tidak akan masuk ke negeri yang dengan mengangkat sumpah telah Kujanjikan akan Kuberi kamu diami, kecuali Kaleb bin Yefune dan Yosua bin Nun! Tentang anak-anakmu yang telah kamu katakan: Mereka akan menjadi tawanan, merekalah yang akan Kubawa masuk, supaya mereka mengenal negeri yang telah kamu hinakan itu. Tetapi mengenai kamu, bangkai-bangkaimu akan berhantaran di padang gurun ini, dan anak-anakmu akan mengembara sebagai penggembala di padang gurun empat puluh tahun lamanya dan akan menanggung akibat ketidaksetiaan, sampai bangkai-bangkaimu habis di padang gurun.” (Bilangan 14:30-33).


Tetapi kita dapat belajar dari kepemimpinan Yosua,


“Yosua bangun pagi-pagi, lalu ia dan semua orang Israel berangkat dari Sitim, dan sampailah mereka ke sungai Yordan, maka bermalamlah mereka di sana, sebelum menyeberang.” (Yosua 3:1).


Di ayat di atas kita belajar dari Yosua bahwa, dirinya tidak bermalas-malasan dalam meraih apa yang telah dijanjikan Tuhan bagi bangsanya. Yosua bangun di pagi hari tidak untuk bersungut-sungut dan tidak mempercayai janji Tuhan atas bangsanya, tetapi di ayat di atas dikatakan dia mempersiapkan bangsanya untuk menyeberang sungai Yordan, dan masuk ke dalam tanah Kanaan.


Di awal tahun 2024 kemarin, kita mungkin sudah mendapatkan banyak janji Tuhan yang luar biasa. Tetapi di awal tahun 2025 ini, kita justru banyak disuguhkan kejadian bencana alam (baik di darat, laut, maupun di udara) serta berbagai peristiwa kurang baik yang justru malah diizinkan Tuhan untuk terjadi di dalam hidup kita, dan juga di dalam hidup orang-orang yang kita sayangi.


Tantangan Sungai Yordan.


Keadaan sungai Yordan pada saat Yosua hendak menyeberang sedang meluap-luap. Di Yosua 4:18 diceritakan pada kita bahwa,


“Ketika para imam, pengangkat tabut perjanjian TUHAN itu, keluar dari tengah-tengah sungai Yordan, dan baru saja kaki para imam itu dijejakkan di tanah yang kering, maka berbaliklah air sungai Yordan itu ke tempatnya dan mengalir seperti dahulu dengan meluap sepanjang tepinya.”


Sungai Yordan sendiri memiliki panjang sejauh 33 km, dan bila salju yang berada di gunung Hermon setebal 30 cm itu mencair (sekitar bulan Maret – April).. maka lumerannya dapat mengalir menuju sungai Yordan, dan membuat sungainya meluap. Jarak sungai Yordan hanya seluas 3,2 km, tetapi sungainya memiliki kedalaman sekitar 30 m.


Dengan keadaan sungai meluap-luap, dan memiliki kedalaman 30 m.. Yosua dan bangsa Israel menghadapi tantangan di depan mata mereka, yang bisa jadi membuat iman menjadi ragu dan gentar terhadap janji yang sudah diberikan Allah.


Tetapi dari kisah di atas kita dapat belajar bahwa bila tangan Tuhan sendiri yang telah membawa kita untuk dapat melalui tahun 2024, maka tetaplah percaya bahwa Dia adalah Tuhan yang setia, yang akan menuntun setiap kita untuk melalui tahun 2025 dan juga di setiap musim di hidup kita.


Bagaimana kita bisa melalui setiap tahun dan musim di dalam hidup kita bukan hanya sekadar melewati jumlah hari, tetapi ada tangan Tuhan dan tuntunan-Nya yang menyertai setiap kita.


God has a Divine Destiny for each one of us, but no one can fulfill their destiny without Divine assistance. Tuhan telah memiliki Tujuan Ilahi atas setiap kita, tetapi tidak ada seorangpun yang dapat memenuhi tujuan hidupnya tanpa ada Tuntunan Ilahi dari-Nya.


Kita dilahirkan di dalam dunia bukan hanya sekadar menambah jumlah populasi atau hanya dilahirkan secara acak / random, tetapi Tuhan memiliki Tujuan Ilahi di dalam hidup kita. Hanya saja kita tidak mungkin dapat menggenapi tujuan hidup tanpa ada tuntunan dari-Nya.


Tuhan yang setia yang telah membawa kita untuk melewati tahun 2024 adalah Tuhan yang setia untuk membawa kita masuk ke dalam tahun 2025, dan tahun ini adalah tahun yang baik adanya.


Fakta dan berbagai prediksi boleh saja dapat terjadi dan diperkatakan setiap orang, tetapi marilah menghadapi setiap realitas yang ada dengan menundukkan sikap hati dan keputusan kita untuk tetap percaya dan berada di bawah kebenaran firman Tuhan / Alkitab. Kalau kita selalu berfokus hanya pada berita bencana alam dan berbagai berita negatif lainnya maka kita akan menjadi takut, dan iman kita juga tidak akan bertumbuh.


Di dalam dunia ini berlaku apa yang namanya circle of life / lingkaran kehidupan, di mana ketika hidup di dalam dunia ini kita mengalami apa yang namanya siklus kehidupan yang dimulai sejak kita dikandung di dalam perut ibu kita, dilahirkan, bertumbuh melalui berbagai proses kehidupan, bersekolah, kuliah, bekerja, menemukan pasangan, menikah, memiliki anak, memiliki cucu, dan kita berpulang menuju ke dalam kekekalan.


Tetapi yang namanya pertumbuhan rohani tidaklah demikian. Firman Tuhan mengatakan,


“Tetapi jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari.” (Amsal 4:18).

“Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.” (2 Korintus 3:18).


Hidup kita akan diubah serupa seperti Kristus. Karena itu rindukan agar setiap kita memiliki kehidupan kerohanian yang lebih karib dan lebih dalam lagi bersama dengan-Nya. Hidup kita terus dikuatkan dan dimampukan untuk dapat menjadi berkat dan terang Kristus, bagi sesama kita.


The Year of Divine Opportunities.


Do not let the negative experiences pull you back, but keep your eyes be fixed on the opportunities and the promises that God has for you. Jangan biarkan berbagai pengalaman negatif di masa lalu menarik kita semakin ke belakang dan membuat kita semakin menjauh dari Tuhan, tetapi tetapkan pandangan mata kita hanya pada kesempatan dan janji-janji yang Tuhan sudah sediakan bagi setiap kita.


Di dalam ( ה ) kita dapat melihat ada jendela yang terbuka, yang merupakan jendela kesempatan yang Tuhan telah berikan di dalam hidup kita. Karena itu di setiap pengalaman kurang baik yang pernah terjadi di masa lalu, jangan tinggal terlalu lama di dalamnya. Ambillah hikmah dan pembelajarannya, dan kembali mengarahkan pandangan mata kita pada setiap janji Ilahi dan pada setiap kesempatan, yang akan Tuhan buka di hidup kita nantinya.


“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Matius 6:33).

Banyak dari kita yang berfokus hanya di bagian “maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” saja, tetapi Tuhan rindu agar kita juga “carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya.”


Bagian Tuhan itu yang menambahkan, bagian kita adalah menaruh Dia di tempat yang terutama, di setiap aspek di hidup kita.


Bagaimana caranya kita mendapat Divine Assistance / Tuntunan Ilahi dari-Nya?


With Prayer & Fasting we seek the face of God because: Good Things are waiting for you, Divine Health is waiting for you, and Breakthrough is waiting for you. Dengan Berdoa dan Berpuasa, kita mencari wajah Tuhan karena banyak Hal Baik, Kesehatan Ilahi, dan berbagai Terobosan sudah disediakan Tuhan dan sedang menanti kita.


Kalau kita mau menaruh Dia di tempat yang utama, maka selanjutnya Dia akan mengerjakan hal luar biasa sesuai dengan waktu dan kehendak-Nya yang terbaik bagi setiap kita. Percayalah bahwa Tuhan yang telah menyertai dan membawa kita di tahun 2024, adalah Tuhan yang sama yang akan menyertai dan membawa kita melalui tahun 2025 ini.


Ketika adik dari Ibu Pdt. Lydia turut mengambil bagian dalam Doa dan Puasa di awal tahun untuk mencari Tuhan.. pemimpin di tempat kerjanya mendadak memberikan tugas agar dirinya membuat laporan dan segera mengumpulkannya dalam waktu yang singkat. Secara manusia hal ini tidak mungkin untuk diselesaikan, tetapi Tuhan memberinya hikmat dan memampukan untuk dapat menyelesaikan laporan tersebut. Dan pemimpinnya memberi approval / persetujuan.


Di dalam Doa dan Puasa, kita tidak mencari berkat-berkat dan pertolongan dari-Nya saja tetapi lebih kepada kita mencari wajah Tuhan, dan memandang Dia serta firman-Nya di dalam Alkitab.


Fokus di dalam hidup yang harus kita selesaikan mungkin sangatlah banyak,


Berbagai berita yang membuat kita takut dan kuatir, berbagai prediksi yang membuat iman kita menjadi gentar dan goyah, membayar berbagai tagihan yang jatuh tempo tetapi masih belum tersedia dananya, belum lagi mendengar berbagai kebijakan Pemerintah pada hari-hari ini..


Bila tidak berhati-hati, semuanya dapat membuat iman kita goyah. Tetapi ambillah komitmen untuk mengalihkan fokus pandangan kita hanya pada Allah, yang dapat memberikan kita hikmat dan kekuatan untuk dapat melalui semuanya itu.


Bangsa Israel telah mendapat janji yang luar biasa dari Tuhan (Ulangan 8:7-10), tetapi di hadapan sungai Yordan yang meluap-luap, bisa jadi mereka sekarang meragukan apakah Tuhan itu masih sanggup untuk menepati janji-Nya atau tidak?


Di masa transisi, kita perlu untuk mempersiapkan diri mengenai perjalanan yang akan dihadapi di depan kita, termasuk ketika harus melalui berbagai tantangan yang bisa jadi akan menggentarkan iman kita. Sebab kalau selama ini kita tidak pernah bersungguh hati sama Tuhan, maka nantinya dapat berujung pada sikap mudah marah dan mengeluh, atas berbagai hal yang diizinkan-Nya terjadi.


Untuk tahun ini, bersungguh hatilah mencari tuntunan dan pimpinan-Nya.


Pertama. Spiritual Preparation.


Berkatalah Yosua kepada bangsa itu: “Kuduskanlah dirimu, sebab besok TUHAN akan melakukan perbuatan yang ajaib di antara kamu.” (Yosua 3:5).


Joshua told the people, “Consecrate yourselves, for tomorrow the Lord will do amazing things among you.” (New International Version, NIV).


Kata “kuduskanlah dirimu” atau di dalam versi NIV-nya dikatakan consecrate yourselves, tidak memiliki arti sebagai “saya kudus, jangan sentuh saya.” Tetapi artinya lebih kepada,


A call to be set apart and renew their commitment to God. Sebuah panggilan untuk kita mengkhususkan dan memperbarui komitmen pada Allah.


Secara manusia, perintah Yosua untuk apa yang harus dilakukan di hari esok sangatlah tidak masuk di akal pikiran manusia. Alih-alih Yosua seharusnya mencari orang yang ahli dalam membuat jembatan untuk menyeberang sungai Yordan, atau pilihan lainnya.. Yosua malah berkata pada bangsa tersebut untuk menguduskan dirinya dan mempersiapkan kehidupan kerohaniannya dengan sungguh.


Melalui ayat di Yosua 3:5 kita dapat belajar bisa jadi sesama itu dapat menolong diri kita, tetapi hikmat Tuhan dapat melampaui apa yang kita pikirkan selama ini, dan bisa jadi akan menuntun kita untuk masuk ke dalam dunia mukjizat-Nya.


Consecration is a time of reflection. Consecration is a time to humble yourself, time of examination.

Di dalam Consecrate yourselves, kita mendapat kesempatan untuk memperbarui semangat, merendahkan hati kita, memeriksa dan merenungkan kembali apakah kasih dan kerinduan kita untuk membaca firman Tuhan di dalam Alkitab itu masih terus meluap-luap? Bukan hanya sekadar membaca sambil berlalu saja, tetapi benar-benar ada engage / kita merasa terikat dan mau agar firman Tuhan itu terlibat di dalam segala aspek di hidup kita.. walau bisa jadi kita membaca ayat firman Tuhan yang sama, secara berulang-ulang.


Selain itu, apakah kerinduan di dalam hati kita untuk ber-fellowship dengan saudara-saudara seiman baik di dalam kelompok sel / Contact dan beribadah di gereja, masih tetap bersemangat?


Itulah mengapa kita memutuskan untuk mencari wajah Allah dan juga tuntunan-Nya, serta mengevaluasi segala hal yang sudah terjadi di dalam hidup kita selama ini.. tidak hanya di penghujung akhir tahun saja tetapi juga di awal tahun. Mempersiapkan hidup kerohanian kita untuk tetap kuat dalam menghadapi berbagai kondisi dan juga tantangan apa pun.


Karena melalui setiap tantangan yang diizinkan-Nya terjadi di dalam hidup kita, adalah sebuah kesempatan bagi kita untuk dapat melihat Tuhan membuat mukjizat dan menyatakan kehendak-Nya yang terbaik bagi setiap kita.


Tuhan memang rindu untuk membuat mukjizat dan menyatakan kebaikan-Nya di dalam hidup anak-anakNya, tetapi terlebih lagi Dia rindu agar setiap kita dapat mengalami pembaruan di dalam hati.


Karena itu, cek-lah selalu hati kita apakah ada beberapa hal yang masih perlu untuk dibereskan? Apakah ada dosa-dosa yang harus kita tinggalkan?


“TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka.” (Mazmur 25:14).


“There’s a private place reserved for the devoted lovers of Lord, where they sit near Him and receive the revelation-secrets of His promises.” (Psalms 25:14, The Passion Translation / TPT).


Ketika kita tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan di dalam hidup ini, tetaplah memutuskan untuk hidup kita terus mendekat pada Tuhan. Inilah yang harus kita lakukan, karena orang-orang yang karib dengan-Nya dikatakan bahwa Dia menyediakan tempat pribadi dan rahasia, di mana Dia akan memberi pewahyuan dan membagikan berbagai rahasia dari janji-janjiNya.


Di tahun 2025 ini, kehidupan kerohanian kta harus meningkat dan juga semakin karib dengan-Nya di dalam doa dan pembacaan firman-Nya. Manusia rohani kita harus semakin dikuatkan.


Jadilah rendah hati, jangan menjadi seseorang yang merasa paling tahu segala hal. Milikilah kerendahan hati di hadapan Tuhan.


Dedicate this season to the Lord. Persembahkan setiap musim di dalam hidup kita hanya bagi Tuhan, dan untuk kemuliaan nama-Nya.


Marilah kita terlebih dahulu mencari Tuhan dan wajah-Nya dengan bersungguh hati di awal tahun ini, karena kita akan memasuki jalan yang belum pernah dilalui sebelumnya.


Kedua. Follow God’s Presence.


dan memberi perintah kepada bangsa itu, katanya: “Segera sesudah kamu melihat tabut perjanjian TUHAN, Allahmu, yang diangkat para imam, yang memang suku Lewi, maka kamu harus juga berangkat dari tempatmu dan mengikutinya. (Yosua 3:3).


Mungkin kita tertawa dan berpikir sangat tidak masuk di akal ketika membaca apa yang diputuskan Yosua. Pertama, dia menyuruh bangsa Israel untuk menguduskan diri mereka, mempersiapkan secara spiritual. Yang kedua, Yosua menyuruh untuk melihat tabut perjanjian Tuhan, dan kemudian mengikuti ke mana perginya. Tabut perjanjian Tuhan adalah gambaran dari hadirat Tuhan yang menyertai bangsa Israel, pada saat itu.


Ingatkah kita akan kisah ini?


“Tiga bulan lamanya tabut Tuhan itu tinggal di rumah Obed-Edom, orang Gat itu, dan TUHAN memberkati Obed-Edom dan seisi rumahnya.” (2 Samuel 6:11).

Tuhan memberkati orang Obed-Edom itu karena ada tabut-Nya yang tingal di dalam rumahnya. Padahal orang Gat adalah tempat asal Goliat dan merupakan bagian dari bangsa Filistin (1 Samuel 17:4). Obed-Edom yang seharusnya menjadi musuh dari bangsa Israel, tetapi di ayat di atas dikatakan bahwa Tuhan memberkati Obed-Edom dan seisi rumahnya, karena tiga bulan lamanya tabut Tuhan itu tinggal di rumah Obed-Edom, orang Gat itu.


Karena itu jadikan tahun 2025 dan juga seterusnya sebagai tahun di mana kita mengajak anggota keluarga kita untuk membangun apa yang namanya mazbah keluarga. Bangunlah atmosfir, undanglah Tuhan Yesus dan juga hadirat-Nya yang manis di manapun kita berada, dimulai dari kehidupan doa pribadi kita bersama dengan-Nya di dalam doa dan pembacaan firman-Nya, membangunnya di dalam keluarga, pekerjaan, dan di manapun kita berada.


Ketika kita bergaul karib dengan-Nya dan ketika Dia memberi rhema-Nya, peganglah baik-baik firman-Nya. Renungkanlah firman Tuhan tersebut siang dan malam. Mengapa kita perlu merenungkannya?


Kalau sebuah gelas berisi penuh air yang kotor, maka ketika diisi dengan air yang bersih secara terus-menerus, maka lambat laun air yang kotor tersebut akan terbuang keluar, dan yang ada di dalam gelas tersebut kini berisi air yang bersih.


Bila air yang bersih dapat mengeluarkan dan mengganti air yang kotor, demikian pula dengan firman Tuhan yang memiliki kuasa untuk,


“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.” (2 Timotius 3:16-17).


Iman dapat menjadi gentar dan kita menjadi seseorang yang dikuasai kekuatiran ketika kita memberikan tempat lebih pada segala informasi yang bersifat negatif. Tidak salah bila kita memperlengkapi diri kita dengan berbagai info tentang keadaan yang terjadi pada hari-hari ini, tetapi putuskan untuk kita terus bergaul karib dengan Tuhan di dalam doa, renungkanlah firman Tuhan tersebut siang dan malam, dan biarkanlah firman tersebut yang menguasai hati dan memimpin langkah di hidup kita.


Mintalah selalu Roh hikmat dan wahyu agar kita dapat mengenal Dia dengan benar,


“Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus, dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya,” (Efesus 1:18-19).


Biarlah setiap firman Tuhan yang telah kita baca dan renungkan, menuntun hidup kita dalam mengambil keputusan untuk melangkah. Peganglah janji firman Tuhan, dan lakukanlah.


“Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: “Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air.” Kata Yesus: “Datanglah!” Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: “Tuhan, tolonglah aku!” Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: “Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?” Lalu mereka naik ke perahu dan anginpun redalah.” (Matius 14:28-32).


Dari ayat di atas kita telah belajar, Petrus tenggelam ketika dirinya mulai merasa tiupan angin di sekitarnya, dan tidak lagi berfokus melihat pada Yesus yang telah menyuruhnya untuk datang kepada-Nya dan berjalan di atas air.


Kalau mata dan hati kita tidak lagi berfokus melihat pada Yesus, kita tidak lagi mau untuk hidup di dalam hadirat-Nya, dan kita hanya mengandalkan diri sendiri serta melihat apa yang terjadi di sekitar.. maka kita akan tenggelam dalam rasa kuatir atas berbagai hal, dan tidak lagi percaya pada kuasa dan kedaulatan Allah yang masih sanggup untuk memimpin dan memelihara hidup kita.


Padahal firman-Nya berkata,


“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” (Filipi 4:13).

His presence is our priority. Hadirat-Nya adalah prioritas yang terutama di dalam hidup kita.


Tetapi bagaimana kita dapat mengalami hadirat-Nya yang memulihkan dan mengubah hidup kita, bila selama ini kita tidak pernah mau untuk bersungguh hati dalam mencari-Nya?


Sering kali Tuhan hanya dijadikan panic button / tombol yang ditekan hanya ketika kita mengalami panik dan tidak tahu apa lagi yang harus dilakukan. Memang tidaklah salah bila kita mencari Tuhan terlebih dahulu, tetapi jadikan pencarian kita pada Tuhan dan hadirat-Nya itu bukan hanya pada saat diperlukan saja, tetapi menjadi sebuah fellowship / hubungan karib yang terus dibangun di setiap saat.


Salah satunya adalah dengan berkomitmen dalam memgambil waktu untuk berdoa dan berpuasa. Makanan, kita masih bisa mencari dan membelinya di lain kesempatan. Tetapi untuk apa yang namanya momentum, bisa jadi kesempatan tersebut hanya datang sekali dalam seumur hidup dan tidak dapat diulang untuk kedua kalinya.


Dengan komitmen, kita mau serius untuk membangun hubungan karib kita bersama-Nya. Kalau kita mau untuk selalu memprioritaskan dalam mencari hadirat-Nya, maka kita akan masuk dalam musim investasi dalam doa dan puasa.


“Setelah itu bani Moab dan bani Amon datang berperang melawan Yosafat bersama-sama sepasukan orang Meunim. Datanglah orang memberitahukan Yosafat: “Suatu laskar yang besar datang dari seberang Laut Asin, dari Edom, menyerang tuanku. Sekarang mereka di Hazezon-Tamar,” yakni En-Gedi. Yosafat menjadi takut, lalu mengambil keputusan untuk mencari TUHAN. Ia menyerukan kepada seluruh Yehuda supaya berpuasa. Dan Yehuda berkumpul untuk meminta pertolongan dari pada TUHAN. Mereka datang dari semua kota di Yehuda untuk mencari TUHAN.” (2 Tawarikh 20:1-4).


Ketika tiga bangsa besar menyerang Yosafat dan Yehuda, yang dilakukan Yosafat pertama kali adalah mengambil keputusan untuk mencari Tuhan dan juga hadirat-Nya. Alih-alih mengirim pasukan untuk melawan musuhnya, kita mendapati bahwa Yosafat melakukan,


“Setelah ia berunding dengan rakyat, ia mengangkat orang-orang yang akan menyanyi nyanyian untuk TUHAN dan memuji TUHAN dalam pakaian kudus yang semarak pada waktu mereka keluar di muka orang-orang bersenjata, sambil berkata: “Nyanyikanlah nyanyian syukur bagi TUHAN, bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya!” Ketika mereka mulai bersorak-sorai dan menyanyikan nyanyian pujian, dibuat Tuhanlah penghadangan terhadap bani Amon dan Moab, dan orang-orang dari pegunungan Seir, yang hendak menyerang Yehuda, sehingga mereka terpukul kalah.” (2 Tawarikh 20:21-22).


Bagaimana dengan Ester yang mendapat ancaman bahwa bangsanya akan dimusnahkan? Kita dapat membaca yang dilakukannya adalah,


Maka Ester menyuruh menyampaikan jawab ini kepada Mordekhai: “Pergilah, kumpulkanlah semua orang Yahudi yang terdapat di Susan dan berpuasalah untuk aku; janganlah makan dan janganlah minum tiga hari lamanya, baik waktu malam, baik waktu siang. Aku serta dayang-dayangkupun akan berpuasa demikian, dan kemudian aku akan masuk menghadap raja, sungguhpun berlawanan dengan undang-undang; kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati.” (ayat 15-16).


Cara Tuhan itu sering kali tidak masuk di akal. Kalaupun yang terjadi memang adalah kesalahan dari kita, maka segeralah memohon ampun dan meminta anugerah-Nya. Tuhan itu masih bisa membalikkan kisah, dan mengadakan mukjizat serta pemulihan yang terbaik bagi setiap kita.


Tetapi berpuasa tanpa berdoa, namanya diet. Dengan berpuasa, hal itu akan menguatkan doa-doa yang kita naikkan selama ini. Dengan berdoa dan berpuasa, akan menyinkronkan hati kita untuk kembali kepada hati-Nya. Saat kita mau merendahkan hati, maka anugerah-Nya yang akan selalu menyertai hidup kita.


Ketiga. Step Out in Faith.


“Segera sesudah para pengangkat tabut itu sampai ke sungai Yordan, dan para imam pengangkat tabut itu mencelupkan kakinya ke dalam air di tepi sungai itu sungai Yordan itu sebak sampai meluap sepanjang tepinya selama musim menuai maka berhentilah air itu mengalir. Air yang turun dari hulu melonjak menjadi bendungan, jauh sekali, di dekat Adam, kota yang terletak di sebelah Sartan, sedang air yang turun ke Laut Araba itu, yakni Laut Asin, terputus sama sekali. Lalu menyeberanglah bangsa itu, di tentangan Yerikho.” (Yosua 3:15-16).


Kalau kita orang waras, kita tidak akan berani untuk menyeberang sungai yang airnya sedang meluap-luap, dengan kedalaman 30 m. Kita bisa memotong dan memisahkan lembaran kertas dengan memakai gunting kertas. Tetapi yang dapat memotong dan menghentikan aliran sungai Yordan, hanya Tuhan yang bisa melakukannya.


Landasan kita pada saat bertindak adalah firman Allah, bukan hanya sekadar dorongan dari emosi sesaat. Ada tuntunan dari firman-Nya, ada hikmat dari pengajaran firman-Nya yang setia.


Karena itu langkah iman apa yang Tuhan minta untuk kita lakukan, di tahun 2025 ini?


Bisa jadi Tuhan selama ini telah memberikan arahan dan tuntunan bagi kita untuk memulai sesuatu hal yang baru. Kalau hal tersebut memang lahir dari hubungan karib kita bersama dengan Tuhan, ada hikmat yang disertai saran dan masukan yang membangun dari saudara seiman.. maka kita dapat belajar taat untuk melakukannya.


Biarlah di tahun 2025 ini Tuhan terus menolong, sebab hanya Dia yang memegang masa depan kita. Dia itu Tuhan yang setia. Tantangan adalah sebuah kesempatan bagi setiap kita untuk dapat melihat bagaimana mukjizat Tuhan dinyatakan. Bagian kita adalah tetap melangkah dalam iman, dan melihat kemuliaan-Nya dinyatakan.


Prediksi dan perkataan orang dapat bermacam-macam, tetapi mengapa kita tidak mengambil keputusan untuk berkomitmen dalam doa dan puasa? Kalau kita ingin tetap kuat di dalam menghadapi segala situasi dan kondisi yang terjadi di dalam hidup ini, berilah makan tubuh jasmani dan juga tubuh rohani kita dengan berdoa, berpuasa, dan karib dengan firman-Nya.


Bukan masalah tentang doa dan puasa yang membuat Tuhan menuruti apa maunya kita, tetapi kita rindu agar kita pada akhirnya dapat mendengar suara-Nya, mengerti dan mengenal Pribadi-Nya, melakukan kehendak-Nya, dan nama-Nya yang dipermuliakan melalui hidup kita.


Penyertaan Tuhan itu sempurna, dan rancangan-Nya penuh dengan damai sejahtera.


“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” (Yeremia 29:11).


“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Roma 8:28).


Amin. Tuhan Yesus memberkati..

5 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua

Comments


GKPB Masa Depan Cerah Surabaya

©2025 by GKPB Masa Depan Cerah Surabaya

bottom of page