Catatan Khotbah: “Mengalami Tuhan.” Ditulis dari sharing khotbah Ps. Jose Carol di Ibadah Minggu di MDC Putat pada Tgl. 8 Oktober 2023.
Perjalanan kita pada saat mengiring Tuhan memang memiliki pengalaman dan ekspresi yang berbeda-beda. Tetapi satu hal yang pasti, setiap kita akan mengalami perubahan hidup pada saat memiliki perjumpaan pribadi bersama-Nya.
“Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik.” (Mazmur 84:11).
Melalui ayat di atas, Daud mengatakan bahwa tidak ada hal dan tempat lain yang rela untuk dirinya tukar dengan pertemuan bersama Tuhan, di dalam pelataran / hadirat-Nya yang mulia. Memang ada kalanya Daud merasa Tuhan meninggalkan dan membuang dirinya ketika jatuh ke dalam dosa, karena mengambil Batsyeba dan membunuh Uria suaminya (2 Samuel 11:3-24).
“Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku!” (Mazmur 51:13).
Karena dosa, maka timbul rasa malu dan bersalah sehingga membuat kita semakin menjauh dari-Nya. Adam dan Hawa pada mulanya tidak pernah malu karena mereka telanjang, tetapi ketika jatuh ke dalam dosa.. mereka merasa malu, takut, dan bersalah sehingga “..bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman.” (Kejadian 3:8). Tetapi kenyataannya, Imanuel itu tidak pernah meninggalkan kita sendirian.
Tidak ada yang dapat menggantikan hadirat-Nya yang mulia. Pada suatu hari Ps. Jose pernah kesulitan dalam membayar biaya sewa kos, pada saat menempuh pendidikan universitas di Jerman. Dan bila di esok hari masih belum dibayar, maka Ps. Jose harus keluar dari tempat kos tersebut. Ps. Jose mencoba mengalihkan rasa cemasnya dengan menge-pack pakaiannya ke dalam koper, tetapi hal ini malah membuat dirinya tambah kepikiran.
Pada malam itu Ps. Jose mencari Tuhan dan dipenuhi hadirat-Nya, sehingga ada damai di dalam hatinya. Keadaan memang tidak berubah, tetapi hadirat Tuhan membuat sikap hatinya diubahkan. Bagaimanapun juga masalah ini tetap harus dihadapi, tetapi hadirat Tuhan pada malam itu menguatkan dirinya untuk tidak ragu dan tetap mempercayai Tuhan yang masih memiliki rencana yang terbaik, bagi anak-anakNya.
Meminimalisasi Encounter with God.
Banyak orang berusaha untuk meminimalisasi momen encounter with God / perjumpaan pribadi bersama Tuhan hanya dengan sebatas sudah duduk di ruang kebaktian pada hari Minggu, dan setelah itu selesai, dan kita dapat keluar dari gedung ibadah dengan perasaan feeling good. Kita merasa sudah tidak ada “tanggungan / beban” di hari Minggu karena kita sudah ke gereja. Realita sehari-hari dan agama telah membawa kita pada sebuah rutinitas sehingga kita merasa seperti itu.
Kita sudah tidak memiliki apa-apa lagi yang dapat kita harapkan. Kita merasa puas menukar pertemuan pribadi kita dengan Tuhan, hanya dengan “ritual” yang selama ini kita lakukan di dalam gereja. Karena ibadah onsite membutuhkan banyak persiapan, mulai dari berangkat rumah sampai pulang dari gereja.. kita juga merasa bahwa ibadah onsite bisa dengan mudahnya cukup diganti ibadah online. Di dalam suasana yang serba nyaman, kita merasa sudah cukup beribadah. Padahal encounter with God berbicara lebih dari semuanya itu.
Mendefinisi Ulang Hidup dalam segala Kelimpahan.
“Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” (Yohanes 10:10).
Kata “hidup” di ayat di atas memakai kata “zoe” yang memiliki arti hidup kekal, yang di mana manusia telah kehilangan ketika Adam dan Hawa sudah jatuh ke dalam dosa. Dan karena manusia pertama sudah jatuh ke dalam dosa, hubungan dengan Bapa di Surga menjadi mati, zoe / hidup kekal ini juga ikut menghilang dan mati.
Tetapi ayat di atas mengatakan,
“..Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.
Yang datang di ayat di atas dikatakan adalah “Aku” yang berbicara tentang Pribadi Tuhan Yesus sendiri, bukannya harta atau segala sesuatu yang berasal dari dalam dunia ini yang membuat kita merasa hidup dan mempunyai dalam segala kelimpahan. Tetapi herannya, kita sering menganggap bahwa kata “kelimpahan” ini datang karena promosi, mukjizat, dan juga berbagai hal lainnya, yang berasal dari dalam dunia ini.
Dan kata “kelimpahan” sendiri berasal dari kata “perisson,” yang memiliki arti sangat, sangat tinggi, melampaui ukuran, lebih, berlebihan, kuantitas yang begitu melimpah dan jauh melebihi apa yang bisa diharapkan atau diantisipasi oleh seseorang.
Jadi, ketika kita mengalami secara pribadi siapa Pribadi Tuhan Yesus di dalam hidup kita, maka baik kita mengalami mukjizat ataupun tidak.. He is more than enough / Dia, Tuhan Yesus, itu lebih dari cukup bagi setiap kita.
Sekali lagi bukan berarti kita tidak boleh diberkati secara berlimpah, tetapi jadikan Tuhan Yesus itu sebagai Pribadi yang lebih dari cukup bagi kita, menjadi segala-galanya dalam hidup kita, dan jangan pernah meragukan kebaikan dan kesetiaan-Nya di setiap musim kehidupan yang sedang kita lalui. Apa pun yang terjadi, kita akan memilih untuk tetap percaya pada-Nya. Tidak ada yang lain, selain Tuhan Yesus.
Kehidupan yang Dipulihkan.
“Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." Jawab perempuan itu kepada-Nya: "Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami." Kata Yesus kepadanya: "Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau."” (Yohanes 4:22-26).
Jarang sekali Tuhan Yesus memperkenalkan siapa Pribadi-Nya pada seseorang yang Dia ajak bicara. Tetapi melalui ayat di atas kita mendapati Dia memperkenalkan diri-Nya pada perempuan Samaria tersebut, dan kita tidak menemukan tertulis cerita perempuan tersebut hidupnya diubahkan setelah menangis dijamah Tuhan, dan atau mengalami berbagai manifestasi lainnya yang menghebohkan. Semuanya terjadi hanya melalui percakapan biasa di sumur Yakub di daerah Samaria, di siang hari. Tetapi perjumpaan secara pribadi bersama Tuhan Yesus selalu mengubah hidup seseorang, dan perempuan tersebut hidupnya juga diubahkan.
“Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal." Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini."” (ayat 13-16).
Ketika perempuan tersebut mengalami perjumpaan pribadi bersama-Nya, maka hal pertama kali yang diubahkan adalah pribadi di dalamnya, memulihkan hubungannya dengan Sang Penciptanya. Di dalam Perjanjian Lama (PL) yang hancur akibat dosa adalah hubungan dengan Bapa di Surga, akibat manusia pertama memutuskan untuk tidak menaatinya dengan memakan buah pengetahuan yang baik dan yang jahat. Dan setelah itu kita juga menjumpai di dalam Kejadian 3:11-12, dosa juga mengakibatkan hubungan dengan sesama jadi terdampak, Adam dan Hawa saling menyalahkan.
Itulah sebabnya ketika ahli Taurat dan orang-orang Saduki bertanya pada Tuhan Yesus, hukum manakah yang paling utama (Markus 12:28), Dia menjawab mereka,
"Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." (ayat 29-30).
Dosa membuat hubungan kita dengan Bapa di Surga dan sesama rusak. Itulah sebabnya Tuhan Yesus ingin memulihkan hubungan dengan Bapa di Surga terlebih dahulu, baru setelah itu hubungan dengan sesama dapat dipulihkan.
“Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan..” (Yohanes 10:10).
Iblis ingin berbuat hal ini di dalam hidup kita, “membangun tembok” terhadap Tuhan dan sesama, dan “mengisolasi” hidup kita sehingga kita tidak bisa bertumbuh dan pada akhirnya kita akan hancur dihabisi olehnya. Itulah sebabnya firman Tuhan juga berkata untuk membereskan masalah kita pada sesama terlebih dahulu, baru setelah itu kita dapat memuji dan menyembah-Nya tanpa ada perasaan tertuduh..
“Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.” (Matius 5:23-24).
Ketika hubungan perempuan tersebut dengan Bapa di Surga dipulihkan, maka tidak berhenti hanya sampai di sana saja. Dari yang awalnya perempuan tersebut merasa malu dan tidak mau bertemu seorang pun.. dengan menimba air saat siang hari (Yohanes 4:6-7), hubungannya dengan sesama dipulihkan. Alkitab mencatat kisahnya pada kita,
“Maka perempuan itu meninggalkan tempayannya di situ lalu pergi ke kota dan berkata kepada orang-orang yang di situ: "Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?" Maka merekapun pergi ke luar kota lalu datang kepada Yesus.”(Yohanes 4:28-30).
Mengalami Tuhan.
Ps. Jose memiliki pengalaman terhadap warga Jepang yang ramah, yang mau sampai menemani dirinya untuk mencari sebuah alamat. Tetapi di balik keramahan tersebut, ada tembok-tembok sosial yang dibangun tebal, di negara tersebut. Misal, baru kenalan tidak boleh bertanya langsung siapa namanya, apa status dan pekerjaannya, tinggal di mana, bekerja di mana, dan berbagai pertanyaan pribadi lainnya. Memberitakan Injil di Jepang pun dapat terancam hukuman penjara, dan bahkan bisa dideportasi bila asalnya bukan dari warga negara Jepang.
Sehingga walaupun terlihat ramah dan sopan, warga Jepang ini memiliki masalah serius yakni merasa sendiri dan kesepian. Tidak mudah bercerita bebas dengan sesama warganya. Itulah sebabnya Jepang adalah salah satu negara yang tingkat bunuh dirinya cukup tinggi. Tidak ada yang mau untuk saling mengerti dan peduli.
Lain halnya dengan negara Indonesia. Kita perlu mengucap syukur pada Tuhan sekalipun berbeda agama dan banyak budaya, tetapi kita dapat saling bercerita antara satu dengan lainnya. Bahkan untuk yang baru berkenalan pun, bisa jadi kita dapat bercerita banyak hal dengan bebas dan juga akrab.
Kunci untuk sembuh dari depresi adalah membuka diri terhadap apa yang ada di dalam hati dan pikiran. Tuhan mau datang dan hadir di dalam hidup kita, tetapi kita harus membuka hati dan hidup kita bagi pekerjaan Tuhan dan juga orang lain, agar hidup kita dapat disembuhkan. Dan hubungan kita dengan Tuhan salah satunya diibaratkan seperti hubungan yang terjalin erat antara suami dan istri. Kalaupun mereka terpisah karena ada urusan, suami dan istri mungkin masih bisa memanfaatkan teknologi yang ada dengan facetime atau video call. Tetapi hal ini tidak bisa digantikan permanen.
Demikian hal yang sama, kita juga tidak bisa untuk berlama-lama terpisah dari Sang Pencipta. Ketika kita bertemu dengan Pribadi-Nya, ada transformasi kehidupan. Ada pemulihan hubungan dengan Bapa di Surga dan juga dengan sesama. Apa pun tantangan kehidupan yang sedang kita alami, tidak ada hal lain yang kita butuhkan selain Pribadi-Nya. Dia jauh lebih dari cukup untuk hidup kita.
Would you trade the Presence of God, with anything?
Amin. Tuhan Yesus memberkati..
Comments