top of page

Jeffry S. Tjandra - Faith Vs. Fear

Catatan Khotbah: “Faith Vs. Fear”. Ditulis dari sharing khotbah Bp. Jeffry S. Tjandra, di Ibadah Minggu pada Tgl. 23 April 2023.


Ayat Bacaan: Markus 4:35-41, Matius 14:22-33.


Dua Kisah Ketakutan.


Ada Dua Kisah yang pernah dicatat di dalam Alkitab, di mana para murid mengalami ketakutan. Kisah Pertama terjadi ketika Yesus mengajak para murid untuk ke seberang, dan mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air (4:37). Tetapi dituliskan Yesus justru tertidur di buritan di sebuah tilam, sehingga murid-muridNya membangunkan dan berkata,


"Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?" (ayat 38).


Lalu Yesus pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?" (ayat 39-40).


Kisah Kedua diceritakan perahu murid-muridNya sudah beberapa mil jauhnya dari pantai dan diombang-ambingkan gelombang, karena angin sakal (14:24). Kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air. Ketika murid-muridNya melihat Dia berjalan di atas air, mereka terkejut dan berseru: "Itu hantu!", lalu berteriak-teriak karena takut. Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka,


"Tenanglah! Aku ini, jangan takut!"

Menarik lebih lanjut diceritakan bahwa Petrus berseru dan menjawab Dia:


"Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air." (ayat 28).

Dan Yesus menjawab: "Datanglah!"


Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: "Tuhan, tolonglah aku!" Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?" Lalu mereka naik ke perahu dan anginpun redalah (ayat 29-32).


Jangan Mau Teralihkan.


Ketika pandangan Petrus tetap tertuju pada Yesus, maka dirinya dimampukan untuk dapat berjalan di atas air dan melakukan perkara besar yang manusia tidak dapat lakukan. Tetapi ketika pandangannya teralihkan pada tiupan angin di sekitarnya, dirinya mulai merasa takut dan tenggelam. Bagaimana dengan kita?


Kalau hari-hari ini kita hanya melihat sebatas pada apa yang terjadi pada sekitar, maka kita pasti “tenggelam” olehnya. Tetapi marilah mengubah cara pandang kita jangan hanya tertuju pada besarnya persoalan dan masalah, karena hal itu dapat semakin membesar dan menutupi betapa besarnya Pribadi Tuhan dalam hidup kita. Tetapkan pandangan kita pada-Nya, dan jangan mau teralihkan. Kita masih memiliki Allah yang jauh lebih besar dari segala permasalahan yang sedang kita hadapi.


Kalau hari-hari ini Tuhan mengizinkan “badai kehidupan” terjadi begitu gelap dan ganas, sampai kita tidak lagi dapat melihat tangan-Nya yang sedang terulur di depan kita.. jangan pernah lupakan bahwa tangan-Nya yang berlubang paku itu berada di atas pundak kita dan Dia berkata,


“..Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:20b).

“Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Roma 8:38-39).


Dia tidak hanya sekadar berkata mengasihi kita, tetapi juga menyerahkan nyawa-Nya untuk mati menebus dosa kita. Firman-Nya berkata,


“Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?” (Roma 8:31-32).


Tuntunan hingga di Garis Akhir.


Ketika Tuhan memulai karya-Nya atas kita, maka tidaklah mungkin bila semuanya sekadar hanya untuk membuat kita terjatuh dan tenggelam dalam gelap dan derasnya arus kehidupan ini. Saat janji dan tangan-Nya menuntun, sekalipun di separuh perjalanan terjadi badai, percayalah bahwa kasih dan kuasa-Nya tetap sanggup untuk menuntun kita hingga di garis akhir. Dia pasti akan membawa kita sampai di akhir jalan dan memampukan kita untuk menyelesaikan pertandingan kita dengan sempurna.


Pikiran kita yang terbatas tidak akan mampu memahaminya, dan Tuhan pun tidak menuntut kita untuk mengerti dengan detail jalan-jalanNya. Yang Dia mau dalam hidup kita adalah, apa pun yang terjadi, tetaplah taat dan setia.


Dia bukan hanya Bapa yang sungguh baik, tapi terlalu baik. Sering kali Dia mengirim kita hadiah, tetapi selalu membungkusnya dengan masalah. Itulah sebabnya bila kita diizinkan untuk diperhadapkan dengan berbagai masalah, tetaplah memiliki respon hati yang benar dan tetap mempercayai-Nya.


Dampak Masalah.


Masalah tidak akan pernah meninggalkan hidup kita dalam keadaan yang sama seperti pada saat dirinya mendatangi kita. Dan masalah ini memiliki dua dampak yang berbeda,


Pertama. Masalah dapat membuat hidup kita menjadi jauh lebih baik, setelah kita menyelesaikannya. Kita akan mendapat banyak pelajaran berharga, dan menjadi kuat dan dewasa secara rohani. Kedua. Hidup kita bisa menjadi lebih buruk dan terpuruk.


Dan bila dampak kedua yang terjadi, berarti ada yang salah dari sikap kita pada saat meresponi masalah tersebut. Firman Tuhan berkata,


“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Roma 8:28).


Apa pun yang diizinkan-Nya terjadi dalam hidup kita, tetaplah mempercayai bahwa ujungnya adalah untuk mendatangkan kebaikan dalam hidup kita, sesuai dengan rencana-Nya.


Ketika kaki kita sudah tidak sanggup lagi untuk berdiri dan melangkah dalam kehidupan ini, berlututlah untuk berdoa. Ketika tangan kita sudah tidak sanggup lagi untuk menggenggam berbagai pergumulan dan permohonan doa, maka lipatlah tangan untuk berdoa. Dan ketika kepala kita sudah tidak kuat lagi untuk ditegakkan, menunduklah dan teruslah berdoa. Kita tidak akan pernah kalah, saat kita “berperang” dengan lutut kita di dalam doa.


Kisah Corrie ten Boom.


Saat masih muda belia, Corrie pernah mendengar kesaksian dari Sadhu Sundar Singh yang di usia empat belas tahun sangat membenci Tuhan Yesus dan membakar Alkitab lembar demi lembar, dikarenakan Ibunya meninggal dunia. Selain itu Sundar juga melempari para misionaris dengan batu, dan mencoba melemparkan dirinya pada rel kereta api untuk bunuh diri.. sampai ada sinar putih yang melingkupi dirinya, dia mendengar suara dan melihat tangan-Nya yang berlubang paku dan berkata,


“Sampai berapa lama lagi engkau menolak Dia yang telah menebus dosa-dosamu?”

Corrie begitu iri akan pengalaman rohani Sundar dan membayangkan seandainya saja dirinya bisa mengalami hal yang sama, tentu hidupnya tidak akan membosankan. Dan Sundar mengatakan padanya bahwa pengalaman hidupnya bersama Tuhan jauh lebih dahsyat. Sadhu meminta dan harus melihat bukti keberadaan Tuhan dulu baru mau percaya. Sedangkan Corrie sudah mempercayai Yesus, sebelum melihat.


“Kata Yesus kepadanya: "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya."” (Yohanes 20:29).

Mungkin kita merasa Tuhan terus berdiam diri dan tidak berbuat apa-apa. Tetapi di belakang kita Dia tidak pernah berhenti berkarya. Jangan pernah membatasi Dia untuk berkarya dengan cara-Nya, dengan pikiran kita yang sempit. Jangan pernah melepas kepercayaan kita.


Mengeluh. Menggerutu.


Memang, sekalipun mukjizat itu nyata dan masih tetap terjadi namun hidup tidak selamanya berjalan dengan mudah. Tetapi justru hidup berjalan lebih berat kalau kita menjalaninya dengan penuh keluhan. Tuhan tidak suka bila kita mengeluh dan menggerutu, karena tidak akan ada ucapan syukur yang keluar dari mulut kita, dan hal tersebut merupakan tanda bahwa kita tidak lagi mempercayai Dia masih sanggup untuk mengubah segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan dalam hidup kita.


Ketika kita suka mengeluh dan menggerutu, hal itu adalah pertanda bahwa kita sudah kalah dengan keadaan yang ada.


Dosa bukan hanya membunuh, mencuri, berzinah, dan berbagai hal yang ada di kesepuluh firman (Keluaran 20:1-17), tetapi berapa banyak yang kita sadari bahwa mengeluh dan menggerutu adalah dosa yang serius di hadapan-Nya?


“Berapa lama lagi umat yang jahat ini akan bersungut-sungut kepada-Ku? Segala sesuatu yang disungut-sungutkan orang Israel kepada-Ku telah Kudengar. Katakanlah kepada mereka: Demi Aku yang hidup, demikianlah firman TUHAN, bahwasanya seperti yang kamu katakan di hadapan-Ku, demikianlah akan Kulakukan kepadamu.” (Bilangan 14:27-28).


Tuhan memanggil umat yang suka mengeluh, menggerutu, dan bersungut-sungut sebagai umat yang jahat. Ketika Dia mengeluarkan bangsa Israel dari perbudakan Mesir, hal ini adalah atas kehendak-Nya, bahkan Dia sampai mendatangkan sepuluh tulah untuk menghukum Firaun dan bangsanya (Keluaran 7-12). Bangsa Israel dijanjikan tanah perjanjian, tetapi hanya Yosua dan Kaleb yang masuk ke dalamnya.


Mengapa tidak semuanya bisa masuk dan menikmati tanah perjanjian sebagai janji-Nya? Karena keluhan dan menggerutu. Bangsa Israel selama ini selalu membandingkan hidup mereka saat di Mesir (Bilangan 11:1-4). Bahkan mereka meragukan kepemimpinan Musa (12:1-2).


Jarak antara Mesir dan tanah perjanjian seharusnya tidak memakan waktu bertahun-tahun lamanya. Tetapi karena keluhan dan menggerutu, “..bangkitlah murka TUHAN kepada orang Israel, sehingga Ia membuat mereka mengembara di padang gurun empat puluh tahun lamanya, sampai habis mati segenap angkatan yang telah berbuat jahat di mata TUHAN.” (Bilangan 32:13).


Mengeluarkan bangsa Israel dari Mesir hanya membutuhkan kurun waktu beberapa hari, tetapi ironisnya membutuhkan waktu selama empat puluh tahun untuk “mengeluarkan Mesir” dari pikiran dan hidup bangsa Israel.


Lambat dan Cepatnya Proses.


Berhentilah mengeluh. Yang mempercepat dan memperlambat berbagai proses yang diizinkan-Nya terjadi dalam hidup kita itu sesungguhnya bukan Tuhan, tetapi diri kita sendiri. Marilah mengubah doa keluhan yang selama ini mungkin kita telah sering naikkan menjadi,


“Tuhan, aku tidak mengerti dan memahami mengapa semuanya ini diizinkan untuk terjadi. Tetapi aku mau tetap setuju sama cara dan jalan-Nya Tuhan. Dia tidak mungkin merencanakan hal yang jahat di dalam hidupku.”


Kalau kita semakin mengeluh, maka prosesnya semakin panjang. Mungkin kita tidak selalu memahami cara dan jalan-Nya Tuhan, tetapi marilah kembali pada iman dasar bahwa segala sesuatu pasti mendatangkan kebaikan bagi setiap kita yang percaya kepada-Nya.


Ketika hidup kita diizinkan menghadapi beratnya masalah, kita mungkin sudah menyerah dan tidak kuat untuk menahannya lagi. Sepertinya kita ini tahu sampai sejauh mana batas kekuatan kita. Tetapi yang sesungguhnya paling tahu itu adalah Tuhan. Firman-Nya berkata,


“Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.” (1 Korintus 10:13).


Jangan berkata “tidak kuat”, sebab kalau Dia masih mengizinkan, berarti Dia masih percaya bahwa kita masih kuat menanggungnya dan Dia yang akan menambahkan kekuatan-Nya di dalam hidup kita. Firman-Nya berkata,


“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” (Filipi 4:13).

Di mata Tuhan, kita jauh lebih kuat. Dia tidak meminta banyak, tetapi sampai kapan pun, apa pun dan bagaimana pun situasi dan kondisinya.. jangan pernah melepas kepercayaan kita pada-Nya. Jangan menyerah pada keadaan, tetapi menyerahlah pada kehendak-Nya.


“Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya. Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu. "Sebab sedikit, bahkan sangat sedikit waktu lagi, dan Ia yang akan datang, sudah akan ada, tanpa menangguhkan kedatangan-Nya. Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya." Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup.” (Ibrani 10:35-39).


Amin. Tuhan Yesus memberkati..

77 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua

Comentarios


bottom of page