Catatan Khotbah: House on the Rock.
Ditulis dari sharing Bp. Pdt. Yose Ferlianto, di Ibadah Minggu Tgl. 21 Agustus 2022.
“Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya." (Matius 7:24-27).
Ayat di atas adalah pesan penutup dari rangkaian khotbah Tuhan Yesus di atas bukit. Dan bila hal ini adalah pesan penutup dari “Khotbah di Bukit,” maka kita perlu serius untuk memperhatikannya. Rangkaian khotbah yang Dia sampaikan dikenal sebagai Prinsip Kerajaan, di mana Dia mengajar anak-anakNya tentang bagaimana caranya untuk hidup dan berbuat sesuatu di dalam dunia yang fana ini.
Hidup ini ibarat tanah lapang yang luas, dan bila tidak dikerjakan dengan benar maka tidak akan menghasilkan apa-apa. Kita tidak akan menjadi siapa-siapa, sehingga kita juga jangan menyalahkan siapa-siapa. Kita perlu untuk mengerjakan sesuatu di dalam hidup ini. Manusia pertama yakni Adam dan Hawa, ditempatkan Tuhan dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. Setiap kita dipanggil tidak hanya untuk mensyukuri anugerah penebusan-Nya di atas kayu salib saja, tetapi juga dipanggil untuk bekerja dan menghasilkan buah.
“TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.” (Kejadian 2:15).
“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.” (Yohanes 15:16).
Bagian Pertama. Strengthening.
Adalah masa di mana kita dapat menguatkan diri dan mulai menata kembali dasar-dasar kehidupan yang mulai goyah di dalam hidup kita. Mengapa kita perlu menguatkannya kembali? Karena bisa jadi di ke depannya kita akan menghadapi berbagai masa yang jauh lebih sukar. Seorang yang tidak serius dengan kehidupan pribadinya, maka dirinya juga tidak pernah serius dengan kehidupannya.
“Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.” (Matius 7:24).
“Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari.” (Mazmur 119:97).
Kita telah mendengar firman Tuhan, merenungkan, dan juga melakukannya. Tetapi segala pengetahuan kita akan kebenaran firman-Nya menjadi sia-sia ketika kita tidak mau belajar untuk taat dalam melakukan firman-Nya. Seorang pelaku firman di ayat di atas disamakan dengan seorang bijaksana yang membangun rumahnya di atas batu. Dan ketika dibangun dan berdiri, rumah tersebut berdiri kokoh dan tidak hancur.
Bila kita menolak untuk mendengar dan melakukan firman, maka kita disamakan seperti orang bodoh yang mendirikan rumahnya di atas dasar pasir. Mendengar saja tidak cukup, kita perlu untuk belajar melakukan kebenaran firman-Nya. Pastikan bahwa di setiap pertemuan kelompok kecil kita tidak lagi disibukkan dengan memperdebatkan ayat firman Tuhan, tetapi kita sibuk membagikan ketaatan kita dalam melakukan firman-Nya. Kalau kita mau taat dan belajar melakukan firman, maka kita sedang membangun kehidupan kerohanian yang kokoh.
Roh Kudus yang akan selalu memberi kita kekuatan dan menuntun untuk taat dalam melakukan kebenaran firman Tuhan, sehingga hati dan hidup kita dapat dipenuhi damai sejahtera dan sukacita dari-Nya. Seseorang yang tidak melakukan firman, maka dirinya memiliki potensi untuk mengalami kejatuhan. Tetaplah taat melakukan kebenaran firman-Nya, sekalipun tidak ada seorangpun yang melihat dan memberi upah / reward atas ketaatan kita. Ketaatan tidak selalu harus dipamerkan, tetapi kita dapat melakukannya dengan tersembunyi.
Character is what you are in the dark. —DL Moody
Lakukan sesuatu yang baik dan benar, tanpa orang lain harus mengetahui. Tetaplah setia dalam melakukan firman Tuhan, bahkan ketika tak ada seorangpun yang melihat diri kita.
“Maka kamu akan melihat kembali perbedaan antara orang benar dan orang fasik, antara orang yang beribadah kepada Allah dan orang yang tidak beribadah kepada-Nya.” (Maleakhi 3:18).
Di zaman akhir Tuhan akan mengadakan perbedaan antara mereka yang bersungguh hati beribadah dan melekat, dengan orang-orang yang hatinya tidak sepenuhnya tertuju pada-Nya. Hari-hari ini kita membutuhkan banyak hikmat atas berbagai hal yang kita hadapi.
"Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." (1 Samuel 16:7).
Sama seperti gunung es di bawah lautan. Puncaknya 10% adalah yang dilihat publik, tetapi di bawah lautan ada 90% yang tidak dilihat orang (privat). Tuhan tertarik pada apa yang berada di dalam hidup kita, yakni 90%. Hal itu bisa saja berbicara tentang bagaimana kehidupan doa dan kebiasaan kita dalam membaca firman Tuhan yang dibangun selama ini, rasa hormat kita pada orang lain, dan juga banyak hal. Apa yang tidak dilihat orang, itulah yang dilihat Tuhan. Manusia hanya melihat sebatas apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat sampai jauh kedalaman hati.
Ketika kita sendirian, siapakah diri kita yang sesungguhnya? Apakah hati dan hidup kita tetap tertuju dan berfokus hanya kepada Tuhan, atau kita hanya hidup untuk memuaskan hawa nafsu dan keinginan kita saja? Ketika tidak ada seorangpun yang melihat, hal apakah yang akan kita perbuat? Perasaan apakah yang muncul? Ketika kita sedang berada di jalan raya dan lampu lalu lintas sedang menunjukkan warna kuning, apakah yang kita perbuat?
Bagian Kedua. Testing.
“Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.” (Matius 7:25).
Masalah pasti datang. Di ayat di atas juga menunjukkan pada kita bahwa peristiwa alam bisa saja terjadi dan melanda rumah tersebut. Masa pandemi merupakan peringatan bagi setiap kita agar memperhatikan dengan baik dan benar bagaimana kehidupan pribadi kita yang sesungguhnya. Pandemi juga menguji kesetiaan kita dalam beribadah. Peristiwa alam berupa hujan yang datangnya dari atas, angin badai dari samping / sekitar, dan banjir dari bawah bumi.. menandakan bahwa masalah bisa datang terjadi dari berbagai macam sisi, dan memiliki dampak baik hal itu dari segi keuangan, relasi, keluarga, dan banyak hal.
Ujian dan tantangan hidup pasti melanda kehidupan semua orang. Segala segi dalam hidup kita akan digoncang Tuhan supaya dapat tinggal tetap apa yang tak dapat digoncangkan. Tuhan mau agar kita selalu memperkuat manusia batiniah, sehingga segala unsur duniawi tidak melekat dan tidak akan menggoncang iman percaya yang kita miliki kepada-Nya.
“Ungkapan "Satu kali lagi" menunjuk kepada perubahan pada apa yang dapat digoncangkan, karena ia dijadikan supaya tinggal tetap apa yang tidak tergoncangkan.” (Ibrani 12:27).
Bagian Ketiga. Tested.
Tidak rubuh dan tidak mengalami kerusakan yang hebat. Bagaimana caranya? Yakni dengan hidup yang memiliki kerendahan hati dan juga mau taat untuk menjadi pelaku firman Tuhan.
Apakah kita mau belajar untuk taat dalam melakukan kebenaran firman Tuhan, walaupun kita masih berada di dalam kondisi yang sulit dan tak mudah? Teruslah mempercayai bahwa Tuhan itu setia dan adil, Dia masih sanggup untuk memulihkan setiap keadaan kita yang sulit, yang bisa jadi diakibatkan sikap kita yang kurang bijaksana dalam mengambil keputusan di masa lampau.
“Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” (1 Yohanes 1:9).
Amin. Tuhan Yesus memberkati..
Comments