top of page

Gunawan Iskandar - Letters to the Seven Church. Part 2. Smirna: Jangan Takut Menderita.

Catatan Khotbah: “Letters to the Seven Church. Part 2. Jemaat di Smirna: Jangan Takut Menderita.” Ditulis dari sharing khotbah Bp. Pdt. Gunawan Iskandar di Ibadah Minggu Tgl. 25 Juni 2023..


Kitab Wahyu ditulis sebagai peringatan bagi setiap kita agar dapat belajar bagaimana contoh dan cara hidup di akhir zaman ini. Agar kita juga dapat mengucap syukur pada-Nya karena Dia sudah menyatakan terlebih dahulu bagi kita, akan apa yang sedang dan yang nantinya dunia ini akan alami. Sebagai anak-anak Tuhan, kita harus tampil sebagai seorang pemenang, bukan tampil hanya ala kadarnya sehingga kita menjadi “bulan-bulanan” dunia. Sebagai seseorang yang percaya pada-Nya, kita harus memiliki solusi dan meminta kasih dan hikmat-Nya agar kita terus dimampukan-Nya untuk dapat menjadi berkat dan terang Kristus, bagi sesama kita yang membutuhkan-Nya.


“Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat.” (Wahyu 1:3).

Di ayat di atas dikatakan bahwa kita berbahagia karena kita membaca firman Tuhan dan mendengar kata-kata nubuat yang tertulis di dalam kitab Wahyu ini, sehingga kita mengetahui fakta apa saja yang akan terjadi nantinya dan kita mau menaati apa yang tertulis di dalamnya, sebab waktu-Nya sudah dekat.


Dan seharusnya melalui masa pandemi yang telah berlalu, setiap kita seharusnya menjadi seseorang yang lebih bersungguh hati lagi untuk mau berdoa dan membaca firman Tuhan / Alkitab. Tetapi yang kita jumpai hari-hari ini, banyak orang masih bermain-main dengan hidup Kekristenannya. Mereka kurang bersemangat dan tidak bersungguh hati dalam berdoa dan membaca firman, dan juga banyak yang merasa take it for granted / hal-hal yang dianggap memang sudah sewajarnya terjadi sehingga kita tidak lagi mengucap syukur pada Tuhan, dan tidak lagi melihat bahwa di balik segala sesuatu yang diizinkan-Nya terjadi, masih ada Pribadi Allah yang terus berkarya dalam hidup manusia.


Biarlah setiap kita dapat belajar untuk menjadi lebih peka lagi terhadap apa yang mau Tuhan sampaikan melalui firman-Nya, karena waktu-Nya sudah dekat.


Surat kepada Jemaat di Smirna.


"Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Smirna: Inilah firman dari Yang Awal dan Yang Akhir, yang telah mati dan hidup kembali: Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu namun engkau kaya dan fitnah mereka, yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian: sebaliknya mereka adalah jemaah Iblis. Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, ia tidak akan menderita apa-apa oleh kematian yang kedua." (Wahyu 2:8-11).


Kota Smirna di zaman sekarang adalah Izmir, dan letaknya berada di negara Turki. Di zamannya, kota ini begitu strategis karena dekat dengan pelabuhan, dan jalan daratnya dekat dengan Efesus. Smirna merupakan kota yang sangat maju dan modern, dan bersaing ketat dengan Efesus. Rakyatnya tinggal di dalam zona yang sangat nyaman, karena kotanya makmur, dan tingkat perekonomiannya growth so well.


Kota Smirna dalam bahasa aslinya memiliki arti kata Mur, yang diambil dari bahasa Aram yakni bitter / pahit. Sekalipun perekonomian dari kota tersebut pertumbuhannya sangat bagus, tetapi ada hal-hal tertentu yang membuat rakyat Smirna tidak nyaman. Dan melalui surat pada jemaat di Smirna ini, kita dapat belajar beberapa pelajaran penting.


Pertama. Kristus Berkuasa atas semua yang terjadi.


“Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Smirna: Inilah firman dari Yang Awal dan Yang Akhir, yang telah mati dan hidup kembali..” (Wahyu 2:8).

Dia adalah Allah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir, Allah yang memulai, dan juga Allah yang masih sanggup dan berkuasa untuk menyelesaikan hingga di garis akhir. Dia tetap berkuasa atas semua yang terjadi dalam kehidupan umat manusia, dan masih memegang kendali dari awal hingga akhir kesudahannya. Karena itulah kita diberikan Good Books, yakni firman Tuhan yang tertulis di dalam Alkitab, di mana dapat menjadi tuntunan bagi hidup kita dan di dalam Alkitab ini sudah menyatakan apa saja yang akan terjadi, dan kisah akhir / ending dari segala sesuatu nantinya sudah jelas:


Tuhan Yesus dan jemaat-Nya menang.


Dan tidak hanya sampai di sana saja, Dia juga menyediakan rewards / upah bagi setiap anak-anakNya yang tetap setia hingga di garis akhir. Dia yang mengizinkan terjadi kemenangan dan juga kesusahan, Dia juga yang memberi solusi tetapi juga diizinkan adanya pergumulan.. dan melalui semuanya itu kita dapat belajar untuk hidup tidak hanya menerima berkat-berkatNya saja tetapi juga berani untuk menghadapi setiap realita hidup yang diizinkan-Nya terjadi, karena kita masih hidup di dalam dunia. Teruslah berpegang erat pada-Nya. Dia tahu apa yang terjadi di awal dan di akhir hidup kita. Dia masih memegang kendali penuh hidup kita. Amin.


“dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku. Tetapi tidak sehelaipun dari rambut kepalamu akan hilang.” (Lukas 21:17-18).

Kata “dibenci” lebih memiliki arti ditolak / tidak diterima di setiap komunitas. Mengapa? Karena kita hidup benar dan berpegang teguh pada apa yang tertulis di dalam firman Tuhan. Menjadi seorang Kristen dan membaca Alkitab dianggap kuno dan ketinggalan zaman, bahkan sepertinya dengan kita hidup benar, kita tidak akan bisa join the club / masuk dalam komunitas tertentu. Tetapi Tuhan itu masih memegang kendali penuh, di setiap musim di hidup kita. Dan di ayat di atas dikatakan bahwa tidak sehelaipun dari rambut kepala kita akan hilang (ayat 18).


Kedua. Tuhan Tahu segala yang kita alami.


“Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu namun engkau kaya dan fitnah mereka, yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian: sebaliknya mereka adalah jemaah Iblis.” (Wahyu 2:9).


Dia tahu akan apa yang menjadi beban pergumulan di dalam hidup kita selama ini. Dia tahu sampai seberapa jauh kita sudah berjuang, tetapi Dia tetap mengizinkan kita untuk bergumul dengan tujuan agar hidup kita dapat diproses dan dipersiapkan untuk menjadi Gereja yang Menang.


Smirna adalah jemaat yang unik karena jemaat ini tidak ditegur Tuhan, setelah jemaat Filadelfia. Dan melalui apa yang dikatakan Tuhan bagi jemaat ini, Dia juga ingin berbicara pada setiap kita bahwa Dia itu mengetahui setiap kesusahan yang dialami umat-Nya. Percayalah bahwa hidup kita tidak akan pernah ditinggalkan sendirian, karena kita berada di dalam pandangan dan pemeliharaan Tuhan yang sempurna.


Pemula Vs. Profesional.


Ketika Ps. Gunawan berlibur ke Indonesia, dirinya menyempatkan mengajari kedua anaknya bagaimana caranya untuk berenang, dengan menyewa seorang guru les renang. Dan tampak terlihat bahwa guru lesnya ini begitu baik dan perhatian, nada bicaranya pun sangat lembut dan penuh kesabaran pada kedua anaknya yang masih pemula dalam olahraga berenang ini. Tetapi ketika guru les ini beralih ke kolam renang yang berisi atlet profesional renang, sikap dan nada berbicaranya jadi berubah jauh.


Dari nada yang lembut dan sabar, berubah menjadi tegas dan penuh kedisiplinan. Dari sikap mau bersabar pada seorang pemula, berubah menjadi keras dan penuh disiplin pada atlet profesional renang. Bila ada atlet yang protes mengenai bagaimana cara pelatih ini melatih, maka pelatih yang sama ini akan menambah “hukumannya” menjadi lebih banyak lagi dalam setiap proses latihannya. Dan seakan kedisiplinan tersebut belum terasa cukup, ditambah lagi dengan perkataan yang bernada tegas, kasar, dan bahkan menyakitkan hati.


Ps. Gunawan sempat melihat bagaimana respon dari setiap Ibu yang mengantar anak-anaknya untuk les berenang tersebut. Alih-alih mengira Ibu mereka bakal marah besar, Ps. Gunawan melihat Ibu mereka justru malah menyemangati anak-anaknya untuk mau berdisiplin dan mengikuti setiap arahan yang sedang diberikan oleh pelatih tersebut, walau tidak semua nadanya menyukakan hati.


Dan sama seperti para Ibu yang mengantar anaknya untuk les berenang, demikian juga Allah yang sama yang mengantar setiap kita untuk “les” dan juga menghadapi setiap proses di dalam hidup ini. Semua pasti ada tahapnya, dari pemula hingga profesional, dan tentunya ada perbedaan sikap dari “Pelatih les” kita.


Tuhan Yesus mati di atas kayu salib dan sudah bangkit pada hari yang ketiga tidak hanya sekadar untuk menebus dosa manusia dan mengalahkan kuasa maut, dan setelah itu lalu selesai dan kita dapat hidup fun / bersenang-senang saja. Tidak. Dia memiliki tujuan agar kita dapat masuk dan dilatih di dalam “les kehidupan” bersama dengan Sang Pelatih, agar kita nantinya dapat tampil sebagai seorang pemenang kehidupan, di hadapan-Nya.


Tuhan sama seperti para Ibu yang melihat anaknya dilatih dengan penuh kedisiplinan, dan juga keras tentunya. Tuhan tahu dengan detail setiap kesusahan yang dialami selama ini, setiap tangisan, dan setiap jeritan ingin menyerah. Tetapi semua tetap diizinkan-Nya terjadi, agar melaluinya kita dapat mengalami kemenangan, dan juga hidup kita akan mendapat sukacita.


Di balik setiap tekanan proses dalam kehidupan, Tuhan ingin agar kita bertahan sedikit lagi, terus berharap dan memandang hanya kepada-Nya, serta menyelesaikan setiap latihan dalam proses kehidupan kita ini dengan well done. Sama seperti mimpi setiap orangtua yang rindu untuk dapat melihat anak-anaknya menjadi seorang pemenang di dalam setiap perlombaan.. demikian juga dengan Dia yang rindu agar kita mau bertahan dalam setiap proses, agar nantinya kita dapat menjadi seorang pemenang di dalam setiap perlombaan iman, di kehidupan ini.


Dan ada kalanya Tuhan terlihat sepertinya begitu tega dan mengizinkan setiap kesulitan terus terjadi, sepertinya Dia sudah tidak mau peduli lagi terhadap diri kita. Tetapi semua Dia izinkan terjadi untuk melatih otot rohani kita agar dapat menjadi kuat, dan juga kita dapat tampil sebagai seorang pemenang. Bersama dengan-Nya kita akan selalu dimampukan untuk dapat mengalami kemenangan iman demi kemenangan iman lainnya, sehingga ketika kita berjumpa dengan orang-orang yang memiliki beban pergumulannya, kita dapat berkata,


Tuhan yang pernah menolong dan memulihkan hidupku, adalah Tuhan yang sama dan yang masih sanggup, untuk menolong dan juga memulihkan hidupmu.


“Dengarkanlah, hai saudara-saudara yang kukasihi! Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia?” (Yakobus 2:5).


Semuanya karena Dia yang memilih kita terlebih dahulu, bukan karena kuat dan hebatnya kita. Dia tidak pernah meninggalkan kita sendirian. Dia selalu menjaga hidup kita. Sekalipun mungkin Dia terlihat begitu tega untuk membiarkan kita berlarut-larut dalam setiap proses, Dia masih memiliki tujuan di dalam hidup kita. Firman Tuhan dengan jelas mengatakan siapa diri kita di hadapan-Nya,


“Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.” (1 Petrus 2:9-10).


Ketiga. Jangan Takut terhadap penderitaan.


“Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.” (Wahyu 2:10).


“Dan seorang dari antara tua-tua itu berkata kepadaku: "Siapakah mereka yang memakai jubah putih itu dan dari manakah mereka datang?" Maka kataku kepadanya: "Tuanku, tuan mengetahuinya." Lalu ia berkata kepadaku: "Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar; dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba. Karena itu mereka berdiri di hadapan takhta Allah dan melayani Dia siang malam di Bait Suci-Nya. Dan Ia yang duduk di atas takhta itu akan membentangkan kemah-Nya di atas mereka.” (Wahyu 7:13-15).


Siapakah yang dimaksud dengan “mereka yang memakai jubah putih itu” (7:13). Di ayat 14 dijelaskan pada kita bahwa,


“Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar; dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba.”

Apa artinya? Mereka adalah orang-orang yang diizinkan mengalami berbagai macam kesusahan, bahkan sampai dikatakan “kesusahan yang besar.” Tetapi mereka tetap bertekun dan setia, dan mereka berhasil keluar, dan tampil sebagai seorang pemenang di dalam hidup ini. Dan Tuhan memberi mereka rewards, Dia membentangkan kemah-Nya di atas mereka dan..


“Mereka tidak akan menderita lapar dan dahaga lagi, dan matahari atau panas terik tidak akan menimpa mereka lagi. Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu, akan menggembalakan mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka." (ayat 16-17).


Polikarpus, Uskup dari Smirna.


“..Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.” (2:10b).


Waktu Tuhan berbicara pada jemaat di Smirna, hal ini sama dengan Dia memerintahkan pada setiap kita agar sama seperti ayat di atas, untuk tetap setia sampai mati, dan Dia yang akan mengaruniakan pada kita mahkota kehidupan. Dan sama seperti perintah-Nya di ayat di atas, di Smirna ada seorang Uskup yang bernama Polikarpus, yang menurut Wikipedia merupakan murid langsung dari Rasul Yohanes.


Diceritakan pada zaman itu, orang-orang dipaksa untuk menyembah kaisar dan juga para dewa Romawi, dan kaisar Roma harus disebut sebagai tuhan dan kepadanya dipersembahkan berbagai bakaran kemenyan. Orang-orang Kristen juga dipaksa untuk menghujat Kristus, tetapi Polikarpus menolaknya dan berkata,


"Selama delapan puluh enam tahun aku telah mengabdi kepada Kristus dan Dia tidak pernah menyakitiku. Bagaimana mungkin aku dapat mencaci (dan mengutuk) Raja [Kristus] yang telah menyelamatkanku?"


Dan menurut Wikipedia, Gubernur Romawi pada saat itu menitahkan agar Polikarpus dibakar hidup-hidup. Dirinya diikat pada sebuah tiang dan dibakar. Namun menurut seorang saksi mata, badannya tidak termakan api.


"Dia berada di tengah, tidak seperti daging yang terbakar, tetapi seperti roti di tempat pemanggangan, atau seperti emas atau perak dimurnikan di atas tungku perapian. Kami mencium aroma yang harum, seperti wangi kemenyan atau rempah mahal."


Ketika seorang algojo menikamnya, darah yang mengalir memadamkan api itu.


Apa yang dialami Polikarpus dapat menjadi contoh dan teladan bagi setiap kita untuk tetap setia pada Tuhan, apa pun yang sedang kita alami, hingga di garis akhir. Memang untuk hidup benar, kita membutuhkan perjuangan dan hal ini memang tidaklah mudah. Ketika kita mengalami kesulitan dan menanggung berbagai beban pergumulan, bisa jadi tidak ada seorang pun yang membantu kita sehingga kita harus berjuang dengan sekuat tenaga untuk menghadapinya sendirian. Tetapi teruslah setia hingga di garis akhir. Rewards itu sudah tersedia bagi setiap kita, di dalam kekekalan Sorga kelak.


Keempat. Gereja yang Menang: Memerintah bersama Kristus.


“Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, ia tidak akan menderita apa-apa oleh kematian yang kedua." (Wahyu 2:11).


Pada suatu hari nanti, kita akan meninggalkan tubuh yang fana ini dan menerima rewards yakni hidup kekal bersama-Nya, dan tidak akan menderita apa-apa oleh kematian kedua. Karena itu apa pun yang sedang kita alami hari-hari ini tetaplah setia, berdoa dan berharap hanya pada-Nya.. karena Dialah Sumber Kekuatan dan juga kita mendapat jalan keluar terbaik.


Sama seperti Smirna yang berasal dari kata Mur, dan bahasa Aramnya memiliki arti bitter / pahit. Dan mungkin bisa jadi hidup kita selama ini diizinkan untuk mengalami berbagai perjuangan, dan tak sedikit di antaranya yang menimbulkan rasa pahit / bitter. Tetapi Tuhan itu tetap tahu dan mendengar setiap beban pergumulan kita. Ketika kita tetap tekun dan setia mengiring-Nya, maka hal itu seperti persembahan yang baunya menyenangkan hati-Nya Tuhan. Setiap tetesan air mata kita itu seperti tetesan minyak murni yang baunya menyukakan hati-Nya.


Allah yang kita sembah adalah Allah Imanuel, Allah yang menyertai setiap kita. Apa pun musim kehidupan yang sedang kita lalui, Dia tidak akan pernah meninggalkan kita sendirian. Dia selalu beserta, dan Dia mengetahui kesusahan yang sedang kita alami. Dia mengizinkan kita melalui setiap proses dan pergumulan agar kita nantinya memiliki kebanggaan untuk dapat berkata,


Allah yang kita sembah adalah Allah yang memberikan kemenangan, pada umat-Nya.

Amin. Tuhan Yesus memberkati..

51 tampilan0 komentar

Comments


bottom of page