Catatan Khotbah: “Hidup oleh Iman”. Ditulis dari sharing Bp. Pdt. Gunawan Iskandar di Ibadah Minggu pada Tgl. 28 Mei 2023.
“Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.” (Ibrani 11:6).
Untuk berkenan pada Tuhan, kita memerlukan iman, dan hal ini merupakan satu hal yang sangat penting agar kita dapat menyukakan hati-Nya. Barang siapa berpaling pada-Nya, maka dia harus percaya bahwa Dia itu ada. Hal ini sama seperti kisah ketika bangsa Israel berkata-kata melawan Allah dan Musa, dan Dia menyuruh ular-ular tedung memagut mereka, sehingga banyak dari antara orang Israel yang mati (Bilangan 21:4-9). Lebih lanjut dikatakan,
“Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup." Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup.” (ayat 8-9).
Bangsa Israel yang dipagut ular dapat tetap hidup semata-mata bukanlah karena memandang ular tembaga itu saja, tetapi mereka harus mempercayai bahwa hal itu adalah hal yang diperintahkan Tuhan, dan juga merupakan satu-satunya cara agar mereka dapat mengalami kesembuhan dan tetap hidup.
Tanpa iman tidak mungkin seseorang berkenan pada-Nya. Kita harus percaya bahwa Dia ada. Sebab bila tidak, kita tidak akan mendapat pertolongan dari-Nya. Sama seperti sikap bangsa Israel yang memandang dan percaya bahwa ular tembaga tersebut sanggup untuk menghindarkan hidup mereka dari maut, demikian pula kita juga harus memiliki iman dan percaya, bahwa Dia sungguh ada dan masih sanggup untuk menolong setiap kita, memberi upah kepada orang-orang yang bersungguh hati mencari Dia.
Ayat Bacaan: 1 Samuel 17:4-11, 32-36, 42-45.
Hal apakah yang membuat Daud hidup oleh iman, dan juga memiliki iman yang luar biasa?
Pertama. Mau untuk selalu mengingat kebaikan dan penyertaan Tuhan di dalam hidup.
Ketika Daud bertemu raja Saul yang meremehkannya dengan berkata,
"Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit." (ayat 33).
Daud menjawab,
"Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya. Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup." (ayat 34-36).
Apa maksudnya? Daud mengingat pekerjaan sehari-harinya yakni, menggembalakan kambing domba milik ayahnya. Dan Daud juga mengingat bagaimana Tuhan sudah menolong dan menyertai hidupnya dalam keseharian selama ini. Ketika kita belajar bergantung sepenuhnya pada-Nya, kita juga belajar mempercayai bahwa masih ada mukjizat dan pertolongan-Nya, di setiap hari yang sudah kita lalui. Kita tidak bisa melewati hari-hari yang ada dengan hikmat dan kemampuan sendiri, kita membutuhkan penyertaan-Nya. Oleh karena itu, rindukan agar hidup kita dapat mengalami Pribadi Tuhan dan juga mukjizat setiap hari dari-Nya. Hal ini sangatlah penting adanya.
Selama ini kita hanya memikirkan masalah, dari bangun tidur di pagi hari sampai kita tidur kembali di malam hari. Padahal Tuhan Yesus selalu menyertai dan tidak pernah meninggalkan hidup kita. Di dalam Lukas 8:22-25, kita juga mendapati bahwa murid-muridNya ketakutan karena ketika mereka sedang berlayar, sekonyong-konyong turunlah taufan ke danau, sehingga perahu itu kemasukan air dan mereka berada dalam bahaya. Sedangkan Yesus tertidur. Murid-murid berjuang pada saat itu dengan kekuatan dan pengalaman sendiri. Mereka membangunkan-Nya dan berkata,
"Guru, Guru, kita binasa!" (ayat 24).
Murid-murid melupakan bahwa di perjalanan sebelumnya, Tuhan Yesus telah banyak mempertunjukkan mukjizat dan kuasa-Nya. Mereka sekarang hanya berfokus pada angin taufan dan air yang mengamuk, padahal Yesus berada bersama mereka di dalam perahu tersebut. Sering kali hidup kita juga terlalu berfokus pada masalah, tetapi tidak lagi pada kebaikan dan kemurahan Tuhan yang terjadi selama ini di setiap harinya, hanya saja kita sering mengabaikannya. Ketika kita mau mengingat kebaikan dan perbuatan Tuhan yang besar, maka dengan sendirinya kita sedang mengaktifkan iman kita untuk terus berharap dan mengingat bahwa Tuhan yang kita sembah masih sanggup dan berkuasa, untuk menyelesaikan masalah kita.
“Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya.” (Amsal 18:21).
Mulailah mengingat dan memperkatakan kebaikan Tuhan yang selama ini terjadi di dalam hidup kita. Kalau yang kita ingat hanyalah masalah, maka kita akan kehilangan kepercayaan untuk menyadari bahwa apa pun musim kehidupan yang sedang kita lalui, Dia tetap baik bagi kita. Setiap hari, pertolongan-Nya masih tersedia bagi anak-anakNya.
“Kemudian Samuel mengambil sebuah batu dan mendirikannya antara Mizpa dan Yesana; ia menamainya Eben-Haezer, katanya: "Sampai di sini TUHAN menolong kita." Demikianlah orang Filistin itu ditundukkan dan tidak lagi memasuki daerah Israel. Tangan TUHAN melawan orang Filistin seumur hidup Samuel,” (1 Samuel 7:12-13).
Samuel mendirikan batu peringatan, Eben-Haezer, sebagai pengingat bagi dirinya dan juga bangsa Israel tentang kebaikan dan pertolongan Tuhan yang telah mereka alami selama ini. Setiap bulan di gereja kita juga melakukan sakramen perjamuan kudus, di mana kita mengambil dan memakan roti perjamuan dan meminum anggur sebagai pengingat kasih karunia-Nya yang sangat besar, yang telah menebus dosa dan menyelamatkan hidup kita. Dia tidak pernah meninggalkan hidup kita sendirian.
Karena itu sebelum tidur di malam hari, sempatkan beberapa menit untuk mengucap syukur pada Tuhan, mengingat semua kebaikan-Nya, buat semua hal yang sudah diizinkan maupun yang tidak diizinkan-Nya terjadi, semuanya bertujuan untuk kebaikan kita.
Kedua. Menceritakan segala perbuatan tangan Tuhan yang besar dalam hidup kita.
“Pula kata Daud: "TUHAN yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu."” (1 Samuel 17:37a).
Waktu Daud bercerita ke Saul, dirinya diremehkan dan direndahkan. Tidak dinilai dan tidak dianggap sama sekali. Tetapi Daud menceritakan setiap pertolongan dari Tuhan yang telah dialaminya dengan hati yang benar-benar percaya pada-Nya dan juga hati yang bersemangat.
Selama ini hidup kita mungkin diremehkan dan dinilai tidak ada harapan lagi oleh sekitar. Tetapi jangan biarkan penilaian sepihak dari sesama meng-underestimate apa yang Tuhan masih sanggup perbuat dalam hidup kita, dan juga membungkam kesaksian yang kita miliki. Firman Tuhan mengatakan ada tiga hal yang dapat mengalahkan kuasa dari Iblis,
“Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut.” (Wahyu 12:11).
Perkataan kesaksian kita dapat diurapi dan dipakai Tuhan untuk menghancurkan benteng dan siasat yang dibangun Iblis. Pekerjaan Iblis adalah suka menakuti dan mengintimidasi hidup kita. Sama seperti Goliat yang,
“.. maju mendekat pada pagi hari dan pada petang hari. Demikianlah ia tampil ke depan empat puluh hari lamanya.” (1 Samuel 17:16).
Demikian pula,
“Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama.” (1 Petrus 5:8-9).
Disiplin rohani yang kita lakukan di setiap harinya, yang bisa jadi orang lain tidak melihatnya selama ini, dapat melatih otot rohani kita menjadi kuat. Disiplin rohani juga mempengaruhi bagaimana performance iman dan kekuatan kita. Karena itu berdisiplin rohani-lah dalam membangun kehidupan doa dan membaca firman Tuhan. Berdisiplinlah dalam bersaksi tentang kasih dan kebaikan Tuhan di dalam hidup, karena hal itu dapat meruntuhkan strategi Iblis dan “benteng” yang selama ini dibangun manusia.
Jangan-jangan “raksasa besar” yang sedang kita hadapi selama ini bukanlah permasalahan yang sesungguhnya, bisa jadi semua berasal dari pola pikir kita sendiri. Kita merasa tidak bisa, merasa bodoh.. tetapi dengan bersaksi, kita berkata pada diri sendiri dan pada suara yang menipu dan mengintimidasi kita di setiap harinya,
“Yaa memang benar kita tidak akan pernah untuk bisa melakukan semuanya dengan hikmat dan kekuatan kita sendiri, tetapi firman Tuhan mengatakan bahwa segala perkara dapat kita tanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepada kita (Filipi 4:13).”
“Ceritakanlah tentang itu kepada anak-anakmu, dan biarlah anak-anakmu menceritakannya kepada anak-anak mereka, dan anak-anak mereka kepada angkatan yang kemudian.” (Yorl 1:3).
Hal paling sederhana yang dapat kita perbuat adalah membagikan kesaksian tentang kasih dan kebaikan Tuhan, pada anak-anak kita. Tuhan yang papa mamanya sembah adalah Tuhan yang masih hidup, dan yang masih sanggup untuk menolong setiap kita. Sehingga pada waktu anak-anak memiliki masalah, mereka juga berseru pada Tuhan yang sama, yang masih sanggup untuk menolong mereka. Jangan sampai lidah kita berat untuk bercerita tentang kasih dan kebaikan Tuhan. Kesaksian kita dapat mengaktifkan iman kita dan iman anak-anak kita, untuk dapat menggenapi setiap janji-Nya.
“Tidak mungkin seseorang mempunyai iman yang sehat tanpa bersaksi.” -Watchman Nee, Good Confession.
Ketiga. Melakukan tindakan iman.
Hal yang paling mudah dan sederhana di dalam pelayananan adalah berkhotbah, tetapi yang paling sulit dan berat adalah membuka hati kita untuk menceritakan kisah hidup kita, dan menjadi sumber inspirasi bagi sesama kita.
Rindukan agar setiap kita dapat memiliki perjalanan rohani bersama dengan Tuhan, tidak hanya sekadar teori saja. Percuma bagi Daud ketika dirinya bercerita banyak hal tentang singa dan beruang, bila dia tidak mengambil tindakan iman, dan pergi menghadapi Goliat bersama dengan Allah.
Mungkin iya, “Goliat” kita besar. Tetapi Tuhan yang kita sembah selama ini adalah Tuhan yang jauh lebih besar, yang masih sanggup dan berkuasa untuk menyelamatkan hidup kita. Dia adalah Allah yang hidup dan Mahakuasa.
Peperangan Satu lawan Satu.
"..Mengapa kamu keluar untuk mengatur barisan perangmu? Bukankah aku seorang Filistin dan kamu adalah hamba Saul? Pilihlah bagimu seorang, dan biarlah ia turun mendapatkan daku. Jika ia dapat berperang melawan aku dan mengalahkan aku, maka kami akan menjadi hambamu; tetapi jika aku dapat mengungguli dia dan mengalahkannya, maka kamu akan menjadi hamba kami dan takluk kepada kami." (1 Samuel 17:8-9).
Pertempuran sesungguhnya adalah waktu kita sendirian bersama dengan-Nya. Kalau saat kita bersama-sama jemaat lainnya, puji-pujian yang kita naikkan suasananya memberkati hidup kita, mungkin hal itu tampak mudah. Tetapi ada kalanya kita harus memenangkan pertempuran pribadi, yang selama ini hanya Tuhan dan kita sendiri yang mengetahuinya.
Pandemi Covid juga mengajarkan kita, kematian terjadi bukan hanya karena virus saja, tetapi juga mental stage / apa yang berada di dalam kita itu down / terpuruk. Selama dua minggu lebih kita diisolasi sendirian, dan bila tidak berhati-hati dapat membuat iman kita runtuh. Kita tidak lagi mempercayai bahwa Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang masih sanggup untuk memberi kesembuhan dan pemulihan.
Teruslah membangun dan menikmati persekutuan kita yang karib bersama dengan Tuhan di dalam doa dan membaca firman-Nya. Nikmatilah dan menangkan setiap “Goliat dan pertempuran rohani” kita bersama-Nya, karena dapat mengajarkan kita banyak hal. Jangan pernah melupakan kasih dan kebaikan Tuhan, saksikan pada sesama yang membutuhkan, dan lakukan tindakan iman.
Kita harus selalu mencoba, dan jangan pernah menyerah. Tuhan yang kita percayai dan sembah selama ini masih sanggup untuk membuat mukjizat, dan bekerja di dalam dan melalui kita.
“Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan." Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.” (Roma 8:35-37).
Amin. Tuhan Yesus memberkati.
Comments