Catatan Khotbah: “Kasih Karunia Tuhan.” Ditulis dari sharing khotbah Bp. Pdt. Elsypurnama Adisuputra Radjatadoe di Ibadah MDC Putat Surabaya, pada Tgl. 17 Desember 2023.
Kasih Karunia dari Tuhan itu selalu tersedia dan pasti akan memampukan setiap kita, di berbagai musim kehidupan yang sedang dilalui. Dan hal ini tidak dibatasi oleh apa yang kita rasakan dan alami saja, karena kasih karunia dari Tuhan itu memang murni pemberian-Nya bagi setiap kita.
Maria dan Kasih Karunia Allah.
Ayat Bacaan: Lukas 1:26-38.
Ayat di atas adalah perjumpaan Ilahi yang pertama setelah empat ratus tahun setelah pembuangan di Babilonia, di mana bangsa Israel sudah tidak lagi merasakan dan mendengar suara Tuhan yang disampaikan melalui nabi-nabiNya. Tuhan hanya berdiam diri selama kurun waktu tersebut, sampai Gabriel datang menyampaikan pesan Tuhan pada Maria, di kota Nazaret.
Dan menariknya, di ayat 30 ditulis akan apa yang menjadi jawaban dari Gabriel pada saat Maria terkejut mendengar perkataannya,
“Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh Kasih Karunia di hadapan Allah.” (ayat 30).
Kata “Kasih Karunia” sangatlah sering kita mendengarnya. Tetapi kalau mau jujur, seberapa banyak dari antara kita yang mengetahui dengan benar tentang apa makna dari kata tersebut, dan kita benar-benar membutuhkannya di dalam hidup ini? Atau jangan-jangan, kata tersebut selama ini sudah menjadi slogan biasa, hanya kata-kata yang sering kita perkatakan tetapi tidak lagi ada maknanya di dalam hidup kita.
Kasih Karunia sangatlah penting, dan kata ini memiliki arti bahwa kita menerima anugerah dari Tuhan yang di mana kita seharusnya tidak pantas untuk menerimanya. Kasih Karunia-lah yang sesungguhnya memampukan setiap kita untuk menerima anugerah dari Tuhan yang besar.
Dan seharusnya hal ini melahirkan pertanyaan di dalam benak kita,
Bagaimana mungkin hal ini dapat terjadi? Bagaimana mungkin kita yang penuh dengan dosa dan kesalahan malah menerima anugerah yang besar dari-Nya? Bagaimana mungkin Tuhan yang Mahakudus dan Mahakasih itu mau melimpahkan Kasih Karunia-Nya di dalam hidup kita yang penuh dengan dosa ini?
Kalau kita tidak pernah memikirkan beberapa pertanyaan di atas, maka bisa jadi kita sudah tidak pernah lagi memikirkan Kasih Karunia Tuhan yang selama ini telah memelihara hidup kita.
“Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (ayat 38b).
Kasih Karunia-lah yang menggerakkan segala sesuatu di dalam hidup kita, dan hal ini bukanlah sekadar slogan yang kita perkatakan, melainkan benar-benar kita mengharapkannya untuk terjadi di dalam hidup kita.
Sebelum kita mau mengakui kebutuhan kita akan Kasih Karunia, maka kita tidak akan pernah tertarik untuk mendapatkannya. Dan mengapa kita tidak pernah tertarik dengan Kasih Karunia tersebut?
Dosa yang Lebih Memikat.
Ayat Bacaan: Matius 18:21-35.
Diceritakan di ayat di atas ada seseorang yang berhutang sangat banyak, dan pada akhirnya diampuni oleh sang raja karena dirinya sudah tidak sanggup lagi untuk membayar semua hutangnya. Tetapi orang yang sama bertemu dengan temannya yang berhutang sedikit, tetapi dirinya justru tidak mau mengampuni temannya tersebut.
Melalui kisah di atas, kita dapat belajar tentang sifat dosa yang di mana membuat diri kita cenderung suka untuk melihat orang lain lebih jahat dari kita, dan diri kita ini jauh lebih baik dari orang lain.
Padahal firman Tuhan berkata,
“Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,” (Roma 3:23).
Dosa membuat kita tidak lagi tertarik dengan Kasih Karunia yang sudah Tuhan berikan di dalam hidup kita. Mengapa dosa selalu memikat kita, jauh lebih memikat dari Kasih Karunia? Padahal firman Tuhan dengan jelas mengatakan,
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yohanes 3:16).
Bukan karena begitu besarnya dosa kita, tetapi justru karena besarnya kasih Allah. Tetapi kita sudah tidak lagi memikirkan tentang Kasih Karunia-Nya. Kita lebih terpikat pada dosa, dan mengapa kita sampai terpesona dan terpedaya olehnya?
Pertama. Karena dosa selalu membawa kita lebih jauh dari apa yang sesungguhnya kita inginkan. Kedua. Dosa membuat kita membayar harga yang jauh lebih mahal, dari apa yang ingin kita bayar. Ketiga. Dosa akan menahan kita tinggal lebih lama dari keinginan kita untuk tinggal.
Oleh karena itu, kita harus bertemu dan mengalami anugerah dan Kasih Karunia-Nya.
Sering kali kita mengatakan bahwa kita ini mengasihi orang berdosa, tetapi membenci dosanya. Tetapi seharusnya kita mengasihi orang yang berdosa, dan membenci dosa yang ada di dalam diri kita. Kalau kita merasa diri paling benar dan suci, maka berita ini tidak akan dapat membuat hati kita tenang. Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata di dalam firman-Nya,
“Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu.“ (Matius 7:3-4).
“Jika orang paling berdosa yang Anda kenal bukanlah Anda, maka Anda tidak mengenal diri Anda dengan baik.” (Jean Larroux).
“Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: “Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,” dan di antara mereka akulah yang paling berdosa.” (1 Timotius 1:15).
Sejujurnya kita adalah seseorang yang paling berdosa. Pada titik inilah kita membutuhkan Kasih Karunia-Nya lebih dari orang lain. Dan kita membutuhkan Kasih Karunia-Nya bukan untuk gagah-gagahan, karena apa yang terjadi di dalam hidup kita selama ini sesungguhnya hanyalah pemeliharaan anugerah-Nya semata.
Pekerjaan Kasih Karunia.
“Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah,” (Ibrani 12:15a).
Kasih Karunia dari-Nya yang memampukan setiap kita untuk bertahan di setiap ujian, yang diizinkan untuk kita lalui. Hanya karena anugerah Tuhan semata, kita dapat bertahan hingga hari ini.
Ada tiga hal yang Kasih Karunia dari Tuhan kerjakan di dalam hidup kita.
Pertama. Kasih Karunia melampaui segala kesalahan yang pernah kita perbuat, sekarang, dan bahkan nanti.
Anugerah-Nya masih jauh lebih besar di setiap musim kehidupan yang kita lalui.
“Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita oleh kasih karunia kamu diselamatkan” (Efesus 2:4-5).
Kedua. Kasih Karunia-Nya masih jauh lebih besar dari semua penderitaan yang di mana kita diizinkan untuk alami dan tanggung.
Kasih Karunia dari-Nya yang akan memampukan setiap kita untuk menanggung setiap penderitaan.
“Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah.” (1 Petrus 2:19-20).
Ketiga. Kasih Karunia-Nya itu bahkan melampaui semua keadaan yang sedang kita alami.
“Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.” (2 Korintus 12:9-10).
Kita tidak akan pernah tahu nantinya kita akan berjumpa dengan siapa, dan apa saja yang nantinya akan kita alami di sepanjang musim kehidupan. Tetapi teruslah mempercayai bahwa anugerah-Nya itu masih jauh lebih besar, lebih indah, dan lebih manis di dalam hidup kita. Anugerah-Nya itu melekat di dalam hidup kita. Dan justru di dalam kelemahan, Tuhan masih bekerja dengan sungguh untuk memproses hidup kita agar dapat menjadi serupa dengan-Nya.
Ketika kita menyombongkan diri dan mengandalkan kekuatan sendiri, maka Tuhan akan mengangkat tangan melihat kesombongan kita. Tetapi ketika kita mau belajar untuk merendahkan hati dan diri, maka Dia sendiri yang akan turun tangan dan melimpahkan anugerah-Nya di dalam hidup kita.
Anugerah Allah itu mencengkeram, memeluk, menudungi, dan menggendong agar setiap peristiwa yang diizinkan-Nya terjadi di dalam hidup.. kita hanya akan mengingat bahwa anugerah-Nya semata yang selama ini bekerja di dalam hidup kita. Bukan masalah yang nantinya akan kita ingat, tetapi anugerah-Nya yang masih jauh lebih besar, yang akan mengingatkan kasih dan karya Kristus di dalam hidup kita.
Anugerah-Nya itulah yang akan memampukan setiap kita untuk tetap berdiri di hadapan Allah, dan menyelesaikan setiap hal yang sudah dipercayakan di dalam hidup kita. Kasih setia-Nya tidak akan pernah meninggalkan kita sendirian yang hari-hari ini mungkin sedang bergumul di dalam masalah rumah tangga, pekerjaan, anak-anak kita, apa pun masalah yang dihadapi hari-hari ini..
Berdoa dan mintalah anugerah Tuhan yang masih jauh lebih besar dari setiap pergumulan yang sedang kita hadapi, yang masih jauh lebih besar dari setiap apa yang kita pikirkan. Karena Dia masih ingin mengerjakan anugerah-Nya di dalam hidup kita, agar kita nantinya tahu, semua yang terjadi di dalam hidup kita sampai hari ini hanyalah pemeliharaan Kasih Karunia-Nya semata. Bukan karena kita layak menerimanya, tetapi karena anugerah Tuhan yang telah melayakkan hidup kita.
“Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia.” (Lukas 1:50).
Amin. Tuhan Yesus memberkati..
Comments