top of page

Elsypurnama Adisuputra - Keberanian untuk Percaya

Catatan Khotbah: “Keberanian untuk Percaya.” Ditulis ulang dari sharing Bp. Pdt. Elsypurnama Adisuputra, di MDC Graha Pemulihan pada Tgl. 2 Februari 2025.



Ayat Bacaan: Yosua 1:1-9.


Ketika Musa meninggal dunia, Yosua dipilih untuk menggantikan posisinya dan hal ini adalah sebuah proses luar biasa yang pernah terjadi di dalam sejarah perjalanan kehidupan bangsa Israel. Dari ayat di atas kita juga dapat belajar bahwa Yosua memiliki keberanian untuk tetap memercayai janji-janji Tuhan yang telah disampaikan oleh Musa pendahulunya, sekalipun dirinya mendapat tantangan yang tidak mudah untuk memimpin sebuah bangsa besar, yang tegar tengkuk.


Bagi kita yang sudah membaca kisahnya dari awal sampai akhir, mungkin mudah bagi kita untuk mengatakan “percaya saja” pada janji-janjiNya. Tetapi bagi Yosua dan bangsanya, hal ini tidaklah mudah bagi mereka untuk dijalani.


Tetapi kita akan belajar bersama bagaimana sikap dari Yosua, sesuai dengan apa yang sudah tertulis di dalam kitab Yosua 1:1-9.


“Sesudah Musa hamba TUHAN itu mati, berfirmanlah TUHAN kepada Yosua bin Nun, abdi Musa itu, demikian..” (Yosua 1:1).

Kitab Yosua dimulai dengan perkataan di atas. Sebelumnya, di dalam Kejadian 1-50 diceritakan pada kita awal kisah dari penciptaan dunia sampai cerita tentang Yusuf, dan Keluaran pasal 1 dikisahkan pada kita bahwa orang Israel mulai ditindas di Mesir. Di dalam Keluaran 2, dimulai kisah Musa yang telah dipilih dan dipersiapkan Tuhan untuk membebaskan Israel keluar dari penindasan bangsa Mesir. Di dalam Keluaran 12:40 memberitahukan pada kita, lamanya orang Israel diam di Mesir adalah 430 tahun.


Tetapi akibat pemberontakan Israel di Bilangan 13-14, mereka kembali dibawa 40 tahun untuk mengembara di padang gurun. Dalam kitab Yosua ini, Yosua menggantikan kepemimpinan Musa. Di bawah kepemimpinan Yosua, Israel berjuang bersama Allah untuk mendiami Kanaan.


 

Saat menceritakan berbagai kejadian di atas, ada dua hal yang dapat dipelajari dari perjalanan kehidupan bangsa Israel, dan juga pastinya dapat diterapkan dalam hidup kita.


Pertama. Memercayai rancangan serta janji Tuhan itu sempurna, dan tidak pernah gagal.


“Sesudah Musa hamba TUHAN itu mati, berfirmanlah TUHAN kepada Yosua bin Nun, abdi Musa itu, demikian: “Hamba-Ku Musa telah mati; sebab itu bersiaplah sekarang, seberangilah sungai Yordan ini, engkau dan seluruh bangsa ini, menuju negeri yang akan Kuberikan kepada mereka, kepada orang Israel itu. Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu, seperti yang telah Kujanjikan kepada Musa.” (Yosua 1:1-3).


Rencana Tuhan itu bukan berlaku untuk satu pribadi saja, tetapi juga untuk sebuah kota, bangsa, bahkan bangsa-bangsa.. sama seperti yang sudah dijanjikan Tuhan pada Abraham dan keturunannya (Kejadian 17:5-6, 16). Di dalam setiap rencana Tuhan yang sudah diberikan di hidup Abraham dan keturunannya, dan tentunya di hidup kita.. rencana dan janji-janjiNya itu sempurna. Dia tidak pernah gagal dalam menggenapi janji-janjiNya.


Marilah membayangkan Musa dengan segala kehebatan yang sudah diperbuat bersama dengan Allah, lalu datanglah Yosua yang dipilih untuk menggantikan kepemimpinan Musa, untuk memimpin Israel memasuki negeri yang sudah dijanjikan Tuhan (Ulangan 31:7).


Apabila hal itu terjadi pada kita, pastinya kita akan berpikir panjang.. apakah kita sanggup untuk mengemban mandat tersebut, dan menggantikan seseorang yang sudah terkenal sebelumnya di dalam memiliki perjalanan hebat bersama Allah, dan yang sudah memimpin bangsa Israel?


Tetapi Yosua memilih untuk menguatkan dan meneguhkan hatinya, serta terus memercayai bahwa rencana Tuhan itu tidak akan berhenti ketika Musa sudah meninggalkan dunia ini. Yosua percaya bahwa Allah yang disembah Musa itu masih sanggup untuk menyertai dan menyatakan kuasa-Nya melalui Yosua yang memimpin bangsa Israel, untuk masuk ke dalam Kanaan.


Mengapa kita harus belajar untuk memercayai bahwa rancangan serta janji yang dimiliki Tuhan itu sempurna, dan tidak pernah gagal?


• Karena Tuhan tidak pernah berubah.


Dia yang pernah berjanji pada Abraham, Ishak, dan Yakub dan menggenapi semua janji-Nya dalam hidup mereka, maka Dia tetap sama dan tidak pernah berubah, Dia juga masih sanggup untuk menggenapi semua janji-Nya di dalam hidup kita. Pikiran dan keputusan di dalam hidup kita manusia bisa berubah-ubah, karena kita sangat rentan dengan perubahan. Tetapi Tuhan itu tidak pernah berubah, dan karena itulah kita bisa memercayai setiap rencana-Nya di dalam hidup kita.


• Rancangan-Nya tidak pernah gagal.


Janji Tuhan atas kehidupan umat-Nya itu begitu sempurna, dan tidak ada satu pun yang gagal.


• Tuhan mempunyai tujuan atas hidup kita.


Kita dilahirkan di dalam dunia ini pasti ada purpose / tujuan dari Tuhan. Ketika kita memiliki tujuan dari-Nya, maka kita bisa melangkah di dalam hidup ini berdasarkan kasih dan hikmat-Nya yang selalu menuntun dan mengarahkan hidup kita. Sehingga pada akhirnya, setiap dari kita dimampukan untuk dapat melakukan dan menyelesaikan setiap rencana-Nya di hidup ini.


Kedua. Memercayai penyertaan Tuhan di dalam setiap musim di kehidupan.


“Sesudah Musa hamba TUHAN itu mati, berfirmanlah TUHAN kepada Yosua bin Nun, abdi Musa itu, demikian: “Hamba-Ku Musa telah mati; sebab itu bersiaplah sekarang, seberangilah sungai Yordan ini, engkau dan seluruh bangsa ini, menuju negeri yang akan Kuberikan kepada mereka, kepada orang Israel itu. Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu, seperti yang telah Kujanjikan kepada Musa.” (Yosua 1:1-3).


Musim kepemimpinan Musa sudah usai, dan Tuhan ingin mengatakan bahwa ini adalah waktunya Yosua untuk bangkit dan memimpin bangsa Israel dalam memasuki negeri yang sudah dijanjikan Tuhan dalam hidup mereka. Melaluinya kita dapat belajar bahwa di setiap musim Tuhan itu dapat memakai siapa pun, dan Dia tetap setia bekerja di segala aspek yang ada di dalam hidup kita.


Saat kita mau mengakui dan memercayai penyertaan Tuhan di setiap musim di kehidupan, maka kita akan mendapati masih ada tantangan di setiap tahap usia di dalam hidup ini. Sehingga kalau kita mau merenung dan memaknai apa arti hidup yang sesungguhya, maka kita akan mendapati bahwa rencana Tuhan itu digenapi di dalam hidup kita sesuai dengan waktu dan kehendak-Nya yang terbaik. Bukan sesuai dengan waktu dan kehendak yang kita inginkan untuk terjadi.


Tantangan Kehidupan di masa:


• Kanak-kanak (0-12 tahun), merupakan proses pembentukan karakter dan nilai dasar.


• Masa Remaja (13-19 tahun), masa pencarian jati diri dan identitas.


• Masa Dewasa Muda (20-35 tahun), menentukan karier dan masa depan mau menjadi apa.


• Masa Dewasa Tengah (36-55 tahun), tanggung jawab keluarga, memasuki krisis paruh baya.


• Masa Lansia (56 tahun ke atas), masa pensiun dan menghadapi perubahan gaya hidup.


Karena itu pandanglah tantangan di setiap tahap yang ada di dalam kehidupan sebagai sesuatu hal yang jauh lebih besar lagi, ada gambaran yang jauh lebih besar, yang sesungguhnya Tuhan sudah persiapkan di dalam hidup setiap kita.


Memang pada saat yang sama posisi kita sebagai orang percaya masih harus menghadapi banyak tantangan, pergumulan, dan juga pencobaan di dalam hidup. Namun di saat yang sama kita tidak boleh melupakan bahwa kemenangan akhir sudah diselesaikan Kristus, sehingga kita bisa menjalani kehidupan ini dengan membawa kemenangan yang sudah selesai dikerjakan-Nya.


Ada begitu banyak pertempuran, tetapi perang terbesar sudah dimenangkan dan diselesaikan oleh Kristus dari atas kayu salib.


“Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.” (Yohanes 16:33b).


“Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.” (1 Korintus 15:57).


“Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.” (Roma 8:37).


 

Ada beberapa langkah praktis untuk memercayai rancangan, janji, serta penyertaan dari Tuhan di dalam kehidupan kita.


Pertama. Bersandar pada pimpinan Tuhan.


“Seorangpun tidak akan dapat bertahan menghadapi engkau seumur hidupmu; seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau.” (Yosua 1:5).


Sesungguhnya apa yang dimaksud dengan kata “bersandar”? Yakni mengandalkan kekuatan Tuhan, dan bukan pada kekuatan / kemampuan kita sendiri. Dia adalah Tuhan yang sama, dan tidak pernah berubah. Andalkanlah Tuhan dalam semua aspek di dalam hidup kita. Ketika kita bersandar kepada-Nya, maka kita akan menyadari adanya kehadiran Tuhan di setiap aspek di hidup kita.


Selembar tisu memang mudah sobek. Tetapi kalau tisu tersebut kita tempelkan di samping Alkitab, tisu tersebut bersandar pada Alkitab yang tebal.. maka tisu tersebut tidak dapat disobek, karena ada Alkitab yang menjadi sandaran tisu tersebut.


Kalau kita terus bersandar pada Tuhan, maka pada saat diizinkan terjadi masalah, tantangan, dan pencobaan apa pun.. semuanya tidak akan membuat kita rapuh dan mudah sobek sama seperti tipisnya kertas tisu. Kita akan selalu menyadari adanya kehadiran Tuhan, dan menyadari bahwa Dia itu ada dan selalu hadir di hidup kita. Ini adalah bagian dari kita bersandar pada Tuhan.


“Satu-satunya hal yang lebih baik daripada berkat Tuhan adalah, hadirat Tuhan sendiri.” (A.W. Tozer).

Kita tahu bahwa rancangan Tuhan itu sempurna, dan tidak akan pernah gagal untuk digenapi di dalam hidup kita. Amin!


Kedua. Merenungkan dan memperkatakan kebenaran firman Tuhan.


“Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.” (Yosua 1:8).


Terkadang kita asal memperkatakan firman Tuhan itu mudah, tetapi apakah kita sudah merenungkan, bahkan melakukannya? Tidak mudah memang, tetapi firman Tuhan itulah yang selalu menguatkan dan memberikan arahan di dalam hidup kita.


Mencintai firman Tuhan.


Kecintaan kita terhadap firman Tuhan adalah kebiasaan yang harus dibangun terus-menerus, sampai kita menjadi terbiasa olehnya. Dengan kita mau membiasakan diri untuk selalu memperkatakan dan merenungkan kebenaran firman Tuhan, maka hal tersebut dapat menjadi sumber kekuatan bagi kita di setiap harinya.


Kita tidak akan dapat bertahan untuk menghadapi setiap pencobaan dengan kekuatan manusia kita yang terbatas. Satu-satunya cara untuk bisa tetap kuat dan bertahan di dalam menghadapi setiap pencobaan adalah, memenuhi hati dan pikiran kita dengan merenungkan dan memperkatakan firman Tuhan, di setiap harinya.


“Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.” (Roma 10:17).

Menghadapi setiap tantangan di dalam hidup ini, marilah kita mau dan setia untuk membaca firman, serta bergantung benar-benar pada-Nya. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan untuk dapat mengerjakan segala sesuatu, sesuai dengan waktu dan kehendak-Nya yang terbaik bagi setiap kita.


Ketika seorang utusan membacakan titah dari sang raja, maka orang-orang yang berada di sekitarnya harus mau berhenti dari segala aktivitas yang dilakukan, dan mau mendengar titah tersebut dengan saksama. Pertanyaan yang sama,


Apakah kita selama ini memiliki kecintaan yang sama, mau untuk membaca dan menghormati kebenaran firman Tuhan yang tertulis di dalam Alkitab, dengan penuh kesungguhan hati?


“Seseorang yang tidak mencintai firman Tuhan, maka hidupnya tidak akan pernah sungguh-sungguh dapat mengenal Tuhan.” (R.C. Sproul).

Kita masih berada di awal tahun, di bulan Februari ini, marilah kita mencintai dan membaca firman Tuhan. Tidak ada kata terlambat untuk memulai dan bersegera dalam membaca Alkitab kita.


Ketiga. Melangkah dengan iman, dalam ketaatan.


“Hanya, kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh, bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu oleh hamba-Ku Musa; janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, supaya engkau beruntung, ke manapun engkau pergi.” (Yosua 1:7)


Selama ini kita sudah merenungkan dan memperkatakan kebenaran firman Tuhan, tetapi kita juga harus mengambil langkah iman dan mau untuk melangkah di dalam ketaatan, sesuai dengan kebenaran firman-Nya. Sebab berkat di dalam firman Tuhan tidak akan pernah bermakna apa-apa, bila selama ini kita tidak mau mengambil langkah ketaatan, di dalam hidup ini.


Di satu sisi kita memang percaya bahwa rancangan Tuhan itu tidak pernah gagal, tetapi di sisi lainnya kita masih diizinkan menghadapi berbagai ujian dan tantangan. Mungkin kita bertanya,


“Sampai kapan kita harus taat? Mengerjakan berbagai hal dengan setia, yang kita rasa bahwa karena perbuatan kita tersebut, Tuhan nantinya akan menjawab doa kita dengan segera?”


Bagaimanapun juga, semua ini adalah bagian dari perjalanan iman kita. Teruslah memercayai bahwa Tuhan masih memiliki rencana terbaik di dalam hidup kita. Jangan berhenti memercayai Tuhan serta rencana terbaik-Nya, dan tetaplah melangkah dalam ketaatan, terhadap firman-Nya!


Kalau Yosua menyerah dan tidak pernah mau untuk melangkah di dalam ketaatan, maka dirinya dan juga bangsa Israel tidak akan pernah melihat di tahun-tahun berikutnya Allah dapat memimpin dan menggenapi semua janji-Nya, untuk mereka dapat masuk dan mendiami tanah Kanaan.


Di dalam Alkitab semua mukjizat selalu dimulai dengan satu langkah ketaatan, dan inilah yang harus terjadi di dalam hidup kita.


Selain itu kita juga dapat belajar untuk memercayai bahwa segala sesuatu yang diizinkan terjadi, adalah masih bagian dari rancangan besar-Nya Tuhan. Saat kita mau melangkah di dalam ketaatan, maka kita akan ditunjukkan bahwa Tuhan masih bekerja di setiap momen yang ada di dalam hidup kita.


Ketaatan adalah kunci pembuka dan langkah terakhir untuk kita dapat mengalami mukjizat Tuhan yang terbaik, di dalam hidup kita.


Keempat. Berani menghadapi tantangan dan masalah yang diizinkan terjadi.


“Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi.” (Yosua 1:9).


Kecenderungan di dalam hidup kita adalah suka menghindar dan tidak mau menghadapi masalah yang terjadi di dalam hidup. Padahal kalau segera diatasi, maka masalah tersebut bisa jadi dapat semakin mengecil. Tetapi karena sering kita abaikan, pada akhirnya masalahnya jadi membesar. Kita harus belajar untuk memiliki keberanian dalam menghadapi tantangan dan masalah, yang diizinkan terjadi di dalam hidup kita.


Keberanian bukan berarti tidak memiliki rasa takut, tetapi kemampuan untuk kita tetap mau menghadapi dan mengatasi berbagai ketakutan tersebut. Pastinya dengan hikmat dan kasih dari Tuhan, yang dapat mengarahkan hidup kita.


Dalam kehidupan ini, banyak hal dan situasi yang dapat menimbulkan ketakutan—baik itu yang berwujud kegagalan, kehilangan, tantangan, dan apa pun bentuknya. Namun seseorang yang berani bukanlah yang tidak pernah merasa takut, tetapi mereka yang memutuskan untuk terus maju, meskipun ada rasa takut di dalam dirinya.


 

Keberanian sejati bukan berasal dari diri kita sendiri, bukan pula dari kehebatan pengalaman kita selama ini.. melainkan dari keyakinan bahwa Allah selalu menyertai setiap kita dan tidak pernah meninggalkan kita sendirian, Dia masih sanggup dan berkuasa untuk mengerjakan segala hal baik di dalam hidup kita, serta Dia masih sanggup untuk menggenapi semua janji-Nya.


“Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.” (2 Timotius 1:7).

Penyertaan Tuhan di dalam setiap musim di kehidupan kita.


Tetaplah Bersandar pada Tuhan, di setiap momen di dalam kehidupan kita. Suka maupun duka.


Teruslah mencintai firman Tuhan. Menyediakan waktu di setiap hari untuk bergaul karib baik di dalam doa dan juga dengan mencintai firman Tuhan di dalam Alkitab.


Ketika kita mau melangkah di dalam ketaatan untuk melakukan kebenaran firman-Nya..


Maka Dia yang akan menuntun setiap kita untuk terus berani melangkah, untuk menggenapi rencana-Nya yang sempurna bagi setiap kita.


Rancangan-Nya itu sempurna, dan Dia tidak pernah gagal di dalam hidup kita. Tangan-Nya masih terus bekerja dan merajut rancangan yang sempurna di dalam hidup kita. Firman-Nya berkata,


“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Roma 8:28).


Amin. Tuhan Yesus memberkati..

1 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua

Comments


GKPB Masa Depan Cerah Surabaya

©2025 by GKPB Masa Depan Cerah Surabaya

bottom of page