Catatan Khotbah: Permohonan Doa Bartimeus. Ditulis dari sharing Bp. Pdt. Budi Setiawan, di Ibadah Doa Malam Tgl. 11 April 2023.
Ayat Bacaan: Markus 10:46-52.
Ayat di atas menceritakan pada kita kisah mengenai seorang pengemis buta yang bernama Bartimeus, anak Timeus, yang sedang duduk di pinggir jalan (ayat 46). Diperkirakan ayah dari Bartimeus ini juga mengalami kebutaan dan hidup di bawah garis kemiskinan. Memang kondisi yang sangat berat dan tak mudah bagi Bartimeus, tetapi saat dirinya mendengar Yesus sedang keluar dari Yerikho bersama-sama dengan murid-muridNya dan juga banyak orang yang berbondong-bondong mengikuti-Nya, hatinya bergejolak. Walau kondisi keluarganya seperti itu, Bartimeus menginginkan ada perubahan dalam hidupnya dengan meminta Yesus menyembuhkan kebutaannya dan memulihkan hidupnya.
Melalui apa yang dialami Bartimeus di ayat di atas, kita dapat belajar:
Pertama. Jangan pernah gengsi untuk berseru dan menaikkan permohonan doa kita kepada Tuhan.
“Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!”” (ayat 47).
Sering kali bukan karena Tuhan tidak mendengar doa yang kita naikkan, atau pun Dia tidak bisa berbuat sesuatu untuk menjawab berbagai permohonan doa kita. Tetapi kita merasa gengsi untuk menaikkan permohonan doa kepada-Nya. Dia tidak pernah memandang siapa kita dan apa latar belakang hidup kita, tetapi apakah hati kita ini sungguh-sungguh menginginkan-Nya? Dia adalah Allah yang Mahakuasa dan sudah bangkit dari kematian, dan hal ini membuktikan Dia jauh lebih besar dan berkuasa dari segalanya.
“Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus, dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya, yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya di sorga,” (Efesus 1:18-20).
“Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?” (1 Korintus 15:55).
Musuh terakhir, yaitu maut, sudah dikalahkan-Nya di atas kayu salib.
Ketika mendengar Yesus lewat, Bartimeus berseru dan tidak melewatkan kesempatan yang bisa jadi hanya datang satu kali di dalam hidupnya. Dalam hatinya memiliki kerinduan yang sangat besar, keluarganya bisa jadi mengalami keadaan seperti itu, tetapi dirinya bertekad untuk berubah.
Demikian hal yang sama dengan hidup kita yang bisa jadi dilahirkan di keluarga yang tak utuh dan berantakan, tetapi bersama dengan kasih karunia-Nya yang akan selalu menuntun, keluarga yang kita bangun kelak tidak harus berantakan. Perjumpaan dengan Tuhan selalu membawa perubahan di dalam hidup. Dosa kita diampuni, dan menjadi ciptaan manusia baru. Berserulah dengan sungguh kepada-Nya.
Jangan pernah menyerah dengan kondisi yang ada. Bartimeus memang seorang pengemis, tetapi mentalnya bukan pengemis. Selama ini kita mungkin kurang bersungguh-sungguh, mungkin masih ada gengsi, dan kita merasa cukup. Tetapi Bartimeus bersungguh hati berseru pada-Nya.
Kedua. Jangan memedulikan perkataan orang yang tidak menguatkan iman.
“Banyak orang menegornya supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: “Anak Daud, kasihanilah aku!”” (Markus 10:48).
Ketika Bartimeus berseru, banyak orang menyuruhnya diam. Tetapi semakin ditegur, semakin keras dirinya berseru dan berteriak. Dalam hatinya dia tidak mau menyerah dengan kondisi yang sedang dialaminya.
Sering kali lingkungan kita membuat iman down. Lingkungan mengatakan bahwa kita lebih baik hidup ala kadarnya, kesuksesan hanya dibatasi dari banyaknya angka di nomer rekening dan banyak pabrik yang dibangun. Kita bisa menjadi minder dan kurang percaya diri. Kata “berbondong-bondong” di ayat 46 itu berbicara tentang kumpulan banyak orang, dan pastinya suaranya sangatlah ribut. Tetapi alih-alih iman Bartimeus down, dirinya terus berteriak sampai Yesus mendengar teriakannya.
Kalau kita datang pada Tuhan, jangan pernah malu dan gengsi. Datanglah seperti seorang anak yang menghampiri Bapanya, apa adanya. Kalau kita hanya berkutat mendengar pendapat orang, maka semakin banyak orangnya, juga semakin banyak pendapatnya. Dan tak sedikit pendapat mereka yang dapat melelahkan iman kita. Memang, ada yang menguatkan iman. Oleh karena itu, berhati-hatilah menghadapinya.
“Maka datanglah seorang yang sakit kusta kepada-Nya, lalu sujud menyembah Dia dan berkata: “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.” Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata: “Aku mau, jadilah engkau tahir.” Seketika itu juga tahirlah orang itu dari pada kustanya.” (Matius 8:2-3).
“Pada waktu itu seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubah-Nya. Karena katanya dalam hatinya: “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.”” (Matius 9:20-21).
Dua kisah di atas berbicara tentang seorang yang kena kusta dan pendarahan. Kedua-duanya dijauhi orang, dianggap najis, merupakan penyakit yang parah dan menular dan sudah tidak ada lagi obatnya. Tetapi Tuhan Yesus mau untuk mendengar dan menjawab permohonan doa dengan menyembuhkan mereka.
Allah yang kita sembah adalah Allah yang sama yang telah mendengar seruan dari Bartimeus, dan juga Dia adalah Allah yang sama, yang mau mendengar seruan hati kita.
Ketiga. Kalau Tuhan Yesus bertanya mengenai apa yang hendak Dia perbuat bagi hidup kita, maka apa yang akan kita jawab?
“Tanya Yesus kepadanya: “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Jawab orang buta itu: “Rabuni, supaya aku dapat melihat!”” (Markus 10:51).
Kalau Bartimeus tidak memiliki mental yang baik, maka dirinya akan meminta Yesus untuk memberinya lebih banyak uang. Tetapi, dia meminta permintaan yang terutama agar matanya dapat melihat supaya bisa bekerja, bertahan hidup, bisa menghidupi diri sendiri dan juga orang lain, serta memuliakan nama Tuhan dan menjadi berkat bagi sesamanya.
Apa yang sesungguhnya terpenting di dalam hidup kita? Firman Tuhan berkata,
“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Matius 6:33).
Mencari Tuhan dan firman-Nya adalah hal terpenting dalam hidup kita. Banyak yang mencari dan mengejar berkat, tetapi sudah tidak lagi mau untuk mencari Pemberi berkat.
Keempat. Tetap mengikut Yesus setelah permohonan doa kita dijawab-Nya.
“Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya.” (Markus 10:52b).
Berapa banyak dari kita yang mau untuk tetap mengingat, mengikut, dan juga memuliakan nama Tuhan setelah berbagai permohonan doa kita dijawab-Nya? Atau jangan-jangan kita sudah lupa dan meninggalkan Dia? Bartimeus percaya bahwa momen berjumpa dengan Sang Penciptanya adalah momen tak terlupakan, dan tidak mungkin dirinya akan melupakan dan meninggalkan Tuhan setelah matanya dapat melihat. Bagaimana dengan diri kita?
Apakah kita masih mengingat momen hidup kita mengalami perjumpaan pertama kali bersama-Nya? Apakah kita masih tetap setia mengiring-Nya? Atau kita sudah jauh dari-Nya?
Apa pun situasi dan kondisi yang sedang kita alami hari-hari ini, tetaplah setia dalam mengiring-Nya. Pengemis adalah simbol dari kekurangan dan ketidakmampuan. Ketika bertemu dengan Tuhan Yesus, hidup kita akan diubahkan. Teruslah berseru dan meminta tolong pada Tuhan dengan segenap hati, atas berbagai permasalahan yang sedang kita hadapi.
Tuhan melihat sampai sejauh mana hati kita menginginkan-Nya, bukan berkat-berkatNya. Bartimeus berseru meminta perhatian-Nya dengan suara yang keras untuk menunjukkan bahwa hatinya begitu rindu bertemu Tuhan Yesus dan dia benar-benar menginginkan kesembuhan untuk matanya yang tak dapat melihat.
Berdoalah dengan segenap hati, pikiran, dan juga kekuatan. Dia masih mendengar, dan masih mampu untuk menjawab doa sesuai dengan waktu-Nya yang terbaik bagi setiap kita.
Amin. Tuhan Yesus memberkati..
Comments