Catatan Khotbah: Membangun Hidup Gembira. Ditulis ulang dari sharing Bp. Pdt. Budi Setiawan, di Ibadah Doa Malam pada Tgl. 26 Juni 2024.
Mengapa memelihara hati dan hidup yang bergembira itu penting?
Karena,
“Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.” (Amsal 17:22).
Dari ayat di atas kita dapat menyimpulkan bahwa untuk hidup sehat tidaklah cukup hanya dengan memakan makanan yang sehat dan olahraga teratur, serta meminum berbagai vitamin dan suplemen.. tetapi ada satu hal yang tidak kalah pentingnya yakni, menjaga bagaimana kondisi di dalam hati kita. Sebab ketika hati kita bergembira dan penuh dengan sukacita dari Tuhan, maka dikatakan di ayat di atas hal itu seperti obat yang manjur, yang dapat memberikan kekuatan dan kesehatan bagi tubuh, jiwa, dan roh kita.
Bagaimana kualitas hidup kita bergantung pada bagaimana kualitas hati kita. Di Amsal di ayat lainnya dikatakan bahwa,
“Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” (Amsal 4:23).
Banyak orang hari-hari ini mengalami sakit dikarenakan tak sedikit kondisi di hatinya yang sedang mengalami stres, dan tidak memiliki hati yang bergembira. Hal ini bisa jadi disebabkan berbagai masalah berat yang mendera seperti, masalah finansial, tagihan utang terus membengkak, kekuatiran terus menguasai sehingga membuat banyak orang stres dan mengganggu proses metabolisme di dalam tubuh.
Imunitas / kekebalan tubuh juga menurun, sehingga pada akhirnya jadi mudah terserang penyakit seperti masalah pencernaan, gangguan lambung, hipertensi / tekanan darah tinggi, ada masalah dengan jantung, mengalami stres, makan tidak teratur, bahkan ada yang sampai mengakhiri hidupnya karena stres terlalu berat.
Stres bila tidak dengan segera kita atasi, maka dampaknya sangat besar, dan tak sedikit yang sampai mengalami kejadian fatal di hidupnya. Kondisi hati kita dapat menentukan bagaimana kesehatan tubuh kita secara keseluruhan.
Bagaimana caranya menjaga dan membangun hati yang gembira?
Pertama. Mengambil keputusan untuk tetap memilih bersukacita.
“Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” (Filipi 4:4).
Memilih untuk tetap bersukacita adalah sebuah keputusan yang harus diambil dan dilakukan. Bahkan di ayat di atas, kata “bersukacitalah” diulang sebanyak dua kali, menunjukkan hal ini benar-benar hal yang sangat penting.
Masalah sebesar apa pun dapat kita lewati bila kita memiliki iman yang teguh pada Tuhan, tetap memiliki semangat, sukacita, pengharapan, dan juga hati yang bersukacita. Bahkan ayat di Filipi ini justru ditulis di dalam penjara, yang di mana Paulus bisa jadi sedang mengalami intimidasi, banyak ancaman, serta tekanan demi tekanan.
Tetapi di tengah situasi yang tidak mudah, Paulus memutuskan untuk tetap meneguhkan hatinya dan memilih untuk tidak menuruti “keinginan daging.” Apa pun yang terjadi, dirinya memutuskan untuk tetap bersukacita di dalam Tuhan.
Jangan pernah izinkan ketakutan dan kekuatiran menguasai hati dan hidup kita, karena kedua hal tersebut dapat melumpuhkan dan bahkan menghancurkan kehidupan serta membuat kita tidak lagi dapat melihat kebaikan Tuhan. Fokuskan iman dan pikiran kita hanya pada Tuhan, yang memiliki rencana terbaik di dalam hidup kita.
“Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.” (1 Petrus 5:7).
Kedua. Membangun relasi yang karib bersama Tuhan, dan hal ini dapat menjadi gaya hidup dengan membangun mazbah doa pribadi melalui berdoa, pujian dan penyembahan, serta membaca firman Tuhan / Alkitab.
Tidak ada cara yang lebih baik, selain menjadikan hal ini sebagai lifestyle / gaya hidup. Dan hal ini dilakukan bukan hanya pada saat kita sedang perlu saja, kalau tidak perlu kita tidak melakukannya. Ketika kita rajin melakukannya, maka hidup kita akan selalu dikuatkan dan disegarkan, dan pada akhirnya berdampak di dalam hidup kita.
Daud diurapi Samuel menjadi seorang raja (1 Samuel 16:13), dan hal ini bukan berarti Daud tidak pernah mengalami masa sulit. Tetapi di balik semuanya itu Daud memutuskan untuk tetap dekat dan terus mencari Tuhan sehingga,
“Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa.” (Mazmur 16:11).
Karena memiliki hubungan yang karib, Tuhan memberi hikmat di sebagian besar hidup Daud mengenai apa yang harus dirinya perbuat.
Setiap hari kita membutuhkan energi rohani yang tidak sedikit, untuk menghadapi banyak hal. Dan hal ini sudah diteladankan Tuhan Yesus, di mana sebelum melakukan banyak mukjizat-Nya, diri-Nya selalu menyediakan waktu untuk berdoa karib bersama dengan Bapa (Markus 1:35, Lukas 5:16). Daniel juga memiliki kebiasaan untuk berdoa dan memuji Tuhan (Daniel 6:11), di mana kebiasaan ini telah memberinya hikmat dan juga menguatkan hidupnya untuk dapat menjadi berkat bagi empat generasi raja yang berada di dalam hidupnya.
Ketiga. Belajar mengucap syukur dalam segala hal.
“Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” (1 Tesalonika 5:18).
Mengucap syukur pada Tuhan adalah hal yang sangat mudah dilakukan bila apa yang sedang kita alami baik-baik saja, dan apa yang kita inginkan semuanya tercapai. Tetapi firman Tuhan di ayat di atas memerintahkan kita untuk mengucap syukur di dalam segala hal, baik keadaannya sedang suka maupun duka, dijawab doanya ataupun tidak.. kita tetap belajar untuk mengucap syukur.
Setidaknya dengan kita belajar mengucap syukur, lima puluh persen kita sudah mengalami kemenangan. Sisanya kita berserah pada kehendak Tuhan yang terbaik, Dia pasti akan memberikan mukjizat terbaik-Nya di dalam hidup kita.
Tuhan tahu persis apa yang sedang kita butuhkan di dalam hidup ini. Dia masih sanggup untuk merubah hal yang bagi kita mungkin terasa paling buruk sekalipun, tetapi dapat dipakai-Nya untuk mendatangkan kebaikan di dalam hidup kita.
Kita dapat belajar dari kehidupan Yusuf yang sudah mengalami banyak hal di dalam hidupnya. Sehingga pada akhirnya, Yusuf dapat melihat dan menyadari bahwa segala sesuatu yang diizinkan-Nya terjadi, Tuhan masih punya rencana di dalam hidupnya, dan juga dalam hidup bangsanya.
“Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.” (Kejadian 50:20).
Dia adalah Allah yang berdaulat dan berkuasa. Bagi Dia tidak ada sesuatupun yang mustahil.
“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Roma 8:28).
“Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.” (Ibrani 4:16).
Dia adalah Allah sumber kekuatan di dalam hidup kita, dan Dia masih dapat diandalkan. Dia adalah Allah yang sanggup untuk melakukan segala perkara di dalam hidup kita.
Amin. Tuhan Yesus memberkati..
Комментарии