Catatan Khotbah: “Kerajaan yang Tak Tergoncangkan.” Ditulis dari sharing Bp. Pdt. Budi Setiawan di Ibadah Doa Pagi Tgl. 17 Juni 2023..
“Waktu itu suara-Nya menggoncangkan bumi, tetapi sekarang Ia memberikan janji: "Satu kali lagi Aku akan menggoncangkan bukan hanya bumi saja, melainkan langit juga." Ungkapan "Satu kali lagi" menunjuk kepada perubahan pada apa yang dapat digoncangkan, karena ia dijadikan supaya tinggal tetap apa yang tidak tergoncangkan.” (Ibrani 12:26-27).
Kalau kita ingin melihat bagaimana sebuah bangunan itu kuat / tidak fondasinya, maka hal itu baru nampak ketika terjadi goncangan terhadap bangunan tersebut. Ketika terjadi gempa bumi, banjir, dan angin badai.. apakah bangunan tersebut tetap kokoh berdiri? Atau justru malah semakin ambruk? Demikian juga dengan kehidupan gereja Tuhan yang di mana kita harus menjadi kuat dan tak tergoncangkan oleh situasi dan kondisi apa pun, baik hal itu dari sisi politik, ekonomi, sosial, dan juga dari sisi lainnya.
Sering kali perubahan datangnya begitu cepat, dan terkadang kita tidak sempat mengantisipasi datangnya perubahan tersebut, yang seringnya datang disertai dengan banyak goncangan yang terjadi. Tetapi setiap goncangan yang diizinkan-Nya datang selalu memiliki satu tujuan agar kerajaan-Nya yang tak tergoncangkan di dalam hidup kita itu dapat nampak. Memang goncangan tersebut bisa jadi mendatangkan berbagai ketakutan dan kekuatiran, tetapi melaluinya, hidup kita nantinya dapat diproses untuk dapat bertumbuh menjadi kerajaan-Nya yang solid, dan juga yang tak tergoncangkan.
Hal apa yang menjadi dasar bagi kita untuk menjadi kerajaan-Nya yang tak tergoncangkan?
“Sebab kamu tidak datang kepada gunung yang dapat disentuh dan api yang menyala-nyala, kepada kekelaman, kegelapan dan angin badai, kepada bunyi sangkakala dan bunyi suara yang membuat mereka yang mendengarnya memohon, supaya jangan lagi berbicara kepada mereka, sebab mereka tidak tahan mendengar perintah ini: "Bahkan jika binatangpun yang menyentuh gunung, ia harus dilempari dengan batu." Dan sangat mengerikan pemandangan itu, sehingga Musa berkata: "Aku sangat ketakutan dan sangat gemetar." (Ibrani 12:18-21).
Ayat di atas berbicara tentang kehadiran Tuhan di atas gunung Sinai, waktu Dia menampakkan diri pada umat-Nya dengan segala kehebatan dan juga kedahsyatan-Nya. Sebuah situasi yang mencemaskan dan sangat menggetarkan hati. Dan di ayat selanjutnya dikatakan pada kita,
“Tetapi kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang meriah, dan kepada jemaat anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di sorga, dan kepada Allah, yang menghakimi semua orang, dan kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna, dan kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan kepada darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah Habel.” (ayat 22-24).
Bila di ayat sebelumnya, di gunung Sinai kita mendapatkan situasi yang sangat menakutkan, tetapi di gunung Sion ada sukacita yang besar. Di tengah setiap goncangan yang Tuhan izinkan terjadi, ada kerajaan-Nya yang tak tergoncangkan, yang di dalamnya terdapat umat-Nya yang percaya pada Tuhan Yesus, yang sudah mati menebus dosa dan bangkit mengalahkan kuasa maut, dan yang membuktikan bahwa Dia masih jauh lebih hebat kuasa-Nya dibanding maut, dan Dia telah diberikan pada gereja-Nya.
Di dalam Kristus ada penghiburan dan juga kemuliaan-Nya. Gunung Sinai merupakan lambang kehadiran Allah pada manusia berdosa, tetapi Gunung Sion merupakan perlambang kehadiran Allah dalam hidup kita yang sudah ditebus melalui karya salib-Nya. Ada damai dan sukacita yang tersedia di Gunung Sion.
“Jagalah supaya kamu jangan menolak Dia, yang berfirman. Sebab jikalau mereka, yang menolak Dia yang menyampaikan firman Allah di bumi, tidak luput, apa lagi kita, jika kita berpaling dari Dia yang berbicara dari sorga? Waktu itu suara-Nya menggoncangkan bumi, tetapi sekarang Ia memberikan janji: "Satu kali lagi Aku akan menggoncangkan bukan hanya bumi saja, melainkan langit juga." Ungkapan "Satu kali lagi" menunjuk kepada perubahan pada apa yang dapat digoncangkan, karena ia dijadikan supaya tinggal tetap apa yang tidak tergoncangkan. Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut. Sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan.” (ayat 25-29).
Ketika tinggal dalam kerajaan-Nya yang tak tergoncangkan, dan kita mau hidup taat pada firman-Nya, maka sangatlah penting bagi kita untuk belajar mengucap syukur senantiasa. Dengan menaikkan ucapan syukur, kita meletakkan segala beban pergumulan, ketakutan, dan juga kekuatiran kita di bawah kaki-Nya.
Kegoncangan boleh saja terjadi, tetapi kita dapat tinggal tenang karena kita tinggal di dalam kerajaan-Nya yang tak tergoncangkan. Meyakini dan percaya bahwa Dia Allah yang setia dan tidak pernah meninggalkan kita sendirian, Dia selalu menyertai, menuntun, dan juga memberkati hidup kita.
Semua yang terjadi bukan karena kita sudah berbuat hebat dan layak, tetapi hanya karena pengorbanan Tuhan Yesus dan juga kebangkitan-Nya.. hidup kita dimampukan untuk dapat tampil sebagai Gereja yang Berkemenangan, karena Kristus sudah menang atas kuasa maut.
Amin. Tuhan Yesus memberkati..
Comments