top of page

Budi Setiawan - Kebangkitan-Nya, Harapan Kita

Catatan Khotbah: “Kebangkitan-Nya, Harapan Kita.” Ditulis ulang dari sharing khotbah Bp. Pdt. Budi Setiawan di Ibadah Minggu di MDC Graha Pemulihan, pada Tgl. 7 April 2024.



“Sebab Allah yang telah berfirman: “Dari dalam gelap akan terbit terang!”, Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus. Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami.” (2 Korintus 4:6-10).


Di ayat 7 di atas, Paulus menggunakan

, untuk mengungkapkan sebuah makna. Dan ada dua kata yang dipakainya yakni, kata “harta” dan juga kata “bejana tanah liat”.


Harta Kita.


“Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus.” (2 Korintus 4:6b).


Kata “Harta” yang dipakai Paulus di ayat di atas menjelaskan pengenalan kita tentang Allah, melalui kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Baginya, pengenalan akan Allah diumpamakan sebagai harta yang paling berharga yang pernah dimilikinya, jauh lebih berharga dibanding dengan berbagai popularitas, kehebatan pelayanan, serta berbagai pengetahuan yang dimilikinya. Bahkan di dalam kitab Filipi, Paulus mengatakan pada kita,


“Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,” (3:7-8).


Di dalam kitab Daniel menjelaskan juga pengenalan tentang Allah,


“..tetapi umat yang mengenal Allahnya akan tetap kuat dan akan bertindak.” (11:32).

Di dalam kitab Hosea juga dikatakan,


“Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah..” (4:6).

Ketika kita lebih dalam mengenal Allah, maka setiap kita akan terus dikuatkan, disegarkan, dan mendapat kekuatan yang baru dari Dia. Dan yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah,


“Apakah kita menganggap pengenalan akan Allah sebagai sebuah harta yang sangat berharga dan bernilai bagi hidup kita? Atau kita hanya menganggapnya sambil lalu?”

Banyak orang menganggap harta yang berlimpah itu berupa: Berbagai prestasi yang telah diraih, kedudukan dan pangkat yang tinggi, kekayaan berlimpah, dan segala sesuatu yang bersifat duniawi. Tetapi bagi Paulus, pengenalan akan Allah adalah harta yang sesungguhnya.


Yang di dunia ini sifatnya hanyalah fana, sementara, dan cepat atau lambat akan segera lenyap. Tetapi yang kita bawa sampai masuk ke dalam kekekalan Surga adalah pengenalan kita akan Allah, tentang Pribadi Yesus yang sudah mati menebus dosa kita dan bangkit pada hari yang ketiga untuk mengalahkan kuasa maut.


Ketika kita memperdalam pengenalan akan Allah, maka iman kita akan terus dikuatkan. Walau harus melalui masa yang sulit sekalipun, kita akan terus dikuatkan bahwa Dia adalah Allah yang tidak akan pernah meninggalkan hidup kita sendirian.


Kalau kita hanya mengandalkan segala sesuatu yang bersifat duniawi, maka pada suatu hari kelak kita dapat menjadi kecewa, karena kita tidak bisa segala sesuatu yang berasal dari dunia ini untuk masuk ke dalam kekekalan. Hanya pengenalan akan Allah, harta yang paling mulia, yang harus dikejar di sepanjang usia kita.


Steven Paul Jobs (24 Februari 1955 – 5 Oktober 2011) menurut sumber Wikipedia adalah seorang tokoh bisnis dan penemu dari Amerika Serikat. Dia adalah pendiri, pendamping, ketua, dan mantan CEO dari Apple Inc. Jobs juga sebelumnya telah menjabat sebagai pejabat eksekutif Pixar Animation Studios, menjadi anggota dewan direktur The Walt Disney Company pada tahun 2006, setelah pengambilan alih Pixar oleh Disney. Namanya dicantumkan sebagai produser eksekutif di dalam film Toy Story tahun 1995.


Pada waktu kematiannya, dia dikenal luas sebagai seorang visioner, perintis, dan genius dalam bidang bisnis, inovasi, dan desain produk, dan seseorang yang berhasil mengubah wajah dunia modern, dan merevolusi enam industri yang berbeda. Kematiannya ditanggapi secara luas dan dianggap sebagai kehilangan besar bagi dunia oleh para penggemarnya di seluruh dunia.


Dari sisi bisnis, dia dan hartanya tidak bisa dipisahkan, dia adalah simbol dari kesuksesan. Tetapi mendekati kematiannya, ternyata harta, kesuksesan, nama besar, dan kehormatan yang telah diraihnya selama ini, tidak bisa menolongnya.


Steve Jobs meninggal dunia di rumahnya pada tanggal 5 Oktober 2011, akibat komplikasi penyakit kanker pankreas bentuk langka.


Paulus pernah mengatakan,


“yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah.” (2 Korintus 4:4).


Kalau bukan Roh Kudus yang mewahyukan dan memampukan, Dia yang membuat mata hati kita dapat melihat dan memahami kebenaran firman-Nya, maka kita tidak akan dapat melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus. Dunia mengalami kesulitan untuk dapat melihat-Nya, karena pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini.


Kalau kita dapat melihat tentang siapa Pribadi Allah dan dapat memahami apa dan bagaimana rencana terbaik-Nya, yang tentunya dapat kita pelajari di dalam Alkitab, maka kita harus mengejar-Nya dan terus mengembangkan hidup kerohanian kita, agar seluruh rencana Allah dapat digenapi seutuhnya di dalam hidup kita masing-masing.

Bejana Tanah Liat.


Di zaman dahulu, tanah liat banyak dipakai oleh para nabi, orang-orang Yahudi, dan kebanyakan orang. Tanah liat itu bentuknya rapuh, mudah pecah, harganya murah, dan dianggap sebagai bentuk ketidakberhargaan dan kelemahan.


Tetapi dari apa yang tertulis di dalam 2 Korintus 4:7, Paulus sepertinya ingin berkata bahwa sekalipun dirinya dipandang orang hebat, pandai, terkenal, sebagian besar kitab dalam Perjanjian Baru (PB) telah ditulisnya, dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel, yang merupakan seorang ahli Taurat yang sangat dihormati orang banyak, memiliki banyak pengalaman rohani berjalan bersama Tuhan Yesus, dan pelayanannya disertai dengan berbagai mukjizat.. Paulus menyamakan dirinya seperti tanah liat yang penuh dengan kelemahan dan tidak ada harganya.


Hal ini semakin ditegaskannya dengan apa yang ditulisnya di dalam Filipi 3:7-8,


“Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,”


Dia menganggap dirinya tidak berharga, agar dapat memperoleh Kristus dan mengenal-Nya lebih dalam lagi. Dia menyadari benar bahwa segala kehebatan yang telah diraihnya semata-mata hanyalah kasih karunia-Nya semata. Dia dapat dipakai Tuhan luar biasa juga bukan karena kuat dan gagahnya dia, tetapi karena ada Tuhan yang hebat yang memampukan kehidupannya, dan juga setiap kita pastinya, untuk dapat memberikan manfaat yang baik dan menjadi berkat bagi banyak orang, menghadirkan Kerajaan Allah, dan memuliakan nama-Nya melalui hidup kita.


Wujud Konkrit Harta dalam Bejana Tanah Liat.


Wujud Konkrit Pertama. Penyertaan Allah dalam pelayanan yang berat.


“Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.” (ayat 8-9).


Dalam hidup ini, selalu ada tantangan. Sama seperti Paulus yang mengalami..

Ditindas, namun tidak terjepit.


Paulus adalah seorang yang hebat, diurapi, cinta Tuhan, dan dipakai luar biasa. Tetapi dari kedua ayat di ayat, kita mendapati bahwa dirinya tetap diizinkan juga untuk mengalami tantangan.


Kata “ditindas” di ayat di atas memiliki arti dipojokkan sehingga tidak bisa berbuat apa-apa, mengalami tantangan dari dalam yang berupa perlawanan dari saudara-saudara seiman yang hidupnya tidak tertib dan juga perlawanan dari luar, orang-orang yang selama ini belum pernah mendengar tentang Kristus dan yang berusaha menjatuhkan hidup Paulus.


Mungkin kita hari-hari ini mengalami keadaan ditindas, tidak bisa berbuat apa-apa, yang kita lakukan terasa serba salah, dan kita merasa dipojokkan. Tetapi kita bisa belajar sekalipun Paulus melakukan hal yang baik yakni memberitakan Injil, tetap ada orang-orang yang tidak suka dan berusaha memojokkan dirinya. Dan sekalipun diperhadapkan dengan situasi yang sangat sulit untuk memberitakan Injil, Paulus tidak mengizinkan semua penindasan itu “menjepit” dirinya. Bagaimanapun juga, respon kita akan menentukan sejauh mana kemenangan yang dapat kita raih.


Habis Akal, namun tidak putus asa.


Dalam pelayanan Paulus, dirinya juga sering mengalami kehabisan akal, namun tidak berputus asa. Selalu ada jalan keluar yang terbaik, kalau kita selalu mengizinkan Allah yang bekerja. Itulah mengapa begitu penting untuk selalu mengenal Allah melalui membangun kehidupan doa yang karib dan membaca firman-Nya di dalam Alkitab, karena di dalam Dia selalu ada jalan keluar yang terbaik.


Dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian.


Penganiayaan yang dialami Paulus tidak hanya terjadi secara fisik, tetapi juga mental. Dan melaluinya kita juga dapat belajar mungkin hari-hari ini kita seperti dikejar-kejar karena ada hutang, ataupun permasalahan hidup lainnya. Tetapi tetaplah percaya pada-Nya, di dalam Dia selalu ada jalan keluar yang terbaik. Jangan pernah menyerah dengan keadaan yang ada, karena kita tidak akan pernah ditinggalkan sendirian. Sekalipun mungkin sudah tidak ada lagi orang yang mau dekat pada kita, karena permasalahan yang sedang kita hadapi.. Tuhan itu tetap mau dekat.


“Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat! Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada TUHAN, maka Dia akan mengasihaninya, dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan limpahnya.” (Yesaya 55:6-7).


Dihempaskan, namun tidak binasa.


Kata “dihempaskan” memiliki arti: Dibuang dan hidup kita dibanting sampai hancur. Rasanya kita sudah berusaha dengan maksimal, dan sudah tidak ada hasilnya lagi. Tetapi pengenalan kita yang mendalam akan siapa Pribadi Tuhan selalu membuat kita tetap kuat, walaupun kita sedang diizinkan berada di dalam berbagai pergumulan. Karena itu teruslah bangun, bangkit, dan raihlah kemenangan bersama dengan Tuhan Yesus yang selalu menyertai hidup kita.


Kekuatan Allah yang hebat tidak selalu dinyatakan melalui mukjizat atau tindakan yang hebat. Karena itu tetap bertahan di dalam segala kesulitan adalah bukti dari iman yang benar, dan penyertaan Tuhan yang besar.


Sama seperti Paulus yang juga harus melalui berbagai situasi yang sulit, belum lagi diberi “suatu duri di dalam dagingnya”. Walau dirinya dekat dengan Tuhan dan sering berdoa.. tetapi Dia berkata justru di dalam kelemahanlah kuasa-Nya menjadi sempurna. Dia selalu menyertai kita,


“Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.” (2 Korintus 12:7-9).


Walau kita sungguh-sungguh cinta Tuhan dan melakukan segala kehendak-Nya, ada kalanya Dia tidak langsung menjawab doa. Walau kita memiliki Allah yang hebat, sama seperti yang dialami Elia di gunung Karmel (1 Raja 18:16-46), tetapi tidak selalu Dia bekerja melakukan hal-hal yang spektakuler di dalam hidup kita. Bisa jadi, di dalam berbagai hal yang sederhana dan rutinitas, Dia dapat menyatakan kuasa-Nya dan memelihara hidup kita, anak-anakNya.


Wujud Konkrit Kedua. Kehidupan yang mencerminkan kematian dan kehidupan Kristus.


“Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami. Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini.” (2 Korintus 4:10-11).


Banyak orang ingin menjadi seperti Yesus dalam hal kuasa, tetapi hanya sedikit yang ingin menjadi seperti Dia dalam hal karakter. Lebih sedikit lagi yang ingin menjadi seperti Dia dan meneladani-Nya, di dalam momen kematian-Nya di kayu salib.


Tidak ada cara yang lebih baik agar kehidupan Kristus dapat menjadi semakin nyata melalui hidup kita, selain dari mengizinkan proses “kematian daging” itu selalu ada di dalam hidup kita. Di ayat di atas dikatakan bahwa Paulus senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh mereka, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh mereka (ayat 10).


Setiap dari kita, cepat atau lambat, pasti akan mengalami kematian secara fisik. Tetapi ketika kita mengizinkan proses dari “kematian daging”.. maka hal ini tidaklah mudah. Karena itu, bukalah hati kita, izinkan proses tersebut terjadi untuk kebaikan kita, dan mintalah selalu kekuatan dari-Nya.


Firman Tuhan juga mengatakan,


“Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu seperti yang telah kubuat dahulu bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.” (Galatia 5:19-21).


Kalau kita mau jujur, pada dasarnya “kedagingan kita” selalu ingin dipuji dan dimuliakan. Tetapi ketika kita mengizinkan proses “kematian daging” terjadi, maka hanya Tuhan yang nantinya dapat dipuji dan dimuliakan, melalui perkataan dan perbuatan kita. Bukannya diri kita.


Memikul salib, mengampuni, berusaha memahami dan menerima orang lain, bahkan mengalami hal-hal tertentu yang tidak mengenakkan hidup kita.. semua proses ini diizinkan agar kehidupan Kristus dapat menjadi semakin nyata di dalam hidup kita.


Tetapi kenyataannya, tidak semua orang mau melalui proses ini. Mereka hanya mau melihat Tuhan bekerja di dalam hidupnya dengan cara yang spektakuler, tidak dengan hal yang sederhana dan rutinitas. Proses “kematian daging” harus terjadi agar Pribadi Kristus dapat menjadi semakin nyata di dalam hidup kita. Hanya orang-orang yang “mati dagingnya”, yang dapat dipakai dan dapat melihat kemuliaan-Nya dinyatakan, di dalam hidupnya.


Kerelaan untuk berkorban bagi banyak orang, merupakan bukti hasil dari kuasa kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus, dalam diri seseorang.


Ketika kita merelakan diri untuk mau berkorban, maka kemuliaan-Nya dapat semakin dinyatakan. Ketakutan manusia terbesar yakni kematian, telah dikalahkan melalui kebangkitan Kristus. Selalu ada harapan di dalam Tuhan, bahkan di tengah keterpurukan dan kehancuran sekalipun.


Kintsugi.


adalah seni memperbaiki tembikar / barang dari tanah liat yang pecah di Jepang. Jika sebuah mangkuk pecah, alih-alih membuang pecahannya, pecahan-pecahan tersebut disatukan kembali dengan lem seperti getah pohon dan retakan-retakannya dihiasi dengan emas. Tidak ada upaya untuk menyembunyikan kerusakan, sebaliknya, kerusakan itu justru ditonjolkan. Praktik ini telah mewakili gagasan bahwa keindahan dapat ditemukan dalam ketidaksempurnaan.


Dari bejana yang pecah, rusak, dan tak berharga menjadi bejana yang berharga dengan nilai seni yang harganya bernilai tinggi.


Hari-hari ini bisa saja kita merasa hidup kita begitu berantakan, tetapi izinkan selalu kehidupan Kristus yang datang, dan memulihkan hidup kita. Dia masih sanggup untuk memulihkan, dan membuat hidup kita menjadi lebih indah, sama seperti karya seni Kintsugi di atas. Hidup kita diproses, sehingga bukannya “aku” lagi tetapi Kristus yang hidup di dalam diri kita, dan melalui hidup kita, nama-Nya dapat semakin dipermuliakan.


Amin. Tuhan Yesus memberkati..

1 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua

Comentarios


bottom of page