Catatan Khotbah: The Nameless Woman. Ditulis ulang dari sharing Rev. Dr. Bobby Chaw dan Ps. Cindy Ng, di acara Shine Women Conference “Renew” Hari Kedua, yang diadakan di MDC Ciputra World Surabaya, pada Tgl. 31 Agustus 2024.
Dibagikan oleh Ps. Cindy Ng.
Tekanan yang dialami perempuan pada hari-hari ini jauh lebih intens / keras dari sebelumnya. Banyak tuntutan dan juga harapan yang telah dibebankan di atas pundak mereka, dan hal ini adalah pekerjaan berat. Sebab bagaimana tidak, perempuan di zaman now dituntut untuk bisa mengerjakan semuanya:
Karier yang spektakuler, bisa mempertahankan rumah tetap bersih, membesarkan anak-anak dengan sempurna, menjadi juru masak hebat di dalam rumah, dan tetap menjadi supermodel.
Tetapi tekanan dan tuntutan seberat ini bagi rekan perempuan justru bukanlah hal yang baru. Kita dapat melihat beberapa contoh perempuan di dalam Alkitab yang sudah mengalaminya,
Hawa. Dipersalahkan Adam karena memberi buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat kepadanya (Kejadian 2:17, 3:12). Sekalipun tidak tertulis langsung di dalam Alkitab, tetapi peristiwa Kain membunuh Habel (4:8), bisa jadi Adam menyalahkan Hawa mengapa dengan posisinya sebagai seorang ibu tidak bisa mengurus dan mengajari kedua putranya dengan baik.
Yokhebed, ibu dari Musa (Keluaran 6:20) yang lahir di masa Firaun telah mengeluarkan perintah untuk melempar anak laki-laki yang lahir bagi orang Ibrani, ke dalam sungai Nil (1:22). Alkitab mencatat pada kita mengenai bayi Musa,
“Tetapi ia tidak dapat menyembunyikannya lebih lama lagi, sebab itu diambilnya sebuah peti pandan, dipakalnya dengan gala-gala dan ter, diletakkannya bayi itu di dalamnya dan ditaruhnya peti itu di tengah-tengah teberau di tepi sungai Nil; kakaknya perempuan berdiri di tempat yang agak jauh untuk melihat, apakah yang akan terjadi dengan dia.” (2:3-4).
“Maka berkatalah puteri Firaun kepada ibu itu: “Bawalah bayi ini dan susukanlah dia bagiku, maka aku akan memberi upah kepadamu.” Kemudian perempuan itu mengambil bayi itu dan menyusuinya. Ketika anak itu telah besar, dibawanyalah kepada puteri Firaun, yang mengangkatnya menjadi anaknya, dan menamainya Musa, sebab katanya: “Karena aku telah menariknya dari air.”” (ayat 9-10).
Ketika Musa bertumbuh besar, dirinya tidak hidup bersama ibunya lagi tetapi bersama dengan putri Firaun. Tidaklah mudah bagi seorang ibu untuk berpisah dengan putra kandungnya.
Dan tentu saja, Maria, ibu Yesus. Ketika masih bertunangan dengan Yusuf, dirinya harus menerima kenyataan yang mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami dan istri (Matius 1:18). Lalu bersama Yusuf dan Yesus kecil harus melarikan diri ke Mesir, karena Herodes hendak membunuh anak-anak yang berusia dua tahun ke bawah (2:13-16). Kehilangan Yesus saat berusia dua belas tahun (Lukas 2:42-46), dan setelah menemukan-Nya, jawaban yang diberikan Yesus pada saat itu malah tidak memperhatikan bagaimana perasaan ibunya yang cemas mencari-Nya selama tiga hari (2:46-51).
Dan terakhir, cobalah membayangkan bagaimana perasaan seorang ibu yang melihat Anaknya mengalami penderitaan salib yang begitu mengerikan, demi menebus dosanya dan juga dosa umat manusia (Yohanes 19:25-27).
Sehingga kita mendapat ada tiga kata yang merangkum apa yang dialami perempuan,
Stres. Stres. Stres.
Dibagikan oleh Rev. Dr. Bobby Chaw.
“Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: “Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita.” Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya: “Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak.” Jawab Yesus: “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.” Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: “Tuhan, tolonglah aku.” Tetapi Yesus menjawab: “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.”Kata perempuan itu: “Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.” Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.” Dan seketika itu juga anaknya sembuh.” (Matius 15:22-28).
Di ayat di atas ada kisah seorang perempuan Kanaan tanpa nama / the nameless woman, yang putrinya dirasuk setan dan sangat menderita. Pastinya seluruh tetangga menghindari karena perempuan tersebut dianggap najis dan penuh dosa. Teman-temannya tidak ada lagi yang dapat memberikan solusi. Para dokter pada saat itu juga tidak bisa menolong anak perempuannya.
Siang dan malam setan menyiksa, melukai, dan mencederai anak perempuannya. Pastinya, ibu ini menanggung rasa sakit hati dan kesusahan yang tidak dapat dipahami oleh siapapun juga.
Melalui kisahnya, apakah hari-hari ini kita juga sedang mengalami sakit hati dan patah semangat? Apakah ada kesedihan yang selama ini terpendam dan sangat sulit untuk diungkap, dan kita sudah tidak kuat lagi menanggungnya?
Bila jawabnya adalah “Ya”, maka kisah ini juga diperuntukkan bagi hidup kita.
Lalu perempuan Kanaan ini mendengar kabar tentang Pribadi Yesus yang tidak pernah menolak siapapun yang datang kepada-Nya. Dia mau menyembuhkan yang sakit, dan menolong mereka yang sedang ditimpa kesusahan. Tetapi yang menjadi pertanyaannya adalah,
Siapakah perempuan tanpa nama ini? Dirinya tidak terkenal, tidak kaya, dan orang Kanaan sendiri adalah musuh yang paling dibenci oleh bangsa Israel. Alkitab menggambarkan orang-orang Kanaan sebagai orang yang tidak bermoral, menyembah berhala, dan tega mengorbankan anak-anak mereka, sehingga pada akhirnya Tuhan memerintahkan bangsa Israel untuk menumpas mereka semua, hingga tak bersisa sama sekali.
Ketika perempuan Kanaan ini menceritakan apa yang diderita anaknya pada Tuhan Yesus, maka bisa jadi orang-orang di sekitar yang mendengar akan menganggap bahwa perempuan ini hidupnya sedang dikutuk. Tetapi Tuhan Yesus di ayat di atas diceritakan sedang berbincang dengan perempuan ini, dan Dia merangkum siapa pribadi perempuan ini dengan dua kata,
Great is Your Faith. Besar Imanmu (ayat 28).
Dengan pernyataan ini, sudah cukup untuk mengangkat dan memulihkan derajat perempuan Kanaan ini sebagai perempuan terbesar di dalam Alkitab. Petrus dan Yohanes sendiri tidak pernah mendapat pujian dari Tuhan Yesus. Demikian pula hal yang sama, kita juga bisa memiliki iman yang besar dan mendapat pujian dari-Nya, ketika kita setia dalam menjalani hidup ini.
Dibagikan oleh Ps. Cindy Ng.
Ada tiga karakteristik yang menonjol dari perempuan Kanaan tanpa nama ini, dan kita dapat belajar mengapa Tuhan Yesus sampai memujinya dengan perkataan “Besar Imanmu.”
Karakteristik Pertama yang dapat dipelajari dari kisah perempuan Kanaan tanpa nama ini adalah, dirinya Memiliki Ketekunan.
“Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: “Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita.” Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya: “Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak.”” (ayat 22-23).
Perempuan ini tidak mau ditunda ataupun diintimidasi hidupnya. Dia tidak mau menerima kritik ataupun didiamkan tanpa jawaban. Perempuan ini dalam permohonan doa yang pertama berseru dengan putus asa. Tetapi di ayat di atas, Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Di ayat 23, murid-muridNya datang dan meminta agar menyuruh perempuan ini pergi, karena dia mengikuti mereka dengan berteriak-teriak.
“Jawab Yesus: “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.”” (ayat 24).
Lalu Yesus menjelaskan misi-Nya yang diutus hanya untuk menjangkau domba-domba yang hilang dari umat Israel saja, baru setelah itu non-Yahudi / di luar bangsa Israel. Tetapi perempuan ini tidak mau menyerah. Dia terus menaikkan permohonan doanya kepada Tuhan Yesus.
“Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: “Tuhan, tolonglah aku.” Tetapi Yesus menjawab: “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.”” (ayat 25-26).
Di ayat di atas, Tuhan Yesus bukannya menghina perempuan tersebut dengan menyebutnya “anjing,” tetapi Dia menggunakan istilah yang digunakan orang Yahudi pada saat itu untuk menyebut non-Yahudi. Selain itu, Dia juga ingin melihat bagaimana reaksi dari perempuan tersebut.
Dibagikan oleh Rev. Dr. Bobby Chaw.
Bagaimana seharusnya kita menanggapi kenyataan yang pahit tersebut? Perempuan tanpa nama ini telah tiga kali berseru, tetapi sebanyak tiga kali juga ditolak-Nya. Alkitab benar-benar bercerita apa adanya, tidak ada berita polesan di dalamnya.
Hukum Tiga Serangkai.
“”Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.
Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali. Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?” Jawab orang itu: “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, dan perbuatlah demikian!”” (Lukas 10:30-37).
Pertama ada seorang imam yang turun melalui jalan itu; melihat orang itu, tetapi melewatinya dari seberang jalan. Kedua. Seorang Lewi datang ke tempat itu; melihat orang itu, ia juga melewatinya dari seberang jalan. Ketiga. Seorang Samaria sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.
Hukum Tiga Serangkai berbicara tentang anggapan di mana pada hitungan atau kejadian yang ketiga kali, sering terjadi perubahan yakni ada pertolongan dan jalan keluar terbaik. Tetapi dari kisah perempuan Kanaan yang setelah tiga kali menyatakan permohonan doanya, ternyata jawaban dari Tuhan Yesus tetaplah tidak. Sekalipun demikian, perempuan ini tetap ngotot untuk menaikkan permohonan doa kepada-Nya.
“Kata perempuan itu: “Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.” Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.” Dan seketika itu juga anaknya sembuh.” (ayat 27-28).
Ketekunan adalah sikap untuk terus ngotot dan tidak mau menerima penolakan atau penundaan, sama seperti yang dilakukan perempuan Kanaan tersebut. Pada saat permohonan kita terus ditolak dan sering mendengar kata “Tidak” diucapkan berulang kali.. kita harus mengetuk pintu sekali lagi. Ketekunan mengatakan aku tidak akan menyerah. Aku mau bangun lagi, dan lagi, sekalipun bisa jadi terus dijatuhkan lingkungan sekitar.
“Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu.” (Ibrani 10:36).
Dibagikan oleh Ps. Cindy Ng.
Keterangan foto: Keluarga Benny & Timothy.
Ps. Cindy membagikan kisah ketekunan yang terinspirasi dari cerita pasangan suami dan istri, yang bernama Benny dan Timothy. Selama dua tahun usia pernikahan, mereka berdua berjuang untuk mendapat keturunan dengan segala macam cara, namun tidak ada satupun yang berhasil. Setelah melewati berbagai macam prosedur yang sangat melelahkan, Tuhan menganugerahkan di dalam hidup pernikahan mereka dengan tiga orang anak, yang masih berada di dalam kandungan.
Tetapi di minggu ke-25, ada sesuatu yang terjadi dan Benny mengalami pendarahan hebat serta harus segera dioperasi. Tim dokter mengatakan bahwa mereka harus mengutamakan keselamatan sang ibu terlebih dahulu, dan dengan segera mengeluarkan tiga bayi tersebut dalam keadaan prematur.
Dua hari kemudian, putranya yang tertua meninggal dunia. Delapan jam kemudian, anaknya yang kedua menyusul kakaknya.
Mereka sangat bersusah hati. Bayi ketiga ini paling lemah keadaannya, dan dalam waktu tiga minggu sudah menjalani dua operasi besar yakni, usus dan jantung. Semua usaha dan pertolongan dari dokter sudah maksimal diberikan. Suami dan istri tersebut benar-benar meminta tolong agar tim dokter dapat mengupayakan terbaik bagi anaknya ini.
Mereka hanya bisa terus berdoa dan percaya. Hari demi hari dilalui dengan terus bertekun di dalam doa. Puji Tuhan, anaknya yang ketiga dapat bertumbuh dengan sehat dan kuat di setiap harinya. Lalu Benny mendapatkan anak dan melahirkan secara normal, seorang bayi perempuan. Dua tahun kemudian, Benny mendapatkan anugerah dari Tuhan yakni, seorang bayi laki-laki.
Kalau kita tetap bertekun, tidak menyerah, dan terus melakukan yang terbaik.. Tuhan itu setia dan Dia pasti memberikan janji terbaik-Nya.
Dibagikan oleh Rev. Dr. Bobby Chaw.
Karakteristik Kedua yang dapat dipelajari dari kisah perempuan Kanaan tanpa nama ini adalah, dirinya Memiliki Pengharapan.
Kalau mau hidup di dalam ketekunan, maka kita membutuhkan apa yang namanya pengharapan / hope, karena pengharapan sendiri merupakan bahan bakar untuk hidup di dalam ketekunan. Sebab pengharapan dapat memicu ketekunan, dan memberi kita kekuatan yang bisa jadi, melampaui kekuatan kita sendiri. Saat semua sumber yang kita miliki diizinkan habis tak bersisa, pengharapan kita kepada Tuhan yang dapat memberi kita kekuatan.
Bagi perempuan Kanaan tersebut, pengharapannya pada Yesus yang mau dan mampu untuk dapat menyembuhkan anak perempuannya.. jauh lebih besar dari rasa sakit hati yang dialaminya selama ini. Segala penolakan dan juga bentuk rasialisme yang selama ini diterimanya, bahkan diamnya Tuhan Yesus atas tiga kali permohonan doanya.. tidak bisa menghentikan kengototan dirinya untuk terus meminta agar Dia menyembuhkan anaknya.
Penderitaan Saat Ini Vs. Kemuliaan Masa Depan.
“Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita. Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun.” (Roma 8:18,25).
Penderitaan saat ini sifatnya hanyalah sementara, dan kita harus mengulang visi / janji yang telah kita dapatkan dari firman-Nya. Bisa jadi kita mungkin masih belum dapat melihat masa depan, karena hari-hari ini kita masih harus berjuang melalui berbagai penderitaan. Tetapi di ayat di atas Paulus mengatakan bahwa kita tetap harus bangun dan bisa melihat, serta penuh semangat untuk tetap menantikan pengharapan dengan tekun.
Bahkan di ayat 25 memiliki arti, kita menanti penuh semangat itu dengan memiliki sikap yang mau mengantisipasi, apa yang akan terjadi di dalam hidup kita nantinya.
Seperti kita jinjit / sikap berdiri atau berjalan dengan ujung jari kaki saja yang berjejak dan tidak ada kontak tumit dengan tanah, lalu menengadahkan badan dan kepala kita untuk melihat ke arah yang lebih jauh di depan.. tujukan pandangan mata kita hanya kepada Tuhan dan horizon / kaki langit, yang berbatasan dengan permukaan bumi atau laut.
Tidak peduli berapa lama kegelapan malam berlalu, matahari pasti akan terbit dan keluar dari horizon. Tidak peduli seberapa berat penderitaan yang hari-hari ini sedang kita lalui, teruslah memegang teguh segala janji Tuhan dan tetap setia, Dia pasti akan menolong dan memberikan jalan keluar terbaik-Nya bagi setiap kita.
Oleander, Bunga Resmi Hiroshima.
Pada Tgl. 6 Agustus 1945, Pk. 8.15 pagi, bom atom dijatuhkan di kota Hiroshima dan ledakannya langsung menewaskan sekitar 90.000–146.000 jiwa, dan puluhan ribu lainnya meninggal karena paparan radiasi. Serangan tersebut dicatat sebagai salah satu serangan bom paling mematikan selama Perang Dunia II. Kota tersebut ambruk dan hanya dalam waktu beberapa detik, Hiroshima menjadi kota mati dan tanpa pengharapan.
Dilansir dari dunia.tempo.co dikatakan,
“Dua hari setelah pengeboman, Harold Jacobson, seorang ilmuwan dari “Proyek Manhattan,” menyatakan tidak ada tanaman yang bisa tumbuh di Hiroshima selama 70 tahun. Hal ini akibat bahan radioaktif yang berserakan di seluruh kota, seperti yang dikutip dari “History Extra”, Kamis, Tgl. 5 Agustus 2021.
Tak disangka berselang waktu satu bulan kemudian, ramalan para ilmuwan terbantahkan. Bunga oleander tumbuh dan bermekaran tidak jauh dari titik ledakan. Mekarnya bunga ini telah menjadi sumber semangat dan juga kekuatan yang luar biasa bagi penduduk kota Hiroshima.
Menyadur dari laman “Hiroshima Peace Culture Foundation,” mekarnya oleander berhasil membuat penduduk yang telah mengungsi ke pedesaan dan para tentara yang telah pergi, kembali lagi. Setelahnya, Hiroshima memulai perjalanan panjang menuju pemulihan.”
Apa yang cendekiawan bilang mustahil, bagi Allah segala sesuatu mungkin. Apa yang kita alami, mungkin sudah terlihat tidak masuk di akal dan tidak mungkin lagi ada perubahan.
Tetapi dari kisah bunga oleander yang tumbuh di Hiroshima, sekalipun bunga tersebut termasuk dalam kategori tanaman beracun.. tetapi Tuhan ingin mengajar kita untuk kembali menujukan pandangan mata kita di horizon, pada setiap janji-Nya. Matahari pasti akan terbit kembali. Tidak selamanya ada malam yang gelap. Tetaplah setia melakukan bagian dan pekerjaan kita.
Dibagikan oleh Ps. Cindy Ng.
Karakteristik Ketiga yang dapat dipelajari dari kisah perempuan Kanaan tanpa nama ini adalah, dirinya Memiliki Kerentanan.
Banyak orang berpikir, Tuhan sudah tidak lagi hadir pada saat kita sedang mengalami masa kesesakan dan juga kesusahan. Kita merasa dibiarkan untuk bergumul sendirian, dan mencoba bertahan dengan sisa-sisa kekuatan. Kita merasa bahwa Tuhan hanya memandang kita di sisi nun jauh di sana, dan kita berjuang sendirian di sisi sebaliknya. Kita merasa Tuhan hanya melihatnya saja, Dia berdiam diri, dan tidak melakukan apa-apa.
Tetapi dalam kisah perempuan Kanaan tersebut, Tuhan Yesus tidak jauh darinya, Dia berada di sekitarnya. Perempuan ini juga berada di dalam perjalanan yang Dia sedang lalui. Sekalipun murid-muridNya menyuruh Yesus untuk mengusirnya, orang-orang di sekitar menganggapnya mengacau karena perempuan ini berteriak-teriak.. Tuhan Yesus tetap memiliki fokus pada pembicaraan bersama dengan perempuan ini.
Apa pun yang sedang kita alami hari-hari ini, Tuhan Yesus tidak pernah melupakan dan meninggalkan kita sendirian. Dia ikut merasa apa yang sedang kita rasakan.
Di dalam hadirat Tuhan adalah ruang yang aman, di mana kita dapat menjadi rentan / mudah dibentuk, terbuka, dan jujur mengenai apa yang sedang kita alami dan rasakan. Dia bisa mengenali keadaan kita yang menyedihkan, yang ditolak, dan tanpa pengharapan.
Dan sama seperti perempuan Kanaan yang membawa masalah dan kesusahan yang sedang dihadapinya, datanglah dan berseru pada Tuhan Yesus. Hanya Dia yang sanggup menolong kita.
“dalam segala kesesakan mereka. Bukan seorang duta atau utusan, melainkan Ia sendirilah yang menyelamatkan mereka; Dialah yang menebus mereka dalam kasih-Nya dan belas kasihan-Nya. Ia mengangkat dan menggendong mereka selama zaman dahulu kala.” (Yesaya 63:9).
Dari ayat di atas kita diberitahu bahwa Allah sendiri, bukan lainnya, yang menyelamatkan, menebus kita dalam kasih dan juga belas kasihan-Nya. Bahkan Dia mau mengangkat dan menggendong hidup kita. Kata menggendong seperti ditaruh dan disembunyikan di dalam dada, sama seperti seorang ibu yang menggendong bayi di dekat dadanya, di dekat hatinya. Demikian juga dengan Tuhan yang mau menggendong kita, dan menjaga kita di dekat hati-Nya.
Terkadang kita tidak selalu bisa merasakan hadirat dan tuntunan Tuhan, kita merasa bahwa Dia sudah melupakan kita. Tetapi di tengah berbagai tekanan yang sedang kita pergumulkan, Dia itu juga ikut merasakan. Roh Kudus tidak pernah takut dengan rasa sakit yang sedang kita pergumulkan, bahkan Dia ikut menangis pada saat kita menangis. Dia itu selalu dekat, dan tidak menjauh.
“TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.” (Mazmur 34:18).
Bisa jadi hidup kita diizinkan mengalami berbagai penderitaan, tantangan, serta permasalahan yang tak kunjung berhenti. Hati kita hancur karena kejadian dramatis menimpa, yang di mana pasti kita tidak pernah memintanya untuk terjadi di dalam hidup ini. Ada juga beberapa pasangan suami dan istri yang mungkin diizinkan mengalami kejadian sama seperti Benny dan Timothy, atau ada yang menderita Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dan hubungan yang menyakitkan / toxic.
Hal-hal mengerikan bisa saja menimpa hidup kita, termasuk menerima kata-kata yang menyakitkan dari sesama. Kita dianggap manusia tidak berguna, dijauhi bahkan dibuang sesama, ada keretakan hubungan di dalam keluarga, atau mengalami bullying / bentuk penindasan atau kekerasan, yang dilakukan dengan sengaja oleh seseorang atau kelompok yang dirasa lebih kuat.
Dan akhirnya untuk melindungi hati kita, kita membangun “tembok tinggi dan tebal” untuk mengurung emosi kita. Bisa jadi kita lalu membuat janji pada diri sendiri, bahwa kita tidak akan pernah menangis lagi. Tetapi jadinya malah kita ingin menguasai banyak hal agar tak ada sesuatu yang dapat menyakiti perasaan kita lagi, dan kita berubah menjadi seorang pemarah.
“Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.” (Lukas 4:18-19).
Di manapun kita berada, kita bisa terluka secara fisik dan juga mental. Tetapi di ayat firman Tuhan di atas, Tuhan Yesus adalah seorang Konselor terbesar, Dia mau untuk menyembuhkan banyak orang yang hatinya terluka. Tetapi syaratnya hanya satu, kita harus mau terbuka terhadap-Nya.
Kita tidak bisa menerima dan mengalami kesembuhan total, bila kita selalu menutup hati dan berpura-pura tidak ada sesuatupun yang terjadi. Ceritakanlah segala sesuatu yang terjadi di dalam hidup kita, kepada Tuhan Yesus.
Dibagikan oleh Rev. Dr. Bobby Chaw.
“TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.” (Mazmur 34:18).
Ditulis dari berbagai sumber, dalam bahasa Inggris terdapat kata vulnerable yang memiliki arti rentan, di dalam bahasa Indonesianya. Kata vulnerable ini diambil dari kata benda Latin vulnus / luka. Kata vulnus mengarah ke kata kerja Latin vulnerare, yang berarti melukai, kemudian ke kata sifat Latin Akhir vulnerabilis, dan menjadi vulnerable di dalam bahasa Inggris pada awal tahun 1600-an.
Jadi kesimpulannya, seorang yang vulnerable / rentan itu adalah seorang yang terluka, karena diambil dari kata vulnus / luka. Di ayat firman Tuhan di atas terdapat kata “patah hati” dan “remuk jiwa”, atau dalam bahasa Inggrisnya vulnerable, dan hal ini berarti ada luka yang terdapat di dalam hati dan jiwanya.
Kalau kita ingin agar luka yang kita dapatkan cepat sembuh, maka bila kita selalu tutup luka tersebut dan tidak diberi apa-apa / dibiarkan saja, maka luka tersebut tidak akan pernah menjadi sembuh. Malah justru bisa menjadi infeksi, dan menyebabkan penyakit lainnya yang jauh lebih serius.
Hal yang sama pula berlaku bagi jiwa kita. Saat mengalami luka dan akhirnya menjadi broken / rusak, maka kita harus datang pada Sang Pencipta hidup kita, mau terbuka kepada-Nya, agar Dia dapat mengobati luka tersebut, dan kita menjadi sembuh. Hal ini pastinya sangat rentan, dan sakit. Tetapi justru di sanalah, Tuhan dapat menyembuhkan.
Bagaimana Roh Kudus menyembuhkan hati yang luka? Dia tidak menyembuhkan dengan cara menghapus semuanya, dan lalu menjadi hilang. Tetapi justru Dia akan membuka mata kita untuk dapat memperhatikan dengan saksama atas apa yang sesungguhnya telah menjadi sumber / penyebab dari luka tersebut.
“dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yohanes 8:32).
Pada waktu kebenaran disingkapkan Roh Kudus, maka semua kebohongan dan emosi negatif yang selama ini mengendalikan dan mencengkeram erat jiwa kita, akan dipatahkan. Roh Kudus akan mengembalikan semua ingatan trauma yang selama ini tersebar, dan mengingatkan serta mengarahkan hidup kita pada kebenaran firman Tuhan bahwa Dia selalu mengasihi, memimpin, dan tidak akan pernah meninggalkan kita sendirian.
“Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.” (Yohanes 16:13).
Jadi kalau mau sembuh, maka kita harus terbuka pada Roh Kudus karena Dia yang akan mengajar dan memimpin hidup kita ke dalam seluruh kebenaran firman Tuhan, serta memberi hikmat dan juga arahan di dalam hidup kita.
Silence and Solitude.
Di awal tahun 2024 ini, Ps. Bobby beserta istri dan juga beberapa tim pastoral City Harvest Church (CHC) di Singapura menjalani waktu empat hari tiga malam, untuk mengikuti retreat serta berdoa dalam kesunyian dan juga kesendirian / Silence and Solitude. Semua gadget / perangkat elektronik yang memiliki fungsi tertentu diserahkan pada panitia, mereka hanya diperbolehkan membawa Alkitab dan buku catatan saja.
Di dalam retreat ini, Ps. Bobby di setiap malam selalu bermimpi, dan melalui mimpi tersebut, tanpa disadari adalah beberapa tekanan hidup yang selama ini dipergumulkannya. Dalam Alkitab sendiri kita belajar bahwa Tuhan juga dapat berbicara pada umat-Nya, salah satunya melalui mimpi.
Berikut adalah mimpi yang Ps. Bobby dapatkan.
Mimpi Pertama. Ps. Bobby bersama dengan sekelompok teman SMP dan SMA-nya.
Di dalam mimpi ini, Ps. Bobby sangat bersyukur pada Tuhan karena memiliki teman-teman yang hebat, di mana mereka telah belajar bersama, bermain bersama, melakukan olahraga sepakbola, renang, bowling, dll. Teman-temannya telah memberikan identintas dan juga rasa aman di dalam hidupnya.
Tetapi pada saat SMA kelas 1, Ps. Bobby mengalami perjumpaan bersama Tuhan dan pertobatan pribadi, dirinya sangat merindukan dan ingin mengejar apa yang namanya pertumbuhan rohani. Setiap hari aktivitasnya adalah pergi ke gereja, mengikuti banyak kegiatan doa, pendalaman Alkitab, dan juga persekutuan.
Saat itu dirinya masih muda, dan tentu saja, pergumulan terberatnya adalah harus memilih, di mana di satu sisi dirinya harus menjaga, mempertahankan, dan memperdalam hubungan karibnya bersama Tuhan. Tetapi di sisi lainnya, ada teman-teman yang sangat dikasihinya.
Pada akhirnya, Ps. Bobby lebih memilih untuk mengejar dan memperdalam hubungannya bersama Tuhan, dan kehilangan kontak dengan semua temannya. Sekalipun hatinya pada saat itu sangat sakit, tetapi dirinya lebih memilih untuk tetap setia mengiring Tuhan Yesus.
Mimpi Kedua. Berhubungan dengan masa sepuluh tahun menjalani kasus pengadilan yang keras, yang dihadapi gereja CHC di Singapura.
Ps. Bobby pada saat itu menduduki posisi sentral, di mana dirinya diberi tanggung jawab untuk meng-handle / menangani banyak hal. Di dalam mimpi tersebut, dirinya dikelilingi oleh banyak dokumen yang berbicara tentang sepuluh tahun masa persidangan. Di masa-masa itu, dirinya setiap hari harus membaca banyak dokumen yang berhubungan dengan proses pengadilan. Enam bulan pertama selama enam jam, dirinya duduk manis di meja kantornya. Bahkan pengacaranya pada saat itu berkata bila dirinya mau mendaftar menjadi pengacara, pasti sudah menjadi pengacara karena ketekunannya dalam membaca dan mempelajari semua dokumen yang ada.
Setiap hari harus menghadapi stres, tetapi setiap hari juga harus menjaga penampilan dan menjaga hati untuk tetap setia melayani jemaat di CHC.
Mimpi Ketiga. Bertempur melawan zombie.
Mimpi ini mengingatkan dirinya pada saat tinggal di dalam rumah besar kakeknya. Suatu hari, orang tuanya menyuruh berganti kamar, di mana kamar yang lama akan ditempati adiknya, dan Ps. Bobby pindah di kamar kecil yang baru, yang letaknya berada di sudut rumah. Saat itu Ps. Bobby masih berusia 8-9 tahun, dan di malam hari sering mendengar suara yang mengganggu jam tidur malamnya. Tidak ada pilihan lain baginya, selain tetap kuat dan bertahan demi adiknya.
Pada saat merenungkan kembali tiga mimpi yang telah didapatnya ini, Tuhan menguatkan imannya dan mengatakan pada Ps. Bobby bahwa di setiap musim yang dihadapinya, bahkan di titik terberat dan terendah sekalipun.. Tuhan tidak pernah meninggalkan dirinya sendirian. Tuhan selalu menemani dan memberi hikmat dalam hidup Ps. Bobby untuk dapat menyelesaikan setiap permasalahan yang sedang dihadapinya.
Dibagikan oleh Ps. Cindy Ng.
Keterangan foto: Lukisan “The Trinity”, dilukis oleh Andrei Rublev dari Rusia, tahun 1411 atau 1425-1427.
Di dalam retreat Silence and Solitude, Ps. Cindy tidak bermimpi tentang zombie, tetapi oleh salah seorang profesornya disuruh melakukan kontemplasi / kegiatan merenung lebih dalam untuk menemukan sebuah arti, terhadap sebuah lukisan Kristen di atas. Sama seperti Ps. Bobby, Ps. Cindy hanya diperbolehkan membawa Alkitab dan buku catatan untuk menulis apa yang Tuhan katakan atau impresikan di dalam hatinya.
Saat Ps. Cindy berkontemplasi, dirinya diingatkan kembali mengenai keadaan keluarganya yang disfungsional, banyak kata abuse / yang melecehkan, ditinggal begitu saja oleh ayahnya pada saat berusia 16 tahun, dan bahkan perkataan Ps. Cindy di dalam keluarganya tidak pernah digubris.
Saat Ps. Cindy berkontemplasi, dirinya seperti melihat video yang diputar ulang. Saat menutup mata, dirinya begitu merasakan kehadiran Allah yang selalu mendukung dan tidak akan pernah membiarkan dirinya sendirian. Ps. Cindy merasakan kasih Allah yang begitu berlimpah di dalam ruangan tersebut, sebab dirinya selama ini telah bertumbuh besar sebagai seorang anak yang “suaranya tidak didengar”.
Ketika kasih Allah menjamah dan memenuhi hatinya, luka batin yang selama ini tersimpan di dalam dirinya disembuhkan dan dipulihkan berlapis-lapis, sampai jauh ke dalam lubuk hatinya.
Dibagikan oleh Rev. Dr. Bobby Chaw.
Allah ingin menyembuhkan hati yang hancur, memulihkan hati dan jiwa yang terluka. Karena itu bukalah hati kita agar Dia dapat menyembuhkan dan memulihkan. Memang, untuk kita dapat melihat, memikirkan kembali, dan menceritakan pada Yesus itu menyakitkan karena kita seperti membuka luka lama. Tetapi di sinilah awal mula dari kesembuhan kita: Jadilah rentan dan terbuka terhadap kasih Allah yang memulihkan.
“Karena bagi pohon masih ada harapan: apabila ditebang, ia bertunas kembali, dan tunasnya tidak berhenti tumbuh. Apabila akarnya menjadi tua di dalam tanah, dan tunggulnya mati di dalam debu, maka bersemilah ia, setelah diciumnya air, dan dikeluarkannyalah ranting seperti semai.” (Ayub 14:7-9).
Ayub mengalami pengalaman hidup paling menyakitkan dan keras di dalam hidupnya. Tetapi di ayat di atas, Ayub mengajar setiap kita betapa pentingnya untuk tetap memiliki pengharapan, dengan memakai analogi sebuah pohon.
Kalau sebuah pohon ditebang, maka biasanya tunggulnya masih ada dan bisa dengan cepat bertumbuh kembali menjadi pohon yang besar. Tetapi apa yang dibutuhkan? Jawabnya adalah air, yang membuatnya bisa bertumbuh.
Pohon sendiri melambangkan kehidupan, dan sering kali di dalam hidup kita bisa diizinkan mengalami berbagai badai kehidupan. Memang ada kalanya hidup ini bisa menjadi sulit, kejam, dan kita merasa seperti ditebang, sampai yang tersisa hanyalah tunggul atau sesuatu yang kita anggap sudah tidak berguna, dan tidak ada harapan lagi. Kita merasa bahwa hidup ini sudah berakhir.
Tetapi kita harus menyebarkan akar hidup kita di dalam Roh, sampai kita bisa mencapai sungai kehidupan-Nya. Teruslah memperdalam hubungan karib kita bersama-Nya, masuklah lebih dalam lagi di hadirat-Nya yang mulia.. sebab di dalam hadirat-Nya, kita bisa renew / diperbarui kembali.
Hanya Pencipta hidup kita yang bisa mengisi kekosongan di dalam hidup ciptaan-Nya, bukan isi dari dunia ini. Hanya Tuhan Yesus yang sanggup untuk memberikan pada kita kesembuhan, pengharapan, kekuatan, ketekunan.. sehingga kita bisa menjadi pohon yang bertumbuh kembali besar, kuat, dan orang-orang di sekitar dapat berteduh di bawah rindangnya dedaunan di pohon kita.
Saat Teduh bersama Mazmur 139.
“Doa di hadapan Allah yang Mahatahu.
Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud.
TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi.
Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN. Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku, dan Engkau menaruh tangan-Mu ke atasku. Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya.
Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau. Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku.
Jika aku berkata: “Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam,” maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang.
Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.
Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah; mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya.
Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah! Betapa besar jumlahnya! Jika aku mau menghitungnya, itu lebih banyak dari pada pasir. Apabila aku berhenti, masih saja aku bersama-sama Engkau.
Sekiranya Engkau mematikan orang fasik, ya Allah, sehingga menjauh dari padaku penumpah-penumpah darah, yang berkata-kata dusta terhadap Engkau, dan melawan Engkau dengan sia-sia. Masakan aku tidak membenci orang-orang yang membenci Engkau, ya TUHAN, dan tidak merasa jemu kepada orang-orang yang bangkit melawan Engkau? Aku sama sekali membenci mereka, mereka menjadi musuhku.
Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!”
Pemazmur meminta agar Tuhan terus menyelidiki dan mengenal hatinya, apakah ada kecemasan atau tidak. Periksalah juga di dalam hati kita, apakah selama ini ada kesedihan atau rasa sakit? Mintalah tuntunan dan arahan-Nya selalu, agar kita tetap berada di dalam jalan-Nya yang kekal. Biarlah hal ini menjadi permohonan doa kita.
Kita tahu bahwa Allah sangat mengasihi hidup kita, tetapi ada sesuatu di dalam lubuk hati kita yang harus dipulihkan-Nya. Bukalah hati kita, dan biarlah Dia yang menata dan meredakan setiap badai di dalam hidup. Dia Allah yang mengasihi setiap kita. Dia adalah Allah yang baik.
Hidup memang keras, tetapi masih ada secercah harapan. Mintalah selalu pemulihan dari-Nya. Dia sangat mengasihi dan mau menyertai kita. Dia tidak akan pernah meninggalkan kita sendirian.
Mungkin selama ini ada “tembok tebal dan tinggi” yang kita bangun untuk menutupi hati agar tidak terluka lagi, tetapi sesungguhnya tembok ini memisahkan kita dari Allah dan kasih-Nya. Sehingga pada akhirnya kita akan menjumpai banyak rasa sakit, ketidaadilan, kesedihan, kecemasan secara terus-menerus.. tetapi hari ini Tuhan Yesus mau mengatakan bahwa Dia ada dan mau menolong setiap kita.
Roh Kudus ingin menunjukkan pada kita di area mana yang menyebabkan rasa sakit? Dia ingin mengakses masuk ke dalamnya. Jadilah rentan, agar kasih-Nya dapat masuk dan memulihkan hidup kita.
Rumah Besar dengan Banyak Kamar.
Ketika ada sesuatu hal yang terjadi, Ps. Bobby selalu berlatih dan membayangkan dirinya sedang berada di dalam sebuah rumah besar, yang merupakan gambaran dari hidupnya, dan bisa juga gambaran dari hidup kita.
Kita berdiri di depan pintu masuk rumah yang memiliki banyak kamar, dan kita juga mempersilakan Tuhan Yesus untuk masuk ke dalam rumah kita. Lihatlah Dia yang penuh dengan kasih dan belas kasihan, tatapan mata-Nya begitu baik dan lembut, Dia begitu peduli dan senang untuk berada di dalam hidup kita.
Di dalam rumah tersebut banyak terdapat kamar. Ada kamar yang terbuka begitu saja dan tidak dikunci, tetapi ada kamar yang ditutup erat, dan terlihat ditutup sudah begitu lama. Pintu kamar tersebut ditutup karena bisa jadi kita memiliki luka hati, trauma, dan kita merasa terlalu menyakitkan, untuk mengingatnya kembali.
Kita tidak tahu apa lagi yang harus dilakukan, jadi kita mengunci erat pintu tersebut.
“Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.” (Wahyu 3:20).
Tuhan Yesus berkata pada kita,
“Anak-Ku, biarkanlah Aku masuk ke dalam kamar yang sudah lama tertutup erat tersebut.”
Tetapi kita berkata pada Tuhan Yesus masih banyak kamar lainnya yang Dia bisa masuk, khusus untuk kamar yang tertutup tersebut, kita tidak mau membuka pintunya. Kita tidak mengizinkan Tuhan Yesus masuk ke dalamnya. Tetapi Dia berkata,
“Tidak. Aku tetap mau masuk ke dalam pintu ruangan yang tertutup tersebut. Aku ingin menyembuhkan dan memulihkan kembali hatimu yang hancur. Aku mau membasuh bersih segala rasa malu dan rasa sakit yang selama ini telah menjadi beban yang kau tanggung dalam hidupmu.
Aku tidak pernah takut dengan rasa sakit, karena Aku selalu berada di sana bersamamu. Aku berdiri di depan pintu ruanganmu, dan selalu mengetok. Maukah engkau membuka pintu tersebut, dan mengizinkan Aku masuk?”
Pandanglah selalu pada Yesus, putuskan untuk membuka kamar tersebut, dan persilakan Dia untuk masuk dan memulihkan hidup kita. Bisa jadi kemudian kita akan diingatkan kembali atas apa yang telah terjadi selama ini, yang membuat kita menutup erat pintu tersebut selama bertahun-tahun,
Mungkin saat kita masih berada di dalam kandungan ibu, kita tidak diinginkan. Mungkin selama ini kita ditolak oleh keluarga, dan juga orang-orang di sekitar. Ada trauma yang terjadi, yang kita alami bersama kedua orang tua kita. Atau mungkin ada berbagai kejadian yang selama ini telah menghambat dan menghalangi kasih Allah memenuhi hati dan hidup kita.
Izinkan Roh Kudus mengingatkan segala sesuatu, izinkan Dia mulai menjamah satu per satu, menyembuhkan dan memulihkan hidup kita.
Bawalah semua rasa sakit, marah, kita diperlakukan tidak adil oleh sekitar.. dan berikan pada Yesus. Biarlah kuasa salib-Nya itu mematahkan setiap ikatan dan belenggu dosa, dan ada kasih karunia Allah yang mengalir dari salib-Nya.
Bisa jadi selama ini kita mungkin dipersalahkan atas sesuatu hal, yang sebenarnya bukan salah kita. Tetapi izinkan Roh Kudus menyembuhkan dan memulihkan hidup kita. Lepaskan rasa sakit dan kesedihan, dan angkatlah tangan kita pada Tuhan Yesus. Dia akan menolong hidup kita.
Amin. Tuhan Yesus memberkati..
Comments