Catatan Khotbah: Pembaruan Hati. Ditulis ulang dari sharing Bp. Pdt. Betuel Himawan dan Ibu Siuling Himawan, di ibadah MDC Graha Pemulihan pada Tgl. 1 Desember 2024.
Dibagikan oleh Bp. Pdt. Betuel Himawan.
Karena ketidaktaatan dari bangsa Israel yang sudah melawan dan berpaling dari Tuhan, maka mereka diizinkan Tuhan untuk dibuang dan menjadi tawanan di tanah Babilonia dan Persia. Tetapi lama setelah itu, mereka diizinkan untuk dapat pulang kembali ke kota Yerusalem.
Kalau kita membaca di dalam kitab Ezra, maka fokus Ezra pada saat itu adalah dirinya disuruh Tuhan untuk dapat membangun kembali rumah TUHAN / Bait Allah, dan juga mereformasi setiap ibadah / kebaktian yang sudah lama tidak diadakan di Yerusalem, akibat dari bangsa Israel yang sudah terlalu lama di dalam masa pembuangan. Sedangkan Nehemia sendiri mendapat tugas untuk membangun kembali tembok Yerusalem, karena kota Yerusalem sendiri sudah lama tidak memiliki tembok, mudah ditaklukkan musuh, kehilangan identitas, dan juga rasa amannya.
Ketika Bait Allah dan tembok Yerusalem sudah selesai dibangun, maka kita dapat membaca bagaimana Tuhan mengerjakan apa yang namanya pengharapan baru dengan menggerakkan hati setiap umat agar mereka mau datang dan beribadah bersama. Di dalam Nehemia pasal 8 bahkan dituliskan pada kita sebuah catatan menarik tentang diadakannya ibadah raya yang sangat bersejarah. Sepertinya catatan ini memang dengan sengaja ditulis di pasal-pasal terakhir, agar nantinya dapat menjadi model bagi bangsa Israel untuk melakukan liturgi ibadah selanjutnya.
“Ketika tiba bulan yang ketujuh, sedang orang Israel telah menetap di kota-kotanya, maka serentak berkumpullah seluruh rakyat di halaman di depan pintu gerbang Air. Mereka meminta kepada Ezra, ahli kitab itu, supaya ia membawa kitab Taurat Musa, yakni kitab hukum yang diberikan TUHAN kepada Israel. Lalu pada hari pertama bulan yang ketujuh itu imam Ezra membawa kitab Taurat itu ke hadapan jemaah, yakni baik laki-laki maupun perempuan dan setiap orang yang dapat mendengar dan mengerti. Ia membacakan beberapa bagian dari pada kitab itu di halaman di depan pintu gerbang Air dari pagi sampai tengah hari di hadapan laki-laki dan perempuan dan semua orang yang dapat mengerti. Dengan penuh perhatian seluruh umat mendengarkan pembacaan kitab Taurat itu. Ezra, ahli kitab itu, berdiri di atas mimbar kayu yang dibuat untuk peristiwa itu. Di sisinya sebelah kanan berdiri Matica, Sema, Anaya, Uria, Hilkia dan Maaseya, sedang di sebelah kiri berdiri Pedaya, Misael, Malkia, Hasum, Hasbadana, Zakharia dan Mesulam. Ezra membuka kitab itu di depan mata seluruh umat, karena ia berdiri lebih tinggi dari semua orang itu. Pada waktu ia membuka kitab itu semua orang bangkit berdiri. Lalu Ezra memuji TUHAN, Allah yang maha besar, dan semua orang menyambut dengan: “Amin, amin!”, sambil mengangkat tangan. Kemudian mereka berlutut dan sujud menyembah kepada TUHAN dengan muka sampai ke tanah.” (Nehemia 8:1-7).
Dibagikan oleh Ibu Siuling Himawan.
Bayangkan bagaimana peristiwa tersebut terjadi dalam keadaan sekarang. Pastinya berlangsung begitu bersejarah dan sangat menarik, karena peristiwa ini sampai dicatat di dalam Alkitab. Seluruh umat datang berbondong-bondong untuk berkumpul dan beribadah bersama (ayat 2a), di mana agendanya pada saat itu adalah mereka meminta Ezra untuk memimpin ibadah, serta membacakan kitab Taurat Musa, yakni kitab hukum yang telah diberikan TUHAN kepada bangsa Israel (ayat 2b-3). Sebuah kitab di mana bangsa Israel sudah lama tidak pernah membacanya, akibat terlalu lama di masa pembuangan.
Dalam Nehemia 8:19b kita mendapati bahwa perayaan ini diadakan selama delapan hari,
“Tujuh hari lamanya mereka merayakan hari raya itu dan pada hari yang kedelapan ada pertemuan raya sesuai dengan peraturan.”
Sedangkan pembacaan kitab tersebut berlangsung,
“Ia (Ezra) membacakan beberapa bagian dari pada kitab itu di halaman di depan pintu gerbang Air dari pagi sampai tengah hari di hadapan laki-laki dan perempuan dan semua orang yang dapat mengerti.” (ayat 4a).
Ezra sendiri dibantu orang Lewi (ayat 5) untuk membaca dan mengajar kitab Taurat tersebut, sampai umat yang hadir di dalam perayaan dapat mendengar dan mengerti akan apa yang sudah diajarkan Ezra (ayat 3-4a). Ekspresi dari umat yang hadir pada saat itu adalah mereka mendengar dengan penuh perhatian (ayat 4b), mereka bangkit berdiri (ayat 6), mengamini, mengangkat tangan, berlutut dan sujud menyembah kepada TUHAN dengan muka sampai ke tanah (ayat 7), mereka penuh emosi (ayat 10-12), dan..
“pergilah semua orang itu untuk makan dan minum, untuk membagi-bagi makanan dan berpesta ria, karena mereka mengerti segala firman yang diberitahukan kepada mereka.” (ayat 13).
Dibagikan oleh Bp. Pdt. Betuel Himawan.
Tetapi ibadah ini bukan hanya sekadar ibadah perayaan biasa, terlebih lagi setelah Nehemia menyingkapkan akan apa yang sebenarnya terjadi di dalam perayaan tersebut. Karena tujuan dari kitab Nehemia ini ditulis adalah adanya pembaruan rohani yang Tuhan sedang kerjakan, di dalam hati dan juga di hidup bangsa Israel.
Nehemia menyebut ibadah raya pada hari itu sebagai hari yang kudus bagi Tuhan, bahkan di ayat 10-11, Nehemia menyebutnya sebanyak 2 kali. Adapun kata “kudus” di dalam Perjanjian Lama (PL) memiliki arti, hidup yang dikhususkan bagi Tuhan dan tanpa cela. Sehingga orang yang hidupnya kudus memiliki arti, orang tersebut telah memutuskan untuk mengkhususkan hati dan hidupnya hanya kepada Tuhan, sehingga dirinya tidak mau berbuat dosa lagi, tidak mau berbuat hal-hal yang tidak berkenan di hati Tuhan, serta tidak seenaknya sendiri melakukan apa maunya.
Ini adalah tujuan pembaruan rohani sebagai misi Nehemia dan Ezra dari Tuhan.
Selama ini hati umat telah berpaling dari Tuhan, karena berbagai berhala telah mengambil tempat Tuhan yang seharusnya berada di tempat yang terutama di dalam hati mereka. Ketika umat melakukan ibadah raya bersejarah ini, Nehemia melihat bagaimana orang-orang kembali dan mengarahkan hati sepenuhnya kepada Tuhan. Nehemia mengatakan bahwa perayaan ini adalah perayaan kudus, karena umat menguduskan (mengkhususkan), mempersembahkan, mengarahkan, serta membawa hati mereka sepenuhnya kembali berbalik kepada Tuhan.
Dari semuanya ini, Nehemia ingin mengatakan pada setiap kita bahwa ibadah raya yang ditulis di dalam pasal 8 memiliki tujuan agar bangsa Israel dapat berbalik pada Tuhan dengan sepenuh hati, sebab melaluinya telah terjadi apa yang namanya pembaruan hati di dalam hati bangsanya.
Hari-hari ini kita menjumpai sering kali hati kita teralih dari Tuhan. Selama ini kita mengisi hidup kita dengan apa yang berasal dari dalam dunia ini, ada begitu banyak “berhala” yang menduduki tempat yang seharusnya ditempati oleh Tuhan, serta ada banyak yang kita “sembah” selain Dia. Kita sangat membutuhkan pembaruan hati.
Dibagikan oleh Ibu Siuling Himawan.
Melalui apa yang ditulis di dalam kitab Nehemia, setidaknya ada tiga hal tentang pembaruan hati yang dapat kita pelajari bersama.
Pembaruan Hati Pertama: Memiliki Hati yang Lapar dan Haus akan Kebenaran Firman Tuhan.
Sebelum bangsa Israel kembali dari masa pembuangan, mereka ini memiliki hati yang sangat dingin dan berkali-kali berubah setia pada Tuhan. Bahkan bisa dibilang bahwa mereka sudah tidak peduli lagi dengan apa yang diperkatakan-Nya.
Firman Tuhan menulis,
“Juga semua pemimpin di antara para imam dan rakyat berkali-kali berubah setia dengan mengikuti segala kekejian bangsa-bangsa lain. Rumah yang dikuduskan TUHAN di Yerusalem itu dinajiskan mereka. Namun TUHAN, Allah nenek moyang mereka, berulang-ulang mengirim pesan melalui utusan-utusan-Nya, karena Ia sayang kepada umat-Nya dan tempat kediaman-Nya. Tetapi mereka mengolok-olok utusan-utusan Allah itu, menghina segala firman-Nya, dan mengejek nabi-nabi-Nya. Oleh sebab itu murka TUHAN bangkit terhadap umat-Nya, sehingga tidak mungkin lagi pemulihan.” (2 Tawarikh 36:14-16).
Bayangkan keadaan bangsa Israel pada saat itu. Ketika firman Tuhan dibagikan oleh nabi-nabiNya, hati mereka begitu dingin dan cuek / tidak mau tahu, bahkan mereka menghina serta menganggap remeh segala firman yang telah diperkatakan-Nya. Ini adalah dosa yang sangat mengerikan, yang dilakukan bangsa Israel pada saat itu.
Selain itu di dalam Nehemia 13:23 juga dicatat pada kita bahwa mereka telah mengambil istri dan melakukan kawin campur dengan bangsa lain yang menyembah berhala. Sehingga hal ini pada akhirnya menjadi celah bagi bangsa Israel untuk mengikuti kebiasaan mereka, dan mereka berubah menjadi bangsa penyembah berhala.
Padahal Tuhan sudah sangat jelas memberikan perintah-Nya, tetapi mereka melanggarnya..
“Apabila TUHAN, Allahmu, telah membawa engkau ke dalam negeri, ke mana engkau masuk untuk mendudukinya, dan Ia telah menghalau banyak bangsa dari depanmu, yakni orang Het, orang Girgasi, orang Amori, orang Kanaan, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus, tujuh bangsa, yang lebih banyak dan lebih kuat dari padamu, dan TUHAN, Allahmu, telah menyerahkan mereka kepadamu, sehingga engkau memukul mereka kalah, maka haruslah kamu menumpas mereka sama sekali. Janganlah engkau mengadakan perjanjian dengan mereka dan janganlah engkau mengasihani mereka. Janganlah juga engkau kawin-mengawin dengan mereka: anakmu perempuan janganlah kauberikan kepada anak laki-laki mereka, ataupun anak perempuan mereka jangan kauambil bagi anakmu laki-laki; sebab mereka akan membuat anakmu laki-laki menyimpang dari pada-Ku, sehingga mereka beribadah kepada allah lain. Maka murka TUHAN akan bangkit terhadap kamu dan Ia akan memunahkan engkau dengan segera.” (Ulangan 7:1-4).
Tuhan ingin agar bangsa Israel hanya menyembah-Nya, tetapi yang terjadi justru kebalikannya, mereka menyembah berhala dari pasangan mereka.
Hal ini adalah sebuah kegagalan bagi bangsa Israel pada saat itu, bahkan bila tidak berhati-hati, rasa lapar dan haus akan firman Tuhan juga bisa lenyap dari hidup kita. Apa maksudnya?
Sering kali kita sudah tidak lagi memiliki rasa lapar dan haus akan kebenaran firman Tuhan, bahkan kita sudah tidak mau lagi untuk membuka dan membaca Alkitab kita.
“Mengapa kita sudah tidak lagi memiliki rasa lapar dan haus akan firman?”
Jangan-jangan karena kekhawatiran, keinginan, dan berbagai kenikmatan dunia yang lebih kita kejar daripada memiliki kerinduan serta rasa lapar dan haus akan firman Tuhan, di dalam hidup kita.
Tetapi setelah terjadi apa yang namanya pembaruan hati di dalam hidup bangsa Israel, keadaan ini berbalik 180 derajat.
Umat Israel yang sebelumnya dingin hati, di dalam Nehemia 8:6 dituliskan pada kita ketika Ezra membuka kitab itu di depan mata seluruh umat, maka semua orang bangkit berdiri karena mereka mencari tahu, akan apa yang nantinya disampaikan Ezra. Bahkan mereka mau mendengar firman Tuhan tersebut dibacakan selama berjam-jam lamanya, dengan penuh perhatian.
Hari-hari ini sangat sulit bagi kita untuk melakukan sama seperti yang dilakukan bangsa Israel pada saat itu, karena ada banyak hal yang dapat mengalihkan perhatian kita dari berfokus dan mendengarkan firman Tuhan dengan penuh perhatian.
Tetapi rasa lapar dan haus akan kebenaran firman Tuhan adalah pekerjaan Roh Kudus, yang dapat menuntun setiap orang pada kebenaran firman-Nya. Sedangkan bagian kita adalah sama seperti yang dilakukan bangsa Israel pada saat itu yakni duduk diam, mau memberikan diri, dan diajar firman-Nya.. sama seperti bangsa Israel yang datang dan mendengar firman dengan penuh perhatian, serta haus dan lapar akan firman-Nya.
Dalam Nehemia pasal 8, Ezra pada saat itu juga didampingi beberapa orang Lewi yang membantu menerjemahkan apa yang dimaksud pembacaan dari kitab tersebut,
“Bagian-bagian dari pada kitab itu, yakni Taurat Allah, dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan, sehingga pembacaan dimengerti.” (ayat 9).
Bangsa Israel yang baru saja kembali dari masa pembuangan sudah tidak dapat lagi memahami bahasa Ibrani, yakni bahasa asli dari Taurat Musa. Mereka pada saat itu hanya bisa memahami bahasa Aram, sehingga inilah peran orang Lewi yang mengajar dan mengartikan firman Tuhan, agar dapat dipahami sepenuhnya oleh umat yang hadir.
Inilah pentingnya pembaruan hati. Bukan hanya kita sekadar membaca firman Tuhan sambil berlalu, tetapi kita terus bertekun dalam membacanya sampai kita ini dapat mengerti dan memahami apa makna dari firman tersebut, serta mau melakukannya di dalam hidup keseharian.
Dalam Kisah Rasul 2:42, kita belajar salah satu cara hidup jemaat yang pertama adalah,
“Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.”
Dan pertanyaannya adalah,
“Apakah sikap dan kerinduan yang sudah diteladankan jemaat pertama itu masih ada di dalam hidup kita, di masa sekarang?”
Sebuah sikap di mana kita memiliki rasa lapar dan haus akan firman Tuhan, sama seperti yang terjadi pada bangsa Israel, pada saat itu.
Pdt. Betuel dan Ibu Siuling telah lama mengajar sekolah minggu, dan ada banyak orang tua yang datang kepada mereka untuk meminta tolong mengajari anak-anak mereka tentang apa itu artinya keselamatan. Sebab sangat banyak anak yang sudah tidak percaya pada Tuhan Yesus, mereka juga tidak memahami apa artinya pertobatan sejati, sakramen baptisan, dan juga banyak pertanyaan lainnya.
Memang tidaklah salah, karena tugas dan pelayanan dari kakak sekolah minggu adalah untuk dapat membantu anak-anak agar mereka lebih mengenal tentang Pribadi Tuhan Yesus, dengan bahasa yang dapat dipahami anak-anak.
Tetapi di dalam hidup anak-anak sendiri juga memiliki banyak pertanyaan, bahkan sebagian besar di antaranya adalah pertanyaan yang kritis. Hari-hari ini tidak sedikit anak yang berpikir apakah Tuhan itu benar adanya, apakah Yesus itu hanya sekadar dongeng / tidak.
Lebih dari semuanya itu, peran kita sebagai orang tua dan orang dewasa seharusnya siap untuk memberi anak-anak jawaban, pada saat mereka bertanya pada kita. Sebab sesungguhnya hal ini bukan hanya pelayanan dari kakak di sekolah minggu saja, tetapi juga tanggung jawab kita untuk dapat menjawab pertanyaan mereka.
Tetapi pada saat anak-anak bertanya, banyak orang tua dan orang dewasa yang dijumpai tidak siap untuk menjawab pertanyaan mereka. Mengapa?
Bisa jadi kita sudah tidak tahu lagi harus menjawab apa, karena selama ini kita sudah tidak lagi memiliki rasa lapar dan haus akan kebenaran firman Tuhan. Kita sudah tidak mau lagi duduk diam dan mendengar firman Tuhan diajarkan, dengan sikap yang mau meresponi Tuhan dengan penuh kesungguhan hati.
Ketika kita memiliki respon hati yang lapar dan haus terhadap kebenaran firman Tuhan, maka firman-Nya itu yang akan memberi hikmat dan menuntun keseharian di dalam hidup kita, serta kita diberi hikmat untuk dapat menjawab dan menjelaskan berbagai pertanyaan yang diajukan anak-anak, dan juga orang-orang di sekitar.
Selama ini peran orang tua di dalam rumah hanyalah membahas tentang PR dan test di sekolah, tanggung jawab dan berbagai tuntutan yang harus dicapai anak-anak, mereka harus mencapai banyak prestasi.. tetapi firman Tuhan sudah tidak lagi diajarkan di dalam rumah dan pada saat kita bersama dengan anggota keluarga. Sehingga hal ini pada akhirnya menimbulkan pertanyaan,
“Bagaimana caranya anak-anak kita nantinya dapat menjawab berbagai pertanyaan mendasar, yang keluar dari dalam hati mereka?”
Peran kita sebagai orang tua dan orang dewasa seharusnya memiliki kehidupan yang penuh dengan firman Tuhan, serta memiliki rasa lapar dan haus akan firman.. sehingga kita selalu siap sedia untuk dapat menyampaikan dan mengajar kebenaran firman Tuhan di dalam hidup anak-anak, dan juga di dalam hidup orang-orang yang Tuhan izinkan untuk bersinggungan dengan kita.
Bukankah firman Tuhan juga berkata,
“Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.” (2 Timotius 4:2).
Pada suatu hari putra dari Bp. Pdt. Betuel dan Ibu Siuling yang saat itu baru berusia sekitar 5 tahun, sedang belajar perbendaharaan kata di dalam bahasa Jawa. Setelah selesai di kamar mandi, putranya ini memanggil mamanya beberapa kali sekaligus berkata di dalam bahasa Jawa yakni, sek / tunggu. Setelah menjawab beberapa kali, mamanya pada akhirnya mendatangi dan memahami kesalahpahaman tersebut, seharusnya yang dikatakan anaknya bukanlah sek / tunggu, tetapi wes / sudah selesai. Karena pada saat itu putranya sedang belajar mengenai toilet training, dan hendak meminta pertolongan dari mamanya.
Sering kali kita juga tidak memiliki waktu untuk membaca dan memahami dengan lebih akan apa isi dari firman Tuhan secara benar dan bersungguh hati, sehingga kita mudah sekali menjadi salah sangka dan salah berpikir tentang Pribadi Tuhan dan kebenaran firman-Nya.
Inilah yang terjadi di dalam hidup, ketika kita tidak mengerti dan mengenal dengan benar perihal apa yang tertulis di dalam firman-Nya.
“Bagaimana sikap hati kita terhadap kebenaran firman Tuhan, pada hari ini?”
Seharusnya pertanyaan ini kita ajukan pada diri kita sendiri, setiap bangun tidur di pagi hari.
“Apakah masih ada kerinduan di dalam hati kita untuk membaca firman Tuhan? Apakah kita mau mengerti lebih lagi dan memahaminya?”
Pdt. Betuel dan Ibu Siuling selalu berdoa agar mereka berdua diberikan hati yang selalu lapar dan haus akan kebenaran firman Tuhan. Tetapi pada saat hati tersebut benar-benar Tuhan berikan, mereka berdua dan tentunya setiap kita, juga harus mau dan bersedia untuk memberikan waktu kita, untuk kita mau belajar dan memahami isi dari kebenaran firman Tuhan.
Hati yang lapar dan haus akan kebenaran firman Tuhan memang adalah pekerjaan Roh Kudus. Tetapi hal tersebut juga harus disertai tindakan kita yang mau berpaling dengan bersungguh hati pada firman Tuhan, berusaha dengan tekun untuk memahami apa arti dari firman Tuhan.
Sebab selama ini, jangan-jangan bukan Tuhan dan firman-Nya yang salah tetapi kita sendiri yang tidak memahami apa arti dari kebenaran firman-Nya. Kita hanya asal klaim janji Tuhan di dalam firman-Nya, sehingga kita menjadi salah paham dan tidak mengerti apa janji firman Tuhan sebenarnya yang hendak Dia sampaikan, bukan apa yang kita inginkan. Kita tidak mau memahami kebenaran firman Tuhan dengan seutuhnya, semuanya hanya ditangkap di awang-awang kita saja.
“”Sesungguhnya, waktu akan datang,” demikianlah firman Tuhan ALLAH, “Aku akan mengirimkan kelaparan ke negeri ini, bukan kelaparan akan makanan dan bukan kehausan akan air, melainkan (kelaparan) akan mendengarkan firman TUHAN.”” (Amos 8:11).
Dibagikan oleh Bp. Pdt. Betuel Himawan.
Pembaruan Hati Kedua: Memiliki Hati yang Mudah Bertobat.
“Lalu Nehemia, yakni kepala daerah itu, dan imam Ezra, ahli kitab itu, dan orang-orang Lewi yang mengajar orang-orang itu, berkata kepada mereka semuanya: “Hari ini adalah kudus bagi TUHAN Allahmu. Jangan kamu berdukacita dan menangis!“, karena semua orang itu menangis ketika mendengar kalimat-kalimat Taurat itu.” (Nehemia 8:10).
Pada waktu Taurat Tuhan disampaikan Nehemia, orang-orang yang mendengarnya berdukacita dan mereka menangis. Melalui hal ini kita dapat belajar ketika firman Tuhan diberitakan, firman-Nya selalu memberikan standar kebenaran di dalam hidup kita. Bukan menurut standar dan mau kita, tetapi menurut standar dan apa mau firman-Nya.
Dari ayat di atas kita juga dapat belajar bahwa standar kebenaran yang telah dilakukan orang Israel selama ini, tidak berjalan sesuai / selaras dengan standar kebenaran firman Tuhan.
Tetapi Roh Kudus dapat memakai setiap kebenaran firman Tuhan yang sudah disampaikan untuk dapat menginsafkan bangsa Israel, atas dosa-dosa yang sudah mereka lakukan di masa lampau.
Di ayat di atas juga ditulis pada kita bahwa bangsa Israel menangis ketika mendengar Taurat Musa disampaikan, dan tangisan ini bukanlah tangisan karena emosional belaka namun karena pekerjaan Roh Kudus yang menempelak dan menginsafkan hidup mereka dari segala dosa. Sehingga, Roh Kudus juga menolong hidup mereka untuk dapat memiliki Hati yang Mudah Bertobat.
Sebab pembaruan hati baru dapat terjadi ketika kita memiliki hati yang mudah bertobat.
Itulah sebabnya firman Tuhan seharusnya menginsafkan dosa kita sendiri terlebih dahulu, membawa kita pada pertobatan sejati, memberi standar kebenaran mutlak, serta tidak membuat kita hidup dengan cara dan standar kebenaran kita sendiri. Ketika firman Tuhan diberitakan, Tuhan membela firman-Nya. Dia menginsafkan hati kita sendiri supaya hati kita mudah bertobat.
Dibagikan oleh Ibu Siuling Himawan.
Banyak teman dari Pdt. Betuel dan ibu Siuling sering menitipkan pesan tertentu, agar mereka berdua mau menyampaikan khotbah tentang pengampunan pada sesamanya supaya tidak hidup di dalam kebencian, dan menjaga perkataannya dengan baik. Memang ada kalanya hal tersebut boleh-boleh saja dilakukan. Tetapi yang seharusnya menjadi pertanyaan bagi setiap kita adalah,
“Ketika firman Tuhan diberitakan, adakah hal ini membawa pertobatan sejati di dalam diri kita terlebih dahulu?”
Jangan sampai kita selalu menuntut pada sesama,
“Firman Tuhan ini cocok buat dia, bukan untuk aku!”
Padahal saat firman Tuhan diberitakan, Tuhan merindukan agar kita memiliki pertobatan pribadi terlebih dahulu, bukan memiliki mata dan jari yang selalu tertuju dan mencari kesalahan orang lain. Sama seperti bangsa Israel pada saat mendengar Taurat Musa disampaikan Ezra, mereka tidak saling menuding dan mencari kesalahan dari sesamanya. Masing-masing dari mereka justru mau menyadari, bahwa mereka perlu mendatangi Tuhan secara pribadi atas dosa-dosa yang sudah mereka perbuat, dan mereka juga perlu untuk bertobat secara pribadi.
Dibagikan oleh Bp. Pdt. Betuel Himawan.
Ketika hati dan hidup kita diinsafkan dari segala dosa, Roh Kudus yang menuntun hidup kita pada pertobatan. Tetapi pada saat kita menegur dan menyatakan kesalahan seseorang, sering kali hal itu justru berakhir dengan membuat orang itu jadi memiliki rasa bersalah berkepanjangan.
Maksud hati kita pada mulanya memang untuk menasihati, tetapi terkadang kita ini kebablasan dan berubah jadi menghakimi sesama. Sehingga pada akhirnya seseorang tidak lagi disadarkan dan berbalik dari dosanya karena nasihat kita, tetapi justru hidup mereka berakhir menjadi terkurung dalam rasa bersalah berkepanjangan, dan mereka merasa tidak layak dalam menjalani hidup ini.
Seseorang itu bisa jadi selama ini sudah merasa cukup tersiksa dengan segala kesalahan yang sudah dilakukannya, jangan ditambahi dengan amarah dan juga omelan dari kita. Berhati-hatilah, terkadang apa yang kita pikir benar itu belum tentu benar, malahan justru dapat membuat seseorang semakin bertambah jauh dari Tuhan.
“Lalu berkatalah ia kepada mereka: “Pergilah kamu, makanlah sedap-sedapan dan minumlah minuman manis dan kirimlah sebagian kepada mereka yang tidak sedia apa-apa, karena hari ini adalah kudus bagi Tuhan kita! Jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita karena TUHAN itulah perlindunganmu!” Juga orang-orang Lewi menyuruh semua orang itu supaya diam dengan kata-kata: “Tenanglah! Hari ini adalah kudus. Jangan kamu bersusah hati!” (Nehemia 8:11).
Nehemia bersukacita karena umat Tuhan telah insaf dari segala dosa, berbalik pada Tuhan dengan sepenuh hati, dan ada pertobatan pribadi setelah mendengar Taurat Musa disampaikan. Tetapi Nehemia juga harus mengatakan “cukup” atas segala tindakan bangsa Israel, karena dituliskan pada saat itu semua orang sedang menangis dan berdukacita ketika mendengar kalimat-kalimat Taurat disampaikan Ezra (ayat 10).
Nehemia mengarahkan umat untuk tidak tinggal terlalu lama di dalam ratapan atas berbagai dosa yang sudah diperbuat di masa lampau.
Memang mereka harus menyadari, bahwa mereka sudah berbuat berdosa. Tetapi mereka juga harus menyadari bahwa Tuhan itu tetap setia dan memegang sejarah perjalanan hidup mereka. Tuhan selalu memberi kesempatan bagi mereka untuk kembali, dan membuka jalan untuk diselamatkan dan diperbarui hatinya.
Kesadaran atas dosa seharusnya disertai dengan kesadaran kita yang membutuhkan anugerah Tuhan, dan membangkitkan sukacita di dalam hati.
Hal ini juga bisa menjadi prinsip parenting / menjadi orang tua dalam mendidik anak-anak. Sering kali kita hanya mengejar dan menyatakan kesalahan yang sudah diperbuat anak, tetapi kita tidak mau menarik hati mereka agar dapat datang pada kasih karunia-Nya.
Yang namanya dosa tetap adalah dosa, dan dosa harus dinyatakan dan diurusi. Tetapi jangan pernah lupakan ada kasih karunia Tuhan yang juga harus dinyatakan. Kalau kedua hal ini dapat berjalan dengan seimbang, maka nantinya dapat membangkitkan sukacita di dalam hati kita.
Pembaruan Hati Ketiga: Memiliki Hati yang Penuh dengan Sukacita.
“Jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita karena TUHAN itulah perlindunganmu!” (Nehemia 8:11b).
Sadarilah bahwa Tuhan masih terus memberi dan mengerjakan kasih karunia di dalam hidup anak-anakNya. Setiap dari kita yang sudah menjauh dari Tuhan, yang mengisi hati dengan apa yang berasal dari dalam dunia ini.. ketika kita mau bertobat, dikatakan bahwa Tuhan mau mengampuni dosa dan terus memberikan pada kita jalan untuk dapat kembali pada-Nya. Hal ini yang nantinya menjadi perlindungan dari Tuhan, bagi hidup kita.
“Do not grieve, for the joy of the LORD is your strength.” (Nehemiah 8:10, New International Version / NIV).
Di dalam versi NIV dikatakan bahwa for the joy of the LORD is your strength / sukacita dari Tuhan itu yang menjadi kekuatan di dalam hidup kita. Tetapi kita baru bisa membawa sukacita di dalam hidup orang lain, bila sukacita dari Tuhan itu memenuhi hidup kita terlebih dahulu. Sebab,
“Ketika firman Tuhan diberitakan, maka firman itu dapat menjadi firman yang memerdekakan dan membawa sukacita di dalam hidup. Ketika seseorang itu semakin baik dan dalam memahami kebenaran firman-Nya, maka semakin besar pula penghiburan dari-Nya akan kita dapatkan.”
Dibagikan oleh Ibu Siuling Himawan.
“Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.”” (Yohanes 8:31-32).
Di ayat di atas, Tuhan Yesus sedang berbicara pada orang-orang yang percaya kepada-Nya, bukan yang menolak-Nya. Apa artinya? Kita menjadi seorang percaya pada Yesus itu satu hal, tetapi keputusan untuk tetap tinggal di dalam firman dan mau melakukan firman-Nya adalah hal lain.
Ada banyak orang yang mengaku percaya pada Yesus yang hebat dan ajaib, tetapi tidak banyak yang mau tinggal di dalam firman-Nya. Tidak banyak orang yang mau membaca, merenungkan, dan melakukan firman Tuhan di dalam hidupnya.
Tuhan Yesus juga mengatakan di ayat di atas, kalau kita tetap tinggal di dalam firman-Nya, maka kita akan mengetahui kebenaran sejati. Melalui apa? Melalui membaca firman-Nya / Alkitab, sehingga kebenaran itu dapat memerdekakan kita.
Seorang teolog dari Swiss yang bernama Ulrich Zwingli berusaha menerjemahkan Yohanes 8:31-32 dengan perkataannya sendiri,
“The truth has a joyful face. Kebenaran itu berwajahkan sukacita.”
Apa artinya?
Seseorang yang hidupnya sedang berada di dalam penjara, tidak ada yang dapat mengalami sukacita. Tetapi pada saat dirinya mendapatkan vonis bebas dan bisa keluar dari penjara, maka dirinya mendapat kebebasan / kemerdekaan. Wajahnya tidak lagi murung, tetapi berubah menjadi wajah yang penuh dengan sukacita. Dia tahu bahwa keadaan di dalam penjara itu sangat tidak enak dan tidak menyenangkan, tetapi dia juga tahu bagaimana keadaan hidup di luar penjara itu sungguh sangat memerdekakan, dan membuat hidupnya penuh dengan sukacita.
Seperti inilah hidup kita bila tidak mengetahui kebenaran, kita disamakan seperti seseorang yang hidupnya berada di dalam penjara. Makanya tidak heran, banyak orang Kristen wajahnya selalu murung dan tidak ada sukacita. Apakah mungkin karena hidupnya tidak memiliki firman yang selama ini telah didengar, tetapi tidak pernah dilakukan? Sehingga pada akhirnya firman Tuhan tersebut tidak dapat dipahami dan tidak dapat memerdekakan hidupnya?
Ibadah yang diadakan Nehemia bukanlah ibadah perayaan biasa, tetapi ibadah yang dipenuhi orang-orang yang bersukacita. Bukan karena mereka memakan sedap-sedapan, tetapi karena ada firman yang sudah dimengerti dan dipahami, dan firman tersebut telah memerdekakan hidup mereka.
Inilah yang seharusnya terjadi dalam perayaan di setiap ibadah yang diadakan, di dalam gereja kita. Banyak jemaat yang haus dan lapar akan kebenaran firman Tuhan, hidupnya tidak menjauh dari pertobatan karena firman Tuhan yang diberitakan, serta hidupnya juga tidak berhenti hanya sampai di tahap pertobatan saja.. tetapi firman Tuhan yang didengar membawa sukacita di dalam hidupnya.
Anugerah Tuhan: Seorang Perempuan.
Sebagai seorang ibu yang diberi Tuhan talenta ekstra di dalam berbicara, ada penelitian yang baru dibaca Ibu Siuling mengenai otak perempuan.
“Seorang perempuan bisa mengingat segala sesuatu dengan detail, yang sering kali sudah dilupakan oleh laki-laki. Hal ini dikarenakan ada bagian otak yang bernama corpus callosum yang relatif lebih lebar pada perempuan, dan berpengaruh pada kemampuan analisis dan ingatannya.
Ditambah pula dengan adanya horman estrogen yang mampu mempengaruhi sistem di otak, yang terkait dengan ingatan dan emosi. Sehingga hal ini dapat memperkuat perempuan di dalam ingatan.”
Sehingga ada sebuah kesimpulan bahwa perempuan ini adalah seorang “ahli sejarah.”
Ibu Siuling dapat mengingat apa saja yang sudah dilakukan suami dan anak-anaknya, bahkan hal tersebut sudah terjadi 10 tahun yang lalu. Memang seorang perempuan diciptakan Tuhan untuk dapat mengingat secara detail, sebab mereka adalah caregiver / seorang yang melakukan pendampingan pada seseorang yang tidak mampu merawat dirinya sendiri, baik sebagian atau keseluruhan karena keterbatasan fisik ataupun mental.. dan juga problem solver di dalam keluarga / kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menemukan penyebab sebuah hambatan / masalah, untuk mencapai tujuan dan menemukan solusi untuk menyelesaikan serta mendapatkan jalan keluar.
Tetapi perbedaan yang dimiliki laki-laki dan perempuan bukanlah sebuah kompetisi, melainkan dua hal yang menjadi indah bila digabungkan.
Dan yang menjadi tantangannya bagi beberapa perempuan adalah sering kali mereka menjadi “ahli sejarah” yang menyimpan dan terus mengulang serta memperkatakan setiap kesalahan yang pernah dilakukan orang-orang di sekitarnya. Tetapi marilah menjadi seorang perempuan “ahli sejarah” yang mencintai firman Tuhan, terus menyampaikan kisah dan karya keselamatan yang sudah dikerjakan Tuhan Yesus, di mana Dia sudah memberikan dampak yang luar biasa di dalam perjalanan sejarah yang tak ternilai, di kehidupan umat manusia.
Hal inilah yang seharusnya kita ceritakan berulang kali pada anggota keluarga kita, dibanding kita yang terus menceritakan segala dosa dan kesalahan yang mereka perbuat di masa lampau. Lebih baik kita menceritakan betapa besar dan betapa baik kasih dan perbuatan Allah yang terjadi di masa lalu, tetapi Dia juga masih setia mengerjakannya di masa kini, dan juga di masa yang akan datang.
Pdt. Betuel dan Ibu Siuling memiliki sebuah kebiasaan yang dimulai dari semenjak awal mula pernikahan mereka yakni mendekati bulan Desember, mereka mulai menulis segala kebaikan Tuhan yang sudah dialami di sepanjang tahun. Memasuki bulan Desember di tahun 2024 ini, Ibu Siuling kembali mengajak dan mengajar anak-anaknya untuk menulis berbagai kebaikan Tuhan yang mereka alami, di sepanjang tahun ini.
Semuanya ini bertujuan agar anak-anak terus mengingat segala kebaikan Tuhan, betapa Dia sudah berbuat baik, bahkan apa yang tidak pernah kita pikirkan sebelumnya, semuanya itu adalah kebaikan yang terus dikerjakan Tuhan di dalam hidup kita. Hanya saja selama ini kita yang tidak peka dan tidak mau menyadarinya.
Biarlah bangkit ibu-ibu yang mencintai firman-Nya dan mau mengajar segala firman yang sudah dipahaminya kepada anak-anak mereka, dan juga bagi sesama. Kebenaran firman Tuhan tidak lagi menjadi dongeng belaka, tetapi menjadi Kehidupan yang dapat menguatkan diri kita dan juga anak-anak pada hari ini, dan di masa pyang akan datang dapat memerdekakan hidup kita.
Dibagikan oleh Bp. Pdt. Betuel Himawan.
Bila firman Tuhan itu sudah memerdekakan hidup kita, maka banyak pria dan ayah yang wajahnya sekarang berubah menjadi penuh sukacita. Banyak perempuan dan istri yang wajahnya sudah tidak murung lagi, karena ada sukacita Tuhan yang telah memenuhi hatinya. Inilah pembaruan hati yang disingkapkan Nehemia pada saat ibadah raya bersejarah, yang ditulis di pasal 8.
Biarlah gereja MDC dikenal sebagai gereja yang memiliki rasa lapar dan haus akan kebenaran firman Tuhan, tidak peduli berapapun level usia yang kita miliki. Melalui pekerjaan Roh Kudus, firman Tuhan juga menuntun dan menginsafkan diri kita dari segala dosa. Kita menjadi seseorang yang mudah bertobat, serta tidak lagi memiliki kebiasaan untuk menunjuk dan mencari kesalahan dari sesama. Hidup kita juga terus diselaraskan dan dimampukan agar seturut dengan kehendak Tuhan di dalam kebenaran firman-Nya / Alkitab.
Biarlah setiap firman Tuhan yang sudah kita dengarkan itu dapat memerdekakan dan menguatkan hidup kita. Setiap kita dipenuhi sukacita Tuhan, yang nantinya berubah menjadi kekuatan dan perlindungan dalam hidup kita.
Semua pembaruan hati ini bisa kita rindukan agar dapat terjadi sepenuhnya di dalam hidup. Dan satu hal yang pasti, ini semua hanyalah pekerjaan Roh Kudus yang mengubahkan hidup kita.
“Dan Engkau memberikan kepada mereka Roh-Mu yang baik untuk mengajar mereka. Juga manna-Mu tidak Kautahan dari mulut mereka dan Engkau memberikan air kepada mereka untuk melepaskan dahaga.” (Nehemia 9:20).
Roh Kudus yang terus mengerjakan,
Firman Tuhan (manna) yang terus melimpah dan mengenyangkan hidup kita, Sukacita Ilahi (air) yang memenuhi dan memuaskan hidup kita, dan Roh Kudus sendiri yang akan terus mengajar kita hikmat-Nya sehingga hidup kita akan selalu dimampukan untuk dapat menjadi berkat bagi orang-orang yang ada di sekeliling kita.
Dunia membutuhkan orang-orang yang dapat bersukacita di dalam segala keadaan, karena pada hari-hari ini dunia sedang penuh dengan segala berita buruk, dan juga berita yang membuat hati kita menjadi takut dan gentar.
Di berbagai media sosial mungkin kita sering mendengar bahwa tahun depan (2025) bisa jadi tidak lebih baik dari apa yang sudah terjadi di tahun ini. Tidak ada seorangpun yang tahu.
Tetapi bila hal tersebut memang benar terjadi, teruslah hidup dan tetap menjadi kuat di dalam kebenaran firman Tuhan. Biarlah Roh Kudus yang terus mengerjakan firman tersebut, yang nantinya dapat memerdekakan hidup kita. Bersama dengan-Nya, kita akan selalu dimampukan untuk dapat tetap kuat dan bersukacita, di dalam menghadapi apa pun yang diizinkan-Nya terjadi.
Izinkan Roh Kudus selalu bekerja di dalam hidup kita. Dia selalu ada, tidak akan pernah meninggalkan kehidupan anak-anakNya, dan Dia terus berkarya untuk menguatkan hidup kita. Terus membarui hati dan hidup kita, sehingga kita dapat memiliki hati yang penuh dengan sukacita.
Amin. Tuhan Yesus memberkati..
Comentarios