Catatan Khotbah: “Generasi Saleh.” Ditulis ulang dari sharing khotbah Bp. Pdt. Betuel Himawan dan Ibu Siu Ling di Ibadah MDC Graha Pemulihan, pada Tgl. 4 Februari 2024.
Hari-hari ini generasi kita dilabeli dengan banyak macam nama. Tetapi apa pun label namanya, di dalam Mikha 7 dijelaskan pada kita hanya ada dua jenis generasi yakni,
Generasi yang Saleh (setia pada Tuhan), dan Generasi yang Tidak Saleh (jahat di mata Tuhan).
Kemerosotan Akhlak Israel.
“Orang saleh (setia kepada Tuhan, BIMK) SUDAH HILANG dari negeri, dan tiada lagi orang jujur di antara manusia. Mereka semuanya mengincar darah, yang seorang mencoba menangkap yang lain dengan jaring.” (Mikha 7:2).
“Janganlah percaya kepada teman, janganlah mengandalkan diri kepada kawan! Jagalah pintu mulutmu terhadap perempuan yang berbaring di pangkuanmu! (berhati-hatilah dengan kata-katamu sekalipun yang mendengarnya adalah istrimu sendiri, BIMK).” (ayat 5).
“Sebab anak laki-laki menghina ayahnya, anak perempuan bangkit melawan ibunya, menantu perempuan melawan ibu mertuanya; musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya.” (ayat 6).
Di ayat di atas diceritakan tentang “Kemerosotan Akhlak Israel” yakni,
Kesetiaan pada Tuhan menghilang, adanya ketidakpercayaan antara suami dan istri, anak laki-laki bangkit melawan ayahnya, anak perempuan bangkit melawan ibunya, menantu perempuan berpihak pada anak perempuan melawan ibu (mertua)nya. Musuh seseorang adalah orang-orang seisi rumahnya.
Selain itu, cerita tentang anak-anak yang memberontak melawan orang tua mereka tidak hanya terjadi di zaman kini saja, tetapi hal ini sudah terjadi sejak di zaman Mikha.
Bagaimana dengan keadaan keluarga kita hari-hari ini? Kalau semuanya berjalan dengan baik-baik saja, puji Tuhan. Tetapi keadaan sekitar yang sedang kita hidupi sedang tidak baik-baik saja. Kita banyak menemukan pertengkaran keluarga sudah dianggap hal yang biasa terjadi, aib banyak diumbar di berbagai media sosial yang ada.
Pengharapan Baru bagi Sion.
Di balik keputusasaan melihat apa yang dilakukan bangsanya, Mikha berkata,
“Tetapi aku ini akan menunggu-nunggu TUHAN, akan mengharapkan Allah yang menyelamatkan aku; Allahku akan mendengarkan aku!” (ayat 7).
Mikha menunggu-nunggu dan berharap hanya kepada TUHAN. Dirinya sadar bahwa generasi bangsanya yang tidak saleh dan telah berbuat jahat di mata Tuhan ini perlu bertobat. Generasi yang terikat dosa ini perlu dilepaskan dan diampuni dosa-dosanya. Kalau hukuman Tuhan jatuh atas bangsa yang telah berbuat jahat ini, mereka pasti akan binasa, dan mereka perlu untuk dengan segera diselamatkan.
Dosa telah memisahkan hubungan kita dengan Tuhan, dan tidak ada yang namanya keluarga ideal karena dosa sudah menghancurkan setiap keluarga. Setiap permasalahan yang terjadi di dalam keluarga, akar permasalahannya adalah dosa (Kejadian 3). Keluarga kita membutuhkan pertolongan dari Sang Juruselamat.
Dan inilah yang ditunggu-tunggu dalam doanya Mikha, agar Allah mendengar permohonan doanya dan menyelamatkan generasi (bangsa)nya. Bahkan di dalam kedaulatan Allah, Mikha menubuatkan kelahiran Sang Juruselamat dunia, dan juga keluarga kita,
“Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.” (5:2).
Dan ayat di atas adalah ayat sama yang menuntun orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem untuk menyembah Yesus,
“Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem dan bertanya-tanya: “Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia.” Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem. Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan. Mereka berkata kepadanya: “Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi: Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel.”” (Matius 2:1-6).
Generasi ini membutuhkan Tuhan Yesus sebagai Sang Juruselamat, bukan google dan internet cepat, dan berbagai hal yang berasal dari dalam dunia ini. Penyelesaian dosa, pengampunan, dan jalan keselamatan hanya terletak di dalam SALIB KRISTUS, bukan dari dalam dunia ini.
Jika kita ingin membangun generasi yang saleh maka keluarga harus menjadi tempat di mana,
Pertama. Injil Yesus Kristus diberitakan (setiap dosa diurus dan tidak diabaikan, pertobatan dikejar, pengampunan didemonstrasikan di dalam kehidupan setiap anggota keluarga).
Tak sedikit orang tua yang menyerah ketika menghadapi beratnya pergumulan yang sedang dihadapi anak-anaknya, dan menyerahkan begitu saja pada pihak sekolah, gereja, dan mereka hanya berdiam sendiri saja. Tetapi ini adalah panggilan kita sebagai sebuah keluarga.
Dengan meminta hikmat dan pertolongan Roh Kudus, setiap dosa tidak boleh diabaikan begitu saja, pertobatan harus dikejar, dan pengampunan dapat didemonstrasikan di dalam rumah. Dan kata “pengampunan” ini tidak hanya menghakimi dengan perkataan pada anak-anak,
“Kamu kok seperti ini? Tidak seperti yang dilakukan papa dan mama dahulu? Kamu kok terus melakukan dosa ini berulang-ulang? Jadi ini sifat dan jati dirimu, melakukan kesalahan ini sama seperti waktu yang lalu?”
Ketika kita membiarkan anak-anak marah dan hal ini tidak dengan segera diselesaikan, maka sama saja dengan kita sedang membiarkan bibit kebencian itu bertumbuh subur di dalam hidup anak-anak kita. Dosanya dibiarkan dan tidak diurus. Selain itu jangan pernah lupakan bahwa,
Every moment is God moment.
Di setiap kesempatan adalah kesempatan bagi kita untuk dapat berbagi tentang Allah dan firman-Nya, serta merupakan momen untuk menuntun pada pertobatan pribadi dan pengampunan dosa. Karena itu janganlah terburu-buru menjadi marah, ketika apa yang kita harapkan tidak terjadi. Mungkin kita berharap semua anggota keluarga dapat bersikap baik sama kita, tetapi nyatanya tidak.
Bersabarlah. Tunggu dan berilah Dia ruang, di setiap momen itu masih ada Allah yang bekerja.
Biarlah di dalam keluarga kita juga dapat meneladankan sikap yang mudah bertobat dari setiap dosa dan kesalahan, menjadi contoh pertobatan dikejar, serta pengampunan mudah didemonstrasikan melalui hidup kita.
Kedua. Pengenalan akan Allah melalui cinta firman-Nya / Alkitab dan juga keluarga rohani / gereja-Nya terus diajar dan diteladankan.
“Siapakah Allah seperti Engkau yang mengampuni dosa, dan yang memaafkan pelanggaran dari sisa-sisa milik-Nya sendiri; yang tidak bertahan dalam murka-Nya untuk seterusnya, melainkan berkenan kepada kasih setia? Biarlah Ia kembali menyayangi kita, menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut.
Kiranya Engkau menunjukkan setia-Mu kepada Yakub dan kasih-Mu kepada Abraham seperti yang telah Kaujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang kami sejak zaman purbakala!” (Mikha 7:18-20).
Orang-orang yang setia dituliskan sudah tidak ada lagi di dalam negeri tersebut (7:2-6), sehingga semua dianggap jahat sama Tuhan. Tetapi di ayat di atas dikatakan bahwa Tuhan itu mau mengampuni segala dosa milik-Nya. Di tengah bangsa yang mengalami kemerosotan akhlak dan kebangkrutan secara rohani, kita mendapatkan model bahwa Mikha adalah seseorang yang mengenal siapa Allah yang dirinya sembah selama ini.
Seorang yang saleh selalu dimulai dengan pengenalan akan Allah.
Melalui keteladanan Mikha, tolonglah anak-anak kita agar dapat mengenal Pribadi Allah dengan meneladani dan mengajar mereka untuk terus mencintai,
Pertama. Firman Allah / Alkitab di mana di dalamnya dinyatakan lengkap dan final akan siapa Pribadi Allah, bagaimana karakter, isi hati-Nya, perintah, dan juga setiap janji-Nya.
Anak-anak hanya dapat mengenal siapa Pribadi Allah, melalui perjalanan hidup mereka pribadi ketika bergumul dengan firman-Nya.
Kedua. Keluarga rohani / keluarga Allah / gereja-Nya. Pekerjaan dan rencana Allah masih dikerjakan-Nya melalui gereja-Nya.
Saat kita membawa anak-anak untuk mau mencintai dan terlibat di dalam gereja-Nya, maka hal ini sama saja dengan kita sedang membawa anak-anak untuk berjalan masuk ke dalam rencana Allah, bagi kehidupan mereka secara pribadi.
Sebagai orang tua, kita begitu sungguh mencari sekolah yang terbaik bagi anak-anak, menyiapkan bekal, kebutuhan, dan mereka harus mendapatkan yang terbaik. Tetapi sebagai orang tua, apakah kita juga sudah bersungguh hati dalam menolong anak-anak kita untuk mengenal Allah? Apakah kita menyadari bahwa semua usaha yang sudah kita perbuat ini hanya terbatas berguna selama berada di dalam dunia ini namun, usaha mengenalkan Allah pada anak-anak kita berdampak sampai menuju kekekalan?
Apakah pengenalan akan Allah telah menjadi agenda terbaik yang sudah kita prioritaskan bagi anak-anak dan keluarga terkasih kita?
Kita sibuk menyiapkan makanan bergizi bagi anak-anak dan menyediakan semua kebutuhan terbaik mereka.. tetapi kita sendiri kehilangan waktu untuk membaca Alkitab dan mengajak anak-anak untuk melakukan hal sama seperti yang kita perbuat. Kita mengusahakan hidup terbaik bagi mereka, namun jangan sampai kita kehilangan waktu untuk mendekatkan pada Pedoman Hidup yang terbaik yakni, Tuhan Yesus dan firman-Nya.
Selain itu, kita juga suka membawa anak-anak berlibur untuk menyenangkan hati mereka. Walaupun hal tersebut tidaklah salah, tetapi jangan sampai kita abai untuk mengajak mereka beribadah di gereja. Sebab bila tidak, bagaimana caranya mereka bisa mencintai gereja-Nya, yang merupakan keluarga rohani mereka?
Bagaimana kita menghargai Allah, hal itulah yang nantinya akan tercermin dalam hidup anak-anak. Nilai-nilai apa yang kita pegang, itulah nantinya yang juga akan dipegang anak-anak.
Kita dan anak-anak dapat mengenal Allah secara tulus, melalui pergumulan kita dengan firman Tuhan yang dibangun di setiap harinya. Itulah sebabnya mendengar khotbah di gereja pada hari Minggu saja tidaklah cukup. Gunakan setiap momen dan kesempatan untuk mengajar anak-anak karib dengan Tuhan di dalam doa dan pembacaan firman-Nya. Karena hal ini adalah Pedoman Hidup terbaik bagi mereka.
Semua berkat yang Tuhan berikan juga harus menjadi produktif dan maksimal bagi kemuliaan nama-Nya. Selain itu, tidak mungkin kita dapat melihat anak-anak setia melayani bila kita tidak pernah menabur benih di dalam hidup mereka untuk mencintai Tuhan dan melayani-Nya.
Itulah sebabnya mengapa banyak anak muda yang meninggalkan gereja pada hari-hari ini, karena tak sedikit dari antara orang tua yang tidak meneladankan untuk mencintai firman-Nya dan juga mencintai gereja-Nya.
Ketiga. Sang Terang dan Kasih Karunia Allah dapat dialami nyata dalam hidup setiap anggota keluarga.
“Janganlah bersukacita atas aku, hai musuhku! Sekalipun aku jatuh, aku akan bangun pula, sekalipun aku duduk dalam gelap, TUHAN akan menjadi terangku.” (Mikha 7:8).
Generasi yang tidak saleh bisa jadi karena ada ancaman dari Iblis, karena sepanjang hidup kita berisikan peperangan rohani. Mikha sedih melihat kelakuan bangsanya, tetapi dirinya tidak berputus asa, tidak duduk terus-menerus dalam kesedihan, tidak tenggelam dalam perasaan bersalah.
Di ayat di atas dikatakan bahwa dia akan terus bangun dan bangkit, dan TUHAN yang akan menjadi terang dan sumber kekuatannya.
Bagaimana dengan keadaan kita?
Apakah kita sedang berada di dalam keadaan yang merasa gagal mengajar anak-anak karena mereka terus memberontak dan melawan, apa yang kita perjuangkan selama ini seolah tidak ada artinya? Bagaimanapun juga, teruslah bangun dan datang hanya pada Sang Terang sejati yakni, Tuhan Yesus. Kasih karunia dari-Nya yang akan selalu membantu dan memampukan setiap kita untuk dapat menjadi orang tua yang benar, dan yang dapat mendidik anak-anak kita untuk hidup benar di hadapan-Nya.
Melalui keputusan yang diambil Mikha, kita dapat belajar bahwa kasih karunia-Nya selalu tersedia untuk menjaga hidup kita tetap setia mengiring-Nya, hingga di garis akhir kehidupan. Sekalipun kita pada hari-hari ini mungkin dalam keadaan terpuruk, merasa gagal, dan tidak dapat bangkit kembali.. teruslah bangun dan datang pada Sumber Terang.
Firman-Nya berkata,
“Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.” (1 Petrus 2:9).
Mungkin keadaan diizinkan tidak semakin membaik, dan justru semakin banyak kesalahpahaman yang terjadi. Tetapi hari ini bangunlah, jangan hanya berdiam diri dalam masalah tersebut, dan tenggelam dalam perasaan bersalah. Datanglah pada Tuhan Yesus, Sang Terang sejati. Oleh kasih karunia-Nya, Dia akan memulihkan hidup kita, dan juga memulihkan relasi kita dengan sesama.
“Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.” (Yesaya 53:5).
Bilur-bilurNya tidak hanya menyembuhkan sakit-penyakit kita saja, tetapi juga memulihkan jiwa yang remuk dan rusak. Jiwa yang hancur, oleh bilur Tuhan Yesus dapat disembuhkan. Kasih karunia-Nya yang akan memampukan hidup kita untuk dapat mengalami kesembuhan.
Berbagai kegagalan kita dapat diubah-Nya menjadi kemenangan, sehingga kita tidak lagi dikejar oleh perasaan bersalah yang terus menghantui.
Amin. Tuhan Yesus memberkati..
Comments