top of page

Betuel Himawan - Janganlah Khawatir

Catatan Khotbah: “Janganlah Khawatir.” Ditulis kembali dari sharing khotbah Bp. Pdt. Betuel Himawan di Ibadah Minggu di MDC Putat Surabaya, pada Tgl. 13 November 2023..



“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6).

Ayat di atas ditulis dalam keadaan yang sangat tidak mudah, saat itu Paulus sedang menanti keputusan pengadilan akan dirinya di dalam pengapnya dinding penjara. Di waktu tersebut, dia sudah dapat mencium bau kematiannya yang datang semakin mendekat. Selama ini dirinya telah beribu-ribu kilometer berjalan kaki untuk menginjil dan merintis penggembalaan, menulis banyak surat penggembalaan yang diilhami dan diterangi Allah Roh Kudus, dan tulisannya menguasai hampir sebagian besar dari Perjanjian Baru (PB) di dalam Alkitab.


Dalam situasi yang serba terbatas dan sudah tidak bisa ke mana-mana lagi, Paulus menuliskan ayat di atas. Selama ini Paulus telah setia melayani Tuhan hampir memakan kurun waktu tiga puluh tahun lebih lamanya, dan sekarang dirinya dalam kondisi tak berdaya.


Hari-hari ini kalau kita mengatakan kuatir, maka kita akan di-cap sebagai seseorang yang memiliki hidup yang kurang beriman. Padahal “rasa kuatir” sendiri bisa jadi adalah hal yang masuk di akal, karena secara manusia, kita masih bisa mengalami kekuatiran di dalam hidup ini.


Gereja di Filipi pada saat itu juga mengalami kekhawatiran. Mereka tahu Yesus berkata,


“..dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.” (Matius 16:18).

Tetapi pada saat itu mereka mengalami tekanan dari luar (Filipi 1:27-30), dan juga ada konflik di dalam internal (2:3-4, 4:2-3). Ditambah lagi adanya berbagai penganiayaan, sehingga gereja menjadi khawatir dan berpikir apakah mereka dapat survive / bertahan di masa depan?


Kekhawatiran adalah sesuatu yang normal, dan semua orang bisa mengalaminya. Karena itu Tuhan Yesus di dalam pembahasan khotbah di atas bukit membagikan topik khawatir ini ada sepuluh ayat (Matius 6:25-34), yang lebih banyak dibahas dibanding dengan topik pembunuhan (ayat 21-22), rekonsiliasi (ayat 23-26), perzinahan (ayat 27-30), perceraian (ayat 31-32), sumpah (ayat 33-37), mengasihi (ayat 43-48), memberi (6:1-4), puasa (ayat 16-18), uang (ayat 19-24), dan menghakimi (7:1-5).


Di wajah setiap orang yang mendengar dan di mata murid-muridNya, Tuhan Yesus bisa melihat adanya kekhawatiran. Dan karena itu wajar bila Dia membahasnya panjang lebar. Tetapi tetap Dia berkata jangan khawatir, sama seperti yang diperkatakan Paulus di dalam Filipi.


Perhatian = Khawatir.


Mungkin kita berkata bahwa kita tidak memiliki kekhawatiran karena kita merasa semua sedang berjalan dengan baik-baik saja, dan sesuai dengan tempatnya masing-masing. Tetapi kata “khawatir” yang ditulis Paulus di dalam Filipi 4:6 menggunakan kata yang sama dengan kata “memperhatikan” di ayat berikut,


“Karena tak ada seorang padaku, yang sehati dan sepikir dengan dia dan yang begitu bersungguh-sungguh memperhatikan kepentinganmu;” (Filipi 2:20).

Paulus menulis surat pada Timotius yang begitu perhatian dan hafal semua nama dari jemaatnya. Dan melalui hal ini, Paulus juga memperingatkan bahwa kekhawatiran tidak harus dimulai dari apa yang jahat dan menginginkan milik dari orang lain saja.. tetapi ketika kita memperhatikan sesuatu secara berlebihan, dan hal itu membangkitkan rasa khawatir di dalam hidup kita.


Kekhawatiran bisa juga bermula dari perhatian pada diri kita yang ingin check-up kesehatan, yang ingin tahu seberapa besar nilai dari kolesterol, asam urat, dan teman-temannya. Walau tidak salah, dan kita juga harus rajin melakukannya.. tetapi bila tidak berhati-hati, bermula dari hanya perhatian yang sederhana, bisa berubah menjadi kekhawatiran dan bahkan ketakutan secara berlebihan.


Kekhawatiran bisa bermula dari perhatian, bentuk sayang, dan juga sikap peduli kita yang terlalu berlebihan. Sekali lagi yang dipermasalahkan di sini bukanlah soal boleh / tidak boleh kita perhatian pada seseorang yang kita sayangi. Tetapi jangan sampai perhatian kita itu secara berlebih dan pada akhirnya berubah menjadi khawatir. Setiap dari kita pasti memiliki potensi untuk khawatir akan hal apa pun.


Hal apa sajakah yang sedang menjadi perhatian / concern kita di hari-hari ini, yang mulai berubah menjadi kekhawatiran?


Rumus Obat Khawatir.


Jemaat di Filipi juga mengalaminya. Mereka khawatir mengenai bagaimana perkembangan gerejanya di masa depan. Itulah sebabnya Paulus “merumuskan obatnya” di dalam Filipi 4:6,


“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.”

“Rumus obat” dari kekhawatiran adalah doa. Bila di dalam Matius 6:25-34 Tuhan Yesus membagikan topik ini sebanyak sepuluh ayat, maka Dia membagikan topik tentang doa sebanyak enam belas ayat (6:5-15, 7:7-11) untuk menunjukkan betapa pentingnya untuk tetap membangun kehidupan doa, bahkan ketika kita sedang mengalami kekhawatiran. Seseorang yang hatinya berpaut pada Tuhan dan suka untuk berdoa, maka dirinya tidak akan dengan mudahnya dikuasai kekhawatiran dan mau menyerahkan apa yang menjadi beban pergumulan dalam hidupnya, kepada-Nya.


Sering kali kita khawatir, karena kurang berdoa. Karena itu alih-alih hidup kita dikuasai kekhawatiran, pilihlah untuk selalu berdoa.


Pertama. Doa adalah hak untuk meminta segala hal yang kita ingini.


“.. nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa..”

Pesan ini ditulis di akhir kehidupan dari Paulus yang ingin mengajar bahwa kita tidak usah menjadi terlalu bingung apakah doa yang kita naikkan itu benar atau tidak. Yang terpenting adalah “segala hal keinginan” kita itu boleh saja dinyatakan di dalam doa. Sebab,


Tak ada permohonan yang terlalu besar bagi Raja di atas segala raja, juga tak ada permohonan yang terlalu remeh bagi Bapa yang penuh kasih dan juga perhatian bagi kita anak-anakNya.


Kita memiliki hak untuk memanjatkan setiap permohonan doa kepada-Nya. Mau besar, mau remeh.. kita bisa menaikkannya pada Bapa yang penuh dengan kasih dan juga perhatian. Mungkin kita sedang melalui masa-masa sulit yang tidak ada jawaban-Nya, tetapi kita masih bisa meminta hikmat dan kekuatan dari-Nya. Dia terlalu sanggup untuk menyelesaikan berbagai perkara yang selama ini kita anggap mustahil.


Kedua. Doa harus dibungkus dengan ucapan syukur dan pujian.


“.. dan permohonan dengan ucapan syukur.”

Bagaimana kita dapat menyapa Tuhan dan sesama yang begitu memperhatikan dan sudah menolong hidup kita, tanpa mengungkapkan kata-kata pujian kepada-Nya dan sesama?


Pada waktu kita bisa mengucap syukur sambil menaikkan berbagai permohonan doa dan pujian kepada-Nya, kita sama saja dengan memandang bahwa setiap hal yang terjadi di dalam hidup kita hingga saat ini.. masih ada keseluruhan dan keberadaan Tuhan. Masih ada campur tangan Tuhan dan rencana terbaik-Nya yang terus terjadi di dalam hidup kita. Kapan terakhir kali kita mengucap syukur dan memuji Tuhan? Kapan terakhir kali kita memuji pasangan kita, memuji anak-anak kita, dan juga sesama?


Kalau kita melihat kata “anxiety”, maka huruf yang terletak di tengah kata tersebut adalah “I”. Apa artinya? Penyebab utama dari rasa kuatir adalah kita terlalu berfokus mengasihani diri sendiri, dan mengandalkan kekuatan kita sendiri.


Oleh karena itu obat yang bagus untuk anxiety / gelisah berlebihan adalah mengucap syukur pada Tuhan. Mengubah orientasi di dalam hidup kita dengan boleh saja kita memperhatikan orang-orang yang kita sayangi, tetapi kita melakukannya tidak dengan kekuatan kita sendiri. Tetaplah mengucap syukur, Tuhan yang memberi maka Tuhan sendiri yang akan mencukupkan setiap kebutuhan dan memperlengkapi apa yang kita butuhkan di dalam hidup ini.


Saat memuji Dia, kita mengarahkan pandangan sepenuhnya hidup kita hanya kepada Tuhan, bukan pada kekuatan diri kita sendiri ataupun pada situasi dan kondisi yang terjadi di dalam hidup kita. Hati kita juga akan dipenuhi dengan kasih dan kekaguman terhadap Pribadi-Nya. Salah satu penyebab rasa khawatir adalah rasa mengasihani diri sendiri.. mengucap syukur pada Tuhan dapat menyembuhkannya.


“Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” (Filipi 4:7).

Janji ini Paulus tegaskan. Ketika menaikkan berbagai permohonan doa kita kepada-Nya, maka Dia yang mendengar dan menjawab sesuai dengan waktu dan kehendak-Nya yang terbaik. Hidup kita akan dituntun dengan hikmat, dan akan dijagai dengan damai sejahtera-Nya. Bahkan ketika diizinkan mengalami berbagai keadaan sulit, tidak bisa membuat tenang, kita tidak mampu melihat keberadaan Tuhan.. damai sejahtera yang melampaui segala akal dari-Nya itu yang memelihara hati dan pikiran kita.


Grace’s Legacy.


Grace adalah seorang perempuan yang menderita penyakit kanker leukimia. Perempuan ini diperkenalkan oleh Ibundanya Pdt. Betuel, agar diberi renungan firman Tuhan di setiap harinya. Dalam keadaan seperti itu, dirinya tidak pernah putus pengharapan. Kuatir pasti, karena anak-anaknya masih duduk di kelas SD. Bagaimana bila sesuatu terjadi pada dirinya?


Tetapi keadaan yang terjadi malah justru semakin bertambah memburuk, bukannya membaik, sama seperti Paulus yang sudah mencium bau kematiannya. Tetapi Grace selalu tersenyum dan optimis pada saat menghadapi semuanya. Dirinya tetap setia menaikkan doa dan pujian serta menyerahkan segenap kekuatirannya hanya kepada Tuhan. Janji-Nya di dalam Filipi 4:7 terjadi dalam hidupnya. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiran kita di dalam Kristus Yesus.


Ketika di gerejanya mengadakan acara Natal, alih-alih mengasihani diri sendiri dengan meratapi penyakitnya, Grace bersama dengan Ibunda dari Pdt. Betuel terlibat dalam pelayanan untuk rekan senior di dalam gerejanya.


Di percakapan terakhir melalui whatsapp Pk. 6 sore, Grace membagikan sekilas bagaimana dirinya mendapat kesempatan untuk menguatkan keluarga dari penderita kanker lainnya. Dan menjelang detik-detik terakhir dari hidupnya, Grace menitipkan pesan pada anak-anaknya untuk tetap menaruh kepercayaan hanya pada Tuhan, dan mengarahkan mereka untuk terus menjadi anak-anak yang mencintai firman Tuhan. Grace tahu hanya ini yang bisa diwariskan, dan hanya ini yang dapat keluar dari perkataannya.. kesaksian merubah hati menjadi penuh dengan ucapan syukur. Sekali lagi, bukan pribadi Grace yang hebat tetapi firman-Nya,


“Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” (Filipi 4:7).

“..Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."” (Ibrani 13:5).

Tuhan memang suka untuk menenangkan badai di dalam hidup anak-anakNya, tetapi justru yang terutama adalah Dia ingin menenangkan hidup kita dengan damai sejahtera-Nya yang melampaui segala akal.


Amin. Tuhan Yesus memberkati..

17 tampilan0 komentar

コメント


bottom of page