Catatan Khotbah: “He is Not Here. He has Risen.” Ditulis ulang dari sharing khotbah Pdt. Benny Solihin, di Ibadah Minggu MDC Graha Pemulihan, pada Tgl. 31 Maret 2024.
Orang-orang Yahudi memiliki kebiasaan untuk beribadah di hari Sabtu, karena bagi mereka hari Minggu adalah hari pertama di kalender, dan hari Sabtu adalah hari ketujuh yang mereka anggap sebagai hari Sabat. Tetapi mengapa ibadah di hari Sabtu diganti menjadi hari Minggu?
Beberapa pendahulu gereja memindahkan kebiasaan tersebut karena berangkat dari perhitungan Tuhan Yesus yang bangkit pada hari yang ketiga dari kematian, setelah proses penyaliban-Nya. Dan mereka memiliki salam ketika bertemu dengan jemaat lainnya pada saat beribadah di hari Minggu, yang di dalam bahasa Inggrisnya kira-kira memiliki arti sebagai berikut,
“He has Risen. Tuhan Yesus telah bangkit dari kematian".
Dan jemaat menjawabnya,
“Yes. He has Risen Indeed. Ya. Saya setuju bahwa Tuhan Yesus benar-benar sudah bangkit dari kematian.”
Melalui salam yang diajarkan gereja pada abad mula-mula, kita dapat belajar bahwa kita memiliki gambaran dan menyembah Allah yang hidup, bukan yang mati. Oleh karena itu seberat apa pun permasalahan yang sedang kita hadapi hari-hari ini, jangan pernah menyerah. Karena Tuhan Yesus hidup dan sudah bangkit dari kematian, masih ada hari esok, dan Dia memberi kekuatan bagi setiap kita untuk dapat menjalani hidup ini.
Paskah / Passover, yang artinya melewatkan, di mana bagi bangsa Israel perayaan ini adalah hari peringatan akan terlepasnya mereka dari perbudakan bangsa Mesir, yang dikerjakan oleh tangan Tuhan yang ajaib dan berkuasa. Tetapi di dalam hidup Kekristenan kita, Paskah memiliki arti terlepasnya kita dari segala kuasa dan perbudakan dosa karena kemerdekaan yang telah diberikan Tuhan Yesus, yang sudah mengalahkan kuasa maut / kematian.
Ayat Bacaan: Lukas 24:1-12.
Sekitar tiga tahun yang lalu, ada berita yang menggemparkan dari seorang perempuan yang tinggal di daerah Mojokerto, yang mendapat sorotan publik setelah kasus bunuh dirinya di sebelah makam ayahnya. Setelah diselisik, perempuan ini mengalami berbagai pelecehan dan juga tindakan tidak layak yang telah dilakukan senior di sekolahnya dan juga oleh kekasihnya. Tidak kuat dengan menahan beratnya beban kehidupan, perempuan ini memutuskan untuk mengakhiri hidupnya, di sebelah makam ayahnya.
Melalui kisahnya, kita dapat belajar ada tiga faktor yang membuat seseorang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya,
Faktor Pertama. Persoalan yang dihadapi terasa semakin memberat, dan pelaku merasa sudah tidak bisa lagi untuk menghadapi dan menangani beratnya beban permasalahannya.
Faktor Kedua. Sudah tidak ada lagi rekan, sahabat, bahkan anggota keluarga yang mau mendengar curahan isi hatinya, dan yang mau menolong mencarikan jalan keluar yang terbaik.
Sehingga pada akhirnya pelaku merasa dirinya sudah tidak berharga lagi, dan sudah tidak lagi memiliki alasan dan tujuan untuk bertahan hidup.
Faktor Ketiga. Sudah kehilangan harapan.
Ketika sudah tidak ada lagi yang mau mendengar, maka pengharapan di dalam hidupnya mulai memudar. Seandainya ada sedikit saja orang yang mau peduli dan memberikan semangat, maka pelaku tersebut masih memiliki secercah harapan, dan berani untuk menjalani hidupnya.
Di faktor ketiga ini sesungguhnya adalah faktor yang paling penting, agar jangan sampai kita kehilangan harapan. Untuk menjadi seorang pebisnis yang sukses, pastilah melalui momen naik dan turun musim di kehidupan. Untuk suami dan istri yang berhasil mempertahankan keutuhan rumah tangganya selama puluhan tahun, pastilah banyak pengorbanan yang sudah dilakukan.
Demikian juga dengan banyak kisah dari orang-orang yang selama ini berhasil dan sukses, mereka tidak selalu melalui jalan yang mudah di dalam hidupnya. Banyak perjuangan dan pengorbanan yang telah mereka lalui di dalam hidupnya.
Demikian juga di dalam hidup kita, Tuhan tidak pernah berjanji dan memberi jaminan bahwa di dalam hidup anak-anakNya pasti tidak ada masalah. Tetapi Dia berjanji,
“Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Matius 28:20b).
Terkadang di dalam hidup kita bisa diizinkan untuk menemui jalan buntu, keadaan ingin menyerah, dan juga kehilangan harapan. Tetapi sedalam apa kita membangun pengenalan akan Kristus selama ini di dalam hidup kita, maka hal itulah yang nantinya akan menentukan sejauh apa dan bagaimana langkah kita selanjutnya. Bukankah firman Tuhan juga mengatakan pada kita,
“tetapi umat yang mengenal Allahnya akan tetap kuat dan akan bertindak.” (Daniel 11:32b).
Bertemu Yesus yang Mati atau Hidup?
“tetapi pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu mereka pergi ke kubur membawa rempah-rempah yang telah disediakan mereka. Mereka mendapati batu sudah terguling dari kubur itu, dan setelah masuk mereka tidak menemukan mayat Tuhan Yesus.” (Lukas 24:1-3).
Kisah ini dimulai dari beberapa murid perempuan yang setia, yang selama ini telah mengiring Tuhan Yesus, dan bisa jadi mereka memiliki tugas untuk menyediakan makanan bagi Dia dan murid-muridNya di sepanjang perjalanan yang dilalui. Tetapi di ayat di atas dikatakan pagi-pagi benar mereka mendatangi kubur Yesus, dengan tidak lagi memiliki pengharapan bahwa Dia dapat bangkit dari kematian. Di ayat di atas dikatakan mereka membawa rempah-rempah. Untuk apa? Untuk ditaburkan di atas tubuh jenazah-Nya.
Melalui ayat di atas kita belajar bahwa, mereka datang ke kubur-Nya dan memiliki kasih terhadap-Nya, tetapi mereka datang hanya untuk bertemu dengan Yesus yang mati. Bukan Yesus yang pernah berjanji bahwa Dia akan bangkit dari kematian, pada hari yang ketiga.
Bahkan keraguan mereka ini juga ditulis di bagian ayat firman Tuhan lainnya,
“Mereka berkata seorang kepada yang lain: “Siapa yang akan menggulingkan batu itu bagi kita dari pintu kubur?”” (Markus 16:3).
Perempuan-perempuan ini memang datang dengan kasih kepada Yesus, dengan rasa hormat dan mau melayani-Nya, tetapi hanya kepada Yesus yang mati menurut pemikiran mereka yang terbatas, bukan pada Yesus yang hidup.
Hal ini adalah gambaran dari orang-orang yang sudah mulai kehilangan pengharapan di dalam hidupnya. Benar mereka mencintai serta suka untuk memuji dan menyembah Tuhan.. tetapi sama sekali tidak tergambar di dalam hidup mereka, bahwa mereka sedang menyembah Allah yang hidup, yang masih sanggup untuk berbuat sesuatu di dalam hidup mereka.
Salah satu tandanya adalah mereka suka mengeluh. Hidup mengalami kesusahan, masih belum mendapat pekerjaan. Sejak bapaknya anak-anak sembuh dari penyakit COVID-19, sampai hari ini masih belum mendapat pekerjaan, dan berbagai keluhan-keluhan lainnya di dalam hidup.
Kita menjadi pemuji dan penyembah Tuhan, tetapi hidup kita juga selalu diisi dengan banyak keluhan. Sama sekali tidak tergambar bahwa kita sedang menyembah Allah yang hidup dengan mempercayai Dia adalah Bapa yang sangat baik, yang sangat suka untuk memberi berkat-Nya di dalam kehidupan anak-anakNya.
Kalau kita tidak waspada dan berhati-hati dengan hal ini, maka lama-kelamaan kebiasaan suka mengeluh ini dapat menjadi penyakit yang bisa menggerogoti kehidupan rohani kita. Kita berkata bahwa kita percaya pada Allah yang hidup, tetapi kita juga membiasakan diri untuk terus mengeluh akan berbagai hal..
Maka hal ini sama saja dengan kita menganggap Dia tidak sanggup untuk berbuat apa-apa di dalam hidup kita. Sama saja dengan kita membuat image / gambaran Allah dan “memaksa Dia” untuk menjadi dan berbuat sesuai dengan apa yang kita mau, tidak lagi sesuai dengan siapa Pribadi Allah yang sesungguhnya, yang masih sanggup untuk berbuat sesuatu di dalam hidup kita.
Perbedaan Perspektif.
“Sementara mereka berdiri termangu-mangu karena hal itu, tiba-tiba ada dua orang berdiri dekat mereka memakai pakaian yang berkilau-kilauan. Mereka sangat ketakutan dan menundukkan kepala, tetapi kedua orang itu berkata kepada mereka: “Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati? Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit.” (Lukas 24:4-6a).
Ketika beberapa murid perempuan masih berusaha mencerna apa yang sedang mereka lihat di depan mata kepala mereka, di ayat di atas dikatakan tiba-tiba ada dua orang berdiri di dekat mereka, memakai pakaian yang berkilau-kilauan seraya berkata,
“Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati? Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit.”
Apa artinya?
Di ayat di atas kita mendapatkan adanya perbedaan perspektif yang dimiliki, di antara murid perempuan dan dua orang malaikat. Dari sisi perempuan, mereka memang mencintai dan hormat pada Tuhan Yesus, tetapi yang mereka sembah adalah Yesus yang telah menjadi masa lalu dan kenangan mereka. Yesus yang sudah disalib dan mati. Tetapi dari sisi dua orang malaikat, mereka baru saja melihat kebangkitan Yesus di depan mata mereka.
Perbedaan perspektif menimbulkan perbedaan sikap. Beberapa murid perempuan bersikap terhadap Yesus dengan memberikan belas kasihan, karena Dia mengalami penderitaan di atas kayu salib, dan setelah itu Dia mati. Padahal seharusnya mereka tahu bahwa yang mereka sembah adalah Allah yang hidup, yang berkuasa atas alam semesta, dan juga berkuasa atas maut yakni, kematian.
Itulah sebabnya kedua malaikat tersebut berkata dan mengembalikan pada perspektif yang benar, yang seharusnya dilihat beberapa murid perempuan tersebut. Dia tidak dicuri orang, tetapi Dia telah bangkit dari kematian. Batu kubur yang terguling bukan supaya Tuhan Yesus dapat keluar tetapi agar murid-murid, termasuk kita, dapat masuk, melihat, dan percaya bahwa kematian sekalipun, tidak dapat membatasi kuasa-Nya.
Sama seperti terang yang menerobos masuk di dalam kegelapan, demikian apa yang mereka alami membutuhkan waktu untuk percaya. Sebab adalah hal yang mudah diterima bagi akal pikiran manusia yang terbatas, bahwa Guru mereka yang hebat dan yang telah melakukan banyak mukjizat, sekarang sudah meninggal. Tetapi sulit dipercaya kalau Guru mereka bangkit dari kematian. Karena di masa itu, tidak pernah ada ceritanya manusia yang dapat bangkit dari kematian.
Jangan Melupakan Firman-Nya.
“Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea, yaitu bahwa Anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga.” Maka teringatlah mereka akan perkataan Yesus itu.” (ayat 6b-8).
Sebelum momen penyaliban-Nya, Tuhan Yesus berulang kali menyampaikan pada murid-muridNya mengenai apa saja yang harus dilalui-Nya, untuk menebus dosa-dosa umat manusia. Tetapi di sinilah letak dari permasalahannya, murid-murid melupakan apa yang pernah dikatakan Tuhan Yesus, sehingga hidup mereka tenggelam di dalam kekecewaan dan ketakutan ketika Guru mereka disalibkan dan mati. Mereka tidak lagi memiliki pengharapan akan Dia.
“Dan setelah mereka kembali dari kubur, mereka menceriterakan semuanya itu kepada kesebelas murid dan kepada semua saudara yang lain. Perempuan-perempuan itu ialah Maria dari Magdala, dan Yohana, dan Maria ibu Yakobus. Dan perempuan-perempuan lain juga yang bersama-sama dengan mereka memberitahukannya kepada rasul-rasul. Tetapi bagi mereka perkataan-perkataan itu seakan-akan omong kosong dan mereka tidak percaya kepada perempuan-perempuan itu. Sungguhpun demikian Petrus bangun, lalu cepat-cepat pergi ke kubur itu. Ketika ia menjenguk ke dalam, ia melihat hanya kain kapan saja. Lalu ia pergi, dan ia bertanya dalam hatinya apa yang kiranya telah terjadi.” (Lukas 24:9-12).
Pada waktu murid-murid perempuan menceritakan bahwa Tuhan Yesus bangkit dari kematian dan kubur-Nya sudah kosong, kesebelas murid lainnya tidak mempercayai berita tentang kebangkitan-Nya, dan hanya menganggap bahwa apa yang diceritakan sebagai omongan dan perkataan yang kosong.
Mungkin kita pernah mendengar perkataan,
“Sampai mulutnya berbusa pun, saya tidak akan mempercayai kata-katanya..”
Perkataan di atas memiliki arti bahwa kita tidak hanya tidak bisa mempercayai perkataannya lagi, tetapi kita juga tidak percaya pada siapa yang telah memperkatakannya. Demikian halnya sama dengan kesebelas murid yang tidak mempercayai berita kebangkitan-Nya, mereka juga sama saja dengan tidak mempercayai Tuhan Yesus yang telah memperkatakannya terlebih dahulu akan apa yang harus Dia lalui, pada murid-muridNya.
Dengan mengganggap apa yang dikatakan murid-murid perempuan sebagai perkataan kosong dan tidak mempercayainya, kesebelas murid dan lainnya sudah kehilangan kepercayaan mereka pada Tuhan Yesus dan tidak lagi mempercayai-Nya. Padahal selama ini mereka telah hidup bersama dengan-Nya dan sudah melihat berbagai mukjizat-Nya tetapi,
“Banyaknya mukjizat tidak selalu dapat menjamin dan membuat seseorang dapat semakin bersungguh hati lagi untuk percaya pada Tuhan Yesus.”
Jangan hidup hanya untuk mengejar mukjizat-Nya saja, karena iman terbesar bukan hanya karena terjadinya mukjizat.. tetapi iman terbesar adalah sekalipun Tuhan mengizinkan tidak terjadi mukjizat di dalam hidup, kita memutuskan untuk tetap percaya pada Dia. Kita tetap percaya bahwa Dia sangat mengasihi hidup kita, dan kasih-Nya tidak pernah berkesudahan.
Para murid telah kehilangan iman mereka dan tenggelam di dalam persoalan bahwa Guru yang mereka ikuti selama ini, telah mati. Tetapi kedua malaikat yang bertemu dengan murid-murid perempuan mengingatkan kembali,
“Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati? Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea, yaitu bahwa Anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga.” (Lukas 24:5-7).
Kalau para murid memegang dan selalu mengingat apa yang dikatakan Tuhan Yesus, maka mereka tidak akan mengalami stres dan sampai mengurung diri di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci,
“Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!”” (Yohanes 20:19).
Bisa jadi di dalam ruangan yang terkunci tersebut, para murid mulai saling menyalahkan. Tetapi dari kisah mereka kita dapat belajar agar jangan sampai terlalu tenggelam di dalam perasaan negatif, apalagi sampai kita saling menyalahkan sesama. Daripada terlalu tenggelam di dalam kedukaan, dan menyesali diri.. marilah mengingat kembali dan memperkatakan semua yang sudah dikatakan Tuhan Yesus di dalam firman-Nya / Alkitab agar setiap perkataan-Nya dapat menguatkan iman kita dan juga sesama.
Petrus dan murid-murid pada saat itu terkurung ruang dan waktu, mereka tidak dapat melihat bahwa Yesus sudah bangkit dari kematian. Tetapi kita hidup di zaman di mana sudah ada Alkitab, kita bisa membaca dan mendapatkan fakta bahwa Tuhan Yesus sudah bangkit dari kematian, kisah-Nya menginspirasi murid-muridNya untuk memberitakan Injil sampai ke ujung bumi, dan mengubah kehidupan banyak orang.
Karena itu, jangan pernah kehilangan harapan. Peganglah terus firman Tuhan. Ketika kita percaya pada firman-Nya, kita juga percaya pada Allah yang mengatakannya. Dia tidak dapat ditahan di dalam kubur yang kosong dan fana. Dia adalah Allah yang bangkit dan hidup.
Walau Dia tidak dapat dilihat dengan mata jasmani kita, bukan berarti Dia tidak ada. Walau Dia masih belum memberikan mukjizat-Nya di dalam hidup kita sesuai dengan waktu kita, bukan berarti Dia tidak berkuasa untuk memberikan yang terbaik dalam hidup anak-anakNya, sesuai dengan waktu-Nya yang terbaik.
Walau bisa jadi kita masih diizinkan untuk mengalami beberapa pergumulan, tetapi karena Tuhan Yesus bangkit dan hidup, masih ada hari esok yang pasti lebih baik tersedia bagi setiap kita.
Kesaksian Hidup Pdt. Benny Solihin.
Pada waktu berusia lima belas tahun, dirinya dikeluarkan dari sekolah karena nilai yang paling bagus di dalam rapornya hanyalah pelajaran menggambar dan olahraga. Gurunya di sekolah mengatakan dirinya sudah tidak ada harapan lagi, orang tuanya juga mengatakan bahwa dirinya membuat malu nama keluarga. Selama kurun waktu satu tahun, Pdt. Benny Solihin menjalani hidupnya tanpa arah dan tujuan yang jelas, sampai dirinya bertemu dengan Tuhan Yesus yang menjamah dan mengubah hidupnya, dan memberikan keinginan dan percaya diri untuk dapat kembali ke bangku sekolah.
Singkat cerita, Pdt. Benny pada akhirnya menyelesaikan pendidikan SMA-nya, dan juga menyelesaikan pendidikan kuliahnya.
Ketika orang lain “membuang” dirinya, Tuhan Yesus tetap menerimanya, memberikan kekuatan untuk dapat memaafkan dan mengampuni orang-orang yang sudah melukai hatinya, dan kembali memperbaruinya dengan semangat dan kerinduan untuk dapat kembali dan menyelesaikan pendidikan sekolahnya.
Di dalam perjalanan hidupnya, Dia menunjukkan sebagai Allah yang hidup dan yang masih sanggup untuk memberkati dan memelihara kehidupan Pdt. Benny Solihin dan juga keluarganya. Setelah bekerja selama delapan tahun, Tuhan memanggil dirinya untuk dapat melayani sepenuh waktu dan menjadi seorang hamba Tuhan. Ada kekuatiran di dalam dirinya mengenai bagaimana masa depan hidupnya, dan juga keluarganya?
Tetapi dengan ajaib, Tuhan mengizinkan ada burung pipit yang terbang di sekitar dirinya, dan Tuhan mengingatkan ayat firman Tuhan,
“Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya. Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit.” (Matius 10:29-31).
“Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?” (Matius 6:26).
Bapa itu setia dan sanggup untuk memelihara hidup kita, percayalah bahwa Dia sanggup untuk menolong kita di waktu-Nya yang tepat. Ada kalanya kita dapat membagikan apa yang sedang kita pergumulkan pada saudara seiman kita yang lain, tetapi tetaplah mempercayai bahwa Dia masih memiliki jalan keluar yang tidak terbatas. Tuhan masih sanggup untuk menggerakkan hati anak-anakNya, untuk dapat melakukan kehendak-Nya.
Orang lain mungkin sudah berkata tidak mungkin dan tidak ada lagi harapan, tetapi firman Tuhan berkata pada setiap kita,
“Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput. Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan. Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;” (Yohanes 10:9-11).
Makna Paskah dalam Hidup.
Momen Paskah mengingatkan setiap kita bahwa Tuhan Yesus itu hidup, perkataan-Nya adalah Ya dan Amin! Karena Dia sudah bangkit dari kematian, maka ada hari esok, dan kita tidak akan menyerah dalam menjalani kehidupan ini. Kita tidak pernah dibiarkan menjalani hidup ini sendirian. Dia yang telah menebus kita dari dosa, Dia juga yang bertanggung jawab atas hidup kita. Dia adalah Bapa yang sangat baik bagi anak-anakNya.
Setiap kita dicipta unik, Dia memiliki rencana terbaik bagi setiap kita. Teruslah mempercayai firman-Nya dan Pribadi-Nya. Dia Allah yang bangkit, yang masih sanggup untuk melakukan sesuatu di dalam hidup kita.
Semuanya kembali pada kita, apakah kita mau mempercayai firman-Nya atau tidak? Jangan pernah mengambil tindakan nekat, karena Dia sesungguhnya sangat sayang pada kita,
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yohanes 3:16).
Dia sedang dan terus merajut masa depan di hidup kita, walaupun secara akal dan pikiran kita manusia yang terbatas sudah menemui jalan buntu. Karena Tuhan Yesus bangkit, kita tidak akan menyerah dengan begitu mudahnya dalam menjalani hidup ini. Karena Dia bangkit, masih ada hari esok.
Mungkin kita tidak memiliki kelebihan sama seperti yang lainnya. Mungkin di beberapa area, orang-orang di sekitar kita jauh lebih unggul. Tetapi Tuhan menciptakan hidup kita unik, dan Dia memiliki rencana yang indah, terbaik, dan tidak sama dengan rencana-Nya di dalam hidup orang lain.
“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” (Yeremia 29:11).
Yang kita butuhkan adalah tetap percaya pada firman-Nya dan juga pada pribadi-Nya yang pasti memberikan apa yang terbaik di dalam hidup anak-anakNya. Tuhan Yesus adalah Allah yang bangkit, yang hidup, yang masih mampu dan sanggup untuk melakukan sesuatu di dalam hidup. Bisa jadi kita memiliki beberapa keterbatasan, tetapi Tuhan menyayangi setiap kita, dan Dia memampukan kita untuk selalu bangkit dan menatap masa depan.
Amin. Tuhan Yesus memberkati..
Comments