Catatan Khotbah: “The Church that Reach the Lost (Gereja yang Menjangkau Dunia)”. Ditulis dari sharing khotbah Bp. Pdt. Benny Koesno di Ibadah Minggu Tgl. 27 Agustus 2023.
Pada waktu Tuhan Yesus hendak naik ke Sorga, Dia berpesan pada murid-muridNya,
“Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah Rasul 1:8).
Dan bila kita ada di sini itu karena ada seseorang yang telah menyampaikan firman Tuhan dan memberitakan Injil di dalam hidup kita. Dan kita tidak hanya diselamatkan dan setelah itu selesai, tetapi kita juga harus meneruskan “tongkat estafet” dan kembali memberitakan Injil dalam hidup orang lain. Berkat Tuhan sifatnya tidak final, Tuhan tidak memanggil kita hanya untuk hidup nyaman. Kita diberkati agar kita nantinya juga dapat menjadi berkat bagi orang lain.
Khotbah Paulus di Atena.
“Paulus pergi berdiri di atas Areopagus dan berkata: "Hai orang-orang Atena, aku lihat, bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada dewa-dewa. Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu.” (Kisah Rasul 17:22-23).
Dari ayat di atas kita mendapati bahwa Paulus mencari dan membangun “jembatan” sebelum memberitakan Injil Keselamatan, dan bukannya pemisah. Gereja Tuhan dikenal suka memulai perbedaan, memulai sebuah pembicaraan dengan menyampaikan bahwa Allah yang kita sembah tidaklah sama dengan allah di sekitar kita. Paulus tahu bahwa Allah yang kita sembah tidaklah sama dengan allah lainnya, tetapi dirinya berusaha membangun “jembatan” agar orang-orang di sekitarnya tertarik dan mau mendengar Injil yang nantinya diberitakan Paulus.
“supaya mereka mencari Dia dan mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia, walaupun Ia tidak jauh dari kita masing-masing.” (ayat 27).
Paulus berbicara pada orang-orang yang tidak mengenal dan memiliki konsep yang jelas tentang siapa allah yang mereka sembah selama ini, dan dirinya mau menjelaskan bahwa Allah yang disembahnya adalah Allah yang dekat dan tidak jauh dari setiap pendengarnya. Tuhan memang dekat dengan gereja-Nya, tetapi sering kali kita berhenti hanya sampai di tahap pengertian tersebut dan mulai mendefinisikan dengan pengertian kita sendiri bahwa,
Tuhan hanya dekat pada orang-orang yang bersungguh hati dalam mencarinya, padahal untuk orang-orang yang sudah mulai undur dan menjauh dari-Nya.. Tuhan juga tidak pernah menjauh dari hidup mereka.
Sering kali yang membuat gereja tidak memiliki kerinduan untuk membawa orang-orang datang mendekat pada Tuhan karena kita merasa bahwa Allah adalah Pribadi yang jauh. Tetapi Paulus yakin bahwa orang-orang berdosa yang sudah jauh dari Tuhan, Dia tidak jauh dari mereka.
Dengan pengertian seperti ini, kita dapat memberitakan Injil bahwa Tuhan itu selalu rindu untuk dapat mendekat pada kita dan juga pada mereka yang selama ini jauh dari-Nya.
Kisah Perempuan Samaria.
“Iapun meninggalkan Yudea dan kembali lagi ke Galilea. Ia harus melintasi daerah Samaria. Maka sampailah Ia ke sebuah kota di Samaria, yang bernama Sikhar dekat tanah yang diberikan Yakub dahulu kepada anaknya, Yusuf.” (Yohanes 4:3-5).
Pada saat itu, tidak ada seorang Israel pun yang dari Yudea hendak menuju ke Galilea, mau melewati daerah Samaria. Orang Israel lebih memilih berputar melewati sungai Yordan yang jalannya lebih jauh. Tetapi di ayat di atas dikatakan pada kita,
“Ia harus melintasi daerah Samaria.” (ayat 4).
Mengapa? Karena di Samaria Tuhan Yesus harus bertemu dengan seorang perempuan.
“Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas. Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya: "Berilah Aku minum."” (ayat 6-7).
Kebanyakan seseorang yang posisinya kurang penting itu harus datang dan menunggu terlebih dahulu untuk menanti kedatangan seseorang yang lebih penting. Tetapi Tuhan kita justru mau datang dan menunggu seseorang yang latar belakangnya tidak diketahui dengan jelas. Dan melalui kisah ini, kita dapat belajar bahwa Dia melihat perempuan Samaria tersebut dengan cara pandang yang berbeda dari kebanyakan anak-anak Tuhan lainnya.
“Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: "Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?" (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.).” (ayat 9).
Orang Yahudi melihat orang Samaria itu kelas kedua, dan orang Samaria juga sangat membenci orang Yahudi. Tetapi Tuhan Yesus mau datang di tempat di mana Dia tidak diterima. Dia mau membuka percakapan dengan seorang perempuan yang datang di siang hari, ketika tidak ada seorang pun yang mau berkumpul dan berteman dengan perempuan tersebut.
Gereja Tuhan dipanggil untuk dapat menjadi berkat bagi sekitarnya. Sebelum Injil diberitakan, Tuhan Yesus memberi apa yang perempuan ini butuhkan, yakni kasih-Nya yang dapat mengisi kekosongan di dalam hati dan hidupnya. Sering kali gereja Tuhan mengatakan pada sesamanya bahwa hidupnya harus benar terlebih dahulu, baru Tuhan akan memulihkan. Sehingga berita Injil menjadi transaksional, kita harus melakukan ini, dan Tuhan akan melakukan bagian-Nya.
Tetapi Injil yang benar mengatakan,
“Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah. Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!” (Roma 5:8-10).
Orang-orang di sekitar tidak membutuhkan “penghakiman” dari kita, tetapi tugas kita adalah untuk menjadi saksi-Nya, menceritakan kasih dan kebaikan-Nya, karena kita tidak memiliki kuasa sedikitpun untuk dapat mengubah hati dan hidup seseorang. Begitu banyak berkat Tuhan yang sudah diberikan dalam hidup kita, yang bisa menjadi berkat bagi sesama.
“Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini." (ayat 15-16).
Yang dibutuhkan perempuan tersebut sebenarnya bukanlah air, tetapi kasih-Nya, sehingga dirinya tidak mencarinya dari hubungan yang salah dengan berbagai pria. Selain itu, Tuhan Yesus tidak masuk ke dalam perdebatan masalah beribadah di mana, tetapi di manapun perempuan tersebut berada, dirinya dapat berjumpa dengan Tuhan Yesus sebagai satu-satunya Pribadi yang sanggup mengubah hidupnya.
Kita dipanggil untuk dapat menjadi saksi Kristus, bukan saksi dari tempat di mana kita beribadah. Dan ketika hidup seseorang mengalami perjumpaan pribadi bersama Kristus, maka prioritas di hidupnya akan diubahkan.
“Maka perempuan itu meninggalkan tempayannya di situ lalu pergi ke kota dan berkata kepada orang-orang yang di situ: "Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?"” (ayat 28-29).
Perempuan tersebut meninggalkan tempayannya, karena berjumpa dengan Tuhan Yesus yang jauh lebih penting bagi hidupnya. Tuhan mau peduli dengan kebutuhan kita, dan perempuan tersebut mendapat lebih dari apa yang diminta. Perempuan tersebut meminta air supaya tidak haus dan tidak usah datang lagi untuk menimba air (ayat 15), tetapi dirinya mendapat Air Hidup, yakni Pribadi Tuhan Yesus sendiri. Dan setelah hidupnya diubahkan, perempuan tersebut memiliki kerinduan untuk dapat mengajak orang lain untuk mengalami perjumpaan yang tak terlupakan bersama dengan-Nya.
“Dan banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepada-Nya karena perkataan perempuan itu, yang bersaksi: "Ia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat." Ketika orang-orang Samaria itu sampai kepada Yesus, mereka meminta kepada-Nya, supaya Ia tinggal pada mereka; dan Iapun tinggal di situ dua hari lamanya. Dan lebih banyak lagi orang yang menjadi percaya karena perkataan-Nya, dan mereka berkata kepada perempuan itu: "Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia."” (ayat 39-42).
Pernyataan “Juruselamat dunia” justru pertama kali diucapkan di Samaria, bukan Israel. Orang-orang di Samaria selama ini telah merasa sebagai umat yang terpinggirkan. Tetapi di mata Tuhan, Dia tetap datang dan mengasihi mereka. Berapa banyak orang-orang yang selama ini hidupnya sama seperti perempuan Samaria, malu akan apa yang pernah dilakukan di masa lalu. Tetapi Tuhan Yesus tetap mau datang pada kita, menyatakan bahwa Dia adalah Raja di atas segala raja, dan mengubah total hidup kita seutuhnya.
Yang hidupnya sudah diampuni banyak, maka akan mengasihi dengan lebih banyak. Setiap kita tahu kalau kita sudah diampuni melalui pengorbanan-Nya di atas kayu salib. Tetapi yang menjadi pertanyaannya adalah,
Apakah kita semakin mengasihi dan mau untuk memiliki kerinduan untuk dapat memberikan yang terbaik bagi kemuliaan-Nya? Apakah hidup kita juga memiliki kerinduan untuk dapat berbagi kasih bagi orang-orang di sekitar, yang juga membutuhkan kasih-Nya?
Di akhir zaman ini Tuhan Yesus rindu untuk mau menemukan, memulihkan, dan juga memakai setiap “perempuan Samaria” untuk dapat menyatakan kemuliaan-Nya.
Tuhan Yesus dekat dengan anak-anakNya. Dia juga dekat dengan orang-orang yang selama ini terhilang dan sudah jauh dari-Nya. Hanya karena gereja Tuhan tidak mau dekat, bukan berarti Tuhan tidak dekat dan mengasihi hidup mereka. Setiap dari kita dipanggil untuk dapat menjadi saksi-Nya, menjadi representasi dari hati-Nya yang rindu untuk membuat orang-orang yang selama ini menjauh dari-Nya dapat mendekat pada-Nya. Yang pertama kali orang-orang sekitar lihat adalah perubahan di dalam hidup kita.
Petrus dan Kornelius.
Di dalam Kisah Rasul 10 kita dapat belajar bahwa lebih sulit Tuhan memberitahukan pada Petrus untuk datang pada Kornelius (ayat 28), daripada Tuhan yang mengatakan pada Kornelius untuk menemui Petrus (ayat 5-8).
Kita perlu untuk selalu membuka hati pada apa yang menjadi maunya Tuhan, karena tugas dan bagian kita adalah pergi, menjadi saksi-Nya, dan menyatakan kasih Tuhan bagi orang-orang di sekitar yang membutuhkan-Nya. Injil tidak dimulai dari kita yang datang terlebih dahulu untuk mencari Tuhan, tetapi Alkitab berkata bahwa Dia yang datang mencari kita terlebih dahulu. Dia mengasihi orang-orang yang berada di dalam dunia, dan tidak hanya di dalam gereja saja. Gereja Tuhan dipanggil untuk dapat membagikan belas kasih Tuhan bagi orang-orang di sekitar yang membutuhkan Pribadi-Nya.
“Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.” (1 Timotius 2:3-4).
Amin. Tuhan Yesus memberkati..
Comentários