top of page

Benny Koesno - Masih ada Pintu yang Lain

Catatan Khotbah: “Masih ada Pintu yang Lain.” Ditulis ulang dari sharing Bp. Pdt. Benny Koesno (Gereja Every Nation Surabaya) di Ibadah MDC Graha Pemulihan, pada Tgl. 17 Maret 2024.



Ayat Bacaan: Markus 2:1-12.


Di perikop bacaan “Orang Lumpuh Disembuhkan” di ayat di atas, diceritakan pada kita kisah tentang Tuhan Yesus yang datang lagi ke Kapernaum, yang diperkirakan Dia berada di rumah Simon Petrus. Dan di dalam ayat tersebut lebih lanjut dijelaskan tersiarlah kabar sehingga,


“..datanglah orang-orang berkerumun sehingga tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintupun tidak.” (ayat 2).

Sementara Dia memberitakan firman, ada orang-orang yang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh yang digotong empat orang dan,


“..lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring.” (ayat 4).

Melalui kisah ini kita belajar,


Gereja Tuhan dapat bersikap menjadi sama seperti keempat sahabat dari orang yang lumpuh, yang melakukan segala macam cara agar sahabatnya dapat berjumpa dengan Tuhan Yesus (ayat 3-5). Atau gereja Tuhan dapat bersikap menjadi sama seperti orang banyak yang hadir pada saat itu, yang di mana mereka suka untuk mendengar firman Tuhan dibagikan, tetapi ada dari sikap mereka yang tanpa disadari, telah menghalangi sesama untuk dapat masuk dan mengalami pemulihan di dalam hadirat-Nya yang mulia (ayat 2).

Di ayat 5 lebih lanjut dikatakan,


“Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: “Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!””

Dikatakan bahwa Tuhan Yesus telah melihat “iman mereka”, iman dari sahabat-sahabat orang yang lumpuh tersebut, dan Dia melanjutkannya dengan berkata pada orang yang lumpuh tersebut bahwa dosanya sudah diampuni, dan penyakitnya juga sudah disembuhkan (ayat 9-10). Hal ini mengajar kita tentang siapa yang menjadi sahabat-sahabat di dalam hidup kita? Apakah mereka dapat membawa kita semakin dekat pada Kristus atau tidak?


Firman Tuhan mengatakan kalau pergaulan yang buruk dapat merusak kebiasaan yang baik (1 Korintus 15:33). Dan melalui ayat 5 ini, kita juga dapat belajar bahwa siapa yang menjadi sahabat-sahabat kita akan menentukan apakah kita dapat menerima mukjizat-Nya lebih lagi, dan menentukan bagaimana masa depan hidup kita.


Ada tiga tipe orang yang dapat dipelajari, dari kisah “Orang Lumpuh yang Disembuhkan” ini,


Pertama. Terkadang apa yang dilakukan oleh tipe orang pertama ini sepertinya mengganggu jalannya ibadah, sama seperti yang dilakukan empat orang yang nekad untuk membuka atap dan menurunkan tilam tempat sahabatnya terbaring, tepat di hadapan Tuhan Yesus (Markus 2:3-5).


Tetapi empat orang ini memiliki kerinduan agar sahabatnya dapat berjumpa dengan Dia, dan menerima kesembuhan dari penyakit lumpuhnya.


Kedua. Tipe orang percaya yang datang ke gereja selalu tepat waktu serta tidak suka datang terlambat, dan ibadah mereka tidak mau diganggu oleh hal-hal apa pun yang dirasa tidak sesuai dengan standar ibadah mereka (ayat 2).


Bila ada beberapa kejadian yang dirasa tidak sesuai dengan apa yang mereka inginkan, maka mereka menganggap bahwa Roh Kudus sudah tidak lagi bekerja di dalam ibadah tersebut, dan mereka bisa kehilangan mood-nya. Padahal Roh Kudus sendiri memiliki banyak cara untuk bekerja melawat umat-Nya, dan hal ini sering kali tidak dapat dibatasi oleh akal dan pikiran manusia kita yang terbatas.


Ketiga. Tipe orang yang suka mengoreksi khotbah hamba Tuhan di gereja, dan suka mencari-cari kesalahannya (ayat 6-8).


Tipe orang ketiga ini memiliki standar khotbahnya sendiri, yang melihat khotbah di gereja seperti sebuah “daftar menu” di sebuah restoran, yang di mana mereka hanya memilih apa yang mau mereka dengar.


Tetapi kita mendapati Tuhan Yesus menjawab tegas,


“Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: “Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!”” (ayat 8-11).


Bahkan firman Tuhan di ayat lainnya juga mengatakan pada kita,


“Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.” (2 Timotius 4:3-4).


Harga dari Seorang Jiwa.


Di dalam Matius 9:1-8 hanya menceritakan tentang Tuhan Yesus yang mengampuni dosa dan menyembuhkan seorang lumpuh. Tetapi Petrus tidak akan pernah lupa dan menceritakan dengan detail pada Markus serta Lukas (pasal 5:17-26) akan kejadian di mana atap rumahnya dibongkar, agar orang yang lumpuh itu bersama tempat tidurnya dapat diturunkan di depan Yesus (Lukas 5:19).


Melalui kejadian ini, Petrus ingin menceritakan pada Markus dan Lukas, dan juga bagi kita semua bahwa satu jiwa itu harganya begitu mahal, semahal harga harus membongkar atap dari rumahnya.


Sering kali sikap kita pada saat datang ke dalam gereja sama seperti kebanyakan orang yang datang berkerumun sehingga tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintupun tidak (Markus 2:2). Kita bersikap menjadi sama seperti orang banyak yang hadir pada saat itu, yang di mana kita suka mendengar firman Tuhan dibagikan, tetapi ada sikap dari kita yang tanpa disadari, telah menghalangi sesama untuk dapat masuk dan mengalami pemulihan di dalam hadirat-Nya yang mulia (ayat 2).


Atau bisa juga sikap kita sama seperti beberapa ahli Taurat yang mengeluh dan berpikir di dalam hatinya masing-masing,


“Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?” (ayat 7).

Keadaan di sekitar mungkin bisa berubah menjadi tidak nyaman dengan momen atap rumah yang tiba-tiba dibongkar, dan bisa jadi yang hadir pada saat itu juga berpikir pasti ada cara yang jauh lebih baik dari melakukan hal tersebut. Tetapi Tuhan Yesus berbeda, Dia melihat iman mereka, mau mengampuni dosa orang yang lumpuh, dan menyembuhkan penyakitnya. Dia melihat adanya sebuah kebutuhan yang mendesak dari sekadar atap rumah yang dibongkar, mengenai betapa pentingnya satu orang yang lumpuh ini untuk dapat berjumpa dan mengalami Diri-Nya.


Bagaimana respon kita ketika Tuhan mengizinkan kenyamanan kita di dalam beribadah mungkin diganggu, tetapi setelah itu ada satu jiwa yang dapat dimenangkan bagi Dia?

Terkadang kita menginginkan semua berjalan dengan sempurna, terjadi sesuai dengan apa maunya kita. Memang hal tersebut tidaklah salah, tetapi sekali lagi semuanya bukan tentang kita, tetapi tentang Tuhan yang rindu untuk berkarya melalui dan memulihkan hidup anak-anakNya, pada saat kita datang beribadah kepada-Nya. Ibadah ini adalah milik-Nya, dan sama seperti kisah di atas yang atap rumahnya dibongkar, izinkan Dia untuk berkarya lebih lagi sesuai dengan cara yang Dia mau, agar setiap kita dapat mengalami jamahan Pribadi Tuhan dan juga mukjizat-Nya.


Gereja Every Nation di Sri Lanka.


Pada tahun 2022, negara Sri Lanka dinyatakan bangkrut karena tidak bisa memenuhi kewajibannya dalam membayar utang, sebagai imbas dari krisis ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pada saat itu, Pdt. Benny Koesno memutuskan untuk memberikan dukungan dana pada gereja Every Nation di Sri Lanka dan oleh gereja lokal tersebut dana yang ada dipergunakan untuk membuka dapur umum dan memberi makan warga sekitar.


Pada saat itu, gereja sepertinya hanya dimanfaatkan sebagai tempat untuk mendapat makanan gratis, dan bahkan banyak orang yang dengan sengaja tinggal lebih lama di dalam gedung gereja pada hari Minggu pagi sampai malam hanya untuk menikmati dinginnya AC gereja yang memakai generator, karena kebanyakan rumah penduduk sekitar mengalami pemadaman.


Tetapi semenjak kejadian tersebut, gereja Every Nation di Sri Lanka ini dipenuhi dengan jemaat yang rindu untuk dapat mengenal Tuhan lebih lagi, karena sebelumnya mereka melihat gereja lokal yang ada sudah menjadi berkat dan terang Kristus yang nyata bagi hidup mereka.


Gereja Tuhan dipanggil dan diselamatkan bukan hanya untuk menikmati keselamatan dan kenyamanan di dalam gedung gereja saja, serta merasa kita memiliki hak untuk menilai berbagai penampilan di dalam gereja sesuai dengan standar ukuran kita masing-masing.

Dari kisah “Orang Lumpuh Disembuhkan” di atas, Tuhan Yesus sebagai Pemilik gereja menghargai keadaan satu orang lumpuh, yang dibawa keempat orang sahabatnya. Bagi manusia, apa yang mereka lakukan mungkin terlihat kurang berhikmat, tetapi Tuhan Yesus melihat kedalaman hati mereka yang memiliki kerinduan untuk dapat berjumpa dengan-Nya.


Kasih bagi Jiwa-jiwa Terhilang.


Memang hal ini adalah risiko dari gereja Tuhan dan kita perlu berhati-hati agar orang-orang tidak memanfaatkan kebaikan hati kita. Tetapi pada saat Tuhan Yesus melayani di atas muka bumi ini dan Diri-Nya menyembuhkan sepuluh orang kusta (Lukas 17:12-19), Diri-Nya benar-benar “dimanfaatkan”. Mengapa? Karena Alkitab mencatat hanya seorang dari mereka,

“ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya.” (ayat 15-16).


Sedangkan yang kesembilan orang tidak berbalik dan mengucap syukur pada-Nya. Padahal mereka disembuhkan tidak hanya dari penyakit kustanya saja, tetapi juga dari penolakan dan rasa putus asa karena dipisahkan dari lingkungannya akibat penyakit kusta yang dideritanya.


Kisah mukjizat yang diperbuat Tuhan Yesus yakni, lima roti dan dua ikan (Matius 14:13-21), yang hadir pun memanfaatkan dan menikmati makan malam gratis. Tercatat yang makan sampai kenyang kira-kira lima ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak (ayat 20-21). Tetapi Alkitab tidak mencatat ada seorangpun yang mengucap syukur pada Tuhan Yesus atas mukjizat yang sudah dilakukan-Nya.


Ibadah yang kita lakukan sebenarnya berfokus bukan pada pribadi kita, tetapi lebih kepada apakah hati-Nya Tuhan disukakan atau tidak, pada saat kita berkumpul bersama untuk menaikkan pujian dan penyembahan? Semuanya ini bukan tentang kita, tetapi tentang apa yang kita lakukan bagi Dia, agar kemuliaan-Nya dapat lebih lagi dinyatakan di dalam kehidupan anak-anakNya.


Orang-orang yang kita lihat di sekitar, mereka juga berada di dalam hati-Nya Tuhan. Kalau gereja mempunyai kasih seperti kasih Bapa bagi jiwa-jiwa yang terhilang, maka kita akan mengesampingkan setiap kenyamanan agar orang-orang yang dirasa “tidak sama” dengan kita dapat masuk dan mengalami jamahan Tuhan yang mengubahkan hidup.


Ada harga yang harus dibayar agar orang lumpuh tersebut dapat berjumpa dengan Yesus, dosanya diampuni, dan penyakitnya disembuhkan. Satu jiwa itu lebih berharga dari harga atap rumah Simon Petrus yang dibongkar, demikian pula harga dari hidup kita yang sudah dibayar lunas melalui pengorbanan Tuhan Yesus di atas kayu salib.


“Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah. Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!” (Roma 5:8-10).


Amin. Tuhan Yesus memberkati..

15 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua

Comments


bottom of page