Catatan Khotbah: Tuhan Mengetuk Pintu Hati. Ditulis ulang dari sharing Pdt. Arthur Siagian, di Ibadah Doa Malam pada Tgl. 2 Juli 2024.
“Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.” (Wahyu 3:20).
Dari semula, Allah rindu untuk bersekutu karib dengan setiap kita ciptaan-Nya. Itulah sebabnya Dia menciptakan manusia, dan setiap hari Dia mengunjungi, bercakap-cakap, dan membangun hubungan yang karib bersama dengan mereka di dalam Taman Eden. Bukan hanya sebatas tahu, tetapi mengenal, dan bahkan lebih dalam lagi, membangun hubungan yang intim karena setiap hari Allah mengunjungi mereka.
Tetapi ketika manusia pertama memutuskan untuk tidak mempercayai perkataan-Nya (Kejadian 3:1-7) dikatakan bahwa Allah tetap mendatangi mereka (ayat 8), dan membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk istrinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka (ayat 21).
Hal ini menggambarkan bahwa Allah sangat rindu untuk terus hadir di dalam hidup manusia, dan membawa mereka masuk ke dalam persekutuan yang intim dan karib bersama-Nya.
Melalui Wahyu 3:20, kita juga dapat belajar bahwa kerinduan hati-Nya tidak pernah berubah. Dia rindu untuk terus bersekutu karib dengan setiap kita. Itulah sebabnya Dia datang dan terus mengetuk pintu hati kita. Tetapi yang menjadi pertanyaan mendasarnya adalah,
Apakah kita mau membuka pintu hati bagi Dia? Apakah kita mau mengizinkan Dia masuk?
Tetapi tantangan terbesarnya adalah kita menjadi terlalu sibuk dengan banyak hal, padahal Tuhan itu datang menghampiri, terus mengetuk pintu hati, dan Dia rindu menyatakan kehadiran-Nya di dalam hidup kita. Ketika kita sibuk, kita mulai mengeraskan hati, menebalkan telinga, dan mengabaikan setiap ketukan di depan pintu hati kita, dari Tuhan Yesus.
Pada saat Pdt. Arthur masih kecil dan ingin bermain di rumah temannya, dirinya terus mengetuk pintu pagar rumah dari temannya tetapi tidak ada yang membukakannya. Pdt. Arthur sempat berpikir apakah temannya itu sudah tidak mau bermain dengan dirinya lagi, dan tidak mau membukakan pintu pagar rumahnya? Setelah itu Pdt. Arthur pulang dalam keadaan sedih.
Ketika Tuhan Yesus mengetuk pintu hati kita, dan tidak ada seorangpun yang mau membuka pintu hati tersebut.. apakah Dia akan melakukan hal yang sama: Berhenti mengetuk, dan meninggalkan pintu hati kita? Pastinya jawabannya, Tidak.
Tuhan begitu sabar dengan setiap kita. Pada saat Dia mengetuk pintu hati kita, Dia akan terus melakukannya. Sampai pada suatu waktu kita tersadar, dan dengan kerelaan diri sendiri kita akan membuka pintu hati, mengizinkan Dia masuk, dan memenuhi hidup kita dengan hadirat-Nya.
Saat awal pandemi, adalah titik balik yang mengubah total hidup Pdt. Arthur. Sebelum pandemi dirinya dipenuhi dengan berbagai jadwal kesibukan pelayanan, tetapi ketika pandemi datang, Pdt. Arthur disadarkan Tuhan bahwa yang terutama di dalam hidup ini adalah relasi pribadinya bersama Tuhan. Sejak saat itu, apa pun yang terjadi Pdt. Arthur memiliki kerinduan dan terus mendisiplin dirinya untuk setiap hari memiliki persekutuan yang karib bersama Tuhan Yesus.
Hal itu bisa berupa berdoa, mendengar suara Tuhan dan berbicara menaikkan permohonan doa, serta menikmati hadirat Tuhan di setiap harinya. Mendisiplin diri untuk terus memiliki persekutuan yang karib dengan Dia, yang di mana hal ini tidak bisa digantikan oleh apa pun juga, termasuk semua jadwal kesibukan pelayanannya.
Pada saat menyadari dan kita hidup di dalam hadirat Tuhan, maka kuasa-Nya akan selalu memampukan kita untuk dapat menyelesaikan setiap rencana-Nya di atas muka bumi ini.
Kalau apa yang berada di dalam hidup kita ini kering, maka kehidupan seperti apa yang akan kita bagikan di sekitar? Kalau sukacita di dalam hidup kita tidak penuh, maka bagaimana caranya kita dapat hidup di dalam sukacita dan membagikannya pada sekitar? Kalau hidup kita tidak memiliki Tuhan Yesus yang menjadi Sumber pengharapan dan kekuatan di dalam hidup kita, bagaimana caranya kita dapat bersemangat, menguatkan sesama, dan membagikan pengharapan hanya di dalam Tuhan Yesus, pada mereka?
Hanya Tuhan Yesus yang sanggup untuk mengisi dan memenuhi hidup kita dengan hadirat-Nya dan dengan banyak hal baik. Dia mau terus bersabar dengan kita, walaupun bisa jadi selama ini kita terus mengabaikan-Nya. Dia terus mengetuk pintu hati kita, karena Dia sangat mengasihi setiap kita. Dengarlah ketukan pintu-Nya, responi dengan benar, dan bukalah pintu tersebut agar Dia dapat masuk dan tinggal bersama-sama kita.
Bisa saja Tuhan Yesus mendobrak dan masuk dengan paksa, tetapi Dia tidak mau melakukannya. Sebuah relasi yang pada mulanya didasarkan dengan paksaan, tidak akan membawa sukacita apa pun di dalamnya. Tuhan itu nyata. Kenallah Dia lebih dalam lagi. Rindukan terus hadirat-Nya memenuhi dan mengalir, melalui hidup kita.
Arthur Siagian Pada saat pintu hati kita dibuka, maka Tuhan akan masuk dan makan / memiliki hubungan yang karib bersama kita.
Kalau kita pernah mendengar suara Tuhan, merasakan betapa indah hadirat-Nya menjamah dan memenuhi hidup kita.. maka kita akan terus menginginkan hadirat-Nya untuk memenuhi hidup kita. Tidak ada hal apa pun di dalam dunia ini yang dapat mengalahkan keindahan hadirat-Nya.
Kesibukan kita bisa jadi sangat banyak, tetapi sampai kapan kita terus mengabaikan ketukan Tuhan di depan pintu hati kita? Izinkan Tuhan Yesus masuk dan mengubah hidup kita. Saat Dia masuk, maka Dia yang akan membuat jiwa kita kaya dan makmur di dalam hadirat-Nya.
Hanya Dia yang sanggup untuk melakukannya, bukan isi dari dunia ini. Kita juga akan dimampukan Tuhan untuk dapat mengerjakan apa yang menjadi panggilan-Nya, dan menyelesaikan setiap rencana-Nya di dalam hidup kita.
Radikal. Sharing dari Pdt. Andreas Rahardjo.
Kehidupan Kekristenan kita dimulai dengan kata radikal, di mana kata tersebut memiliki arti kita menjalani sebuah kehidupan yang bersungguh hati dalam mengasihi Dia. Firman Tuhan juga mengatakan pada kita untuk bersungguh hati di dalam mengasihi Tuhan terlebih dahulu,
“Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.” (Matius 22:37-38).
Kita menomorsatukan dan menyerahkan segala sesuatu kepada Tuhan.
“Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.” (Yakobus 5:16).
Di ayat di atas dikatakan “doa orang yang benar” dan hal ini memiliki arti seseorang yang hidupnya benar, tidak biasa-biasa saja, dan memiliki kehidupan yang radikal bersama Tuhan.
“Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.” (Roma 12:11).
Radikal secara etimologi berasal dari kata latin, radix / radici, yang berarti “akar”. Kata radikal sesungguhnya bersifat netral dan positif, kalau arti negatifnya kita dapatkan dari kata ekstrem.
Di dalam kata radix, memiliki arti kita memegang teguh akar-akar dari iman Kekristenan. Kalau kita tidak menjalani kehidupan yang radikal / bersungguh hati terhadap Dia, maka kita akan selalu mengalami kebocoran rohani. Kerohanian kita juga mudah capai / loyo. Selain itu, kita juga hanya menghabiskan waktu dan tidak membawa dampak perubahan apa-apa di dalam hidup ini.
Kata radikal memiliki hubungan yang erat dengan membangun hubungan karib kita bersama dengan Dia di dalam doa dan juga pembacaan firman-Nya di dalam Alkitab.
Mengapa Daniel memiliki kehidupan yang radikal? Di ayat di bawah memberi tahu kita rahasianya,
“Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya.” (Daniel 6:11).
Bagi Daniel, membangun hubungan karib bersama dengan Dia di dalam doa itu jauh lebih penting dari apa pun juga, termasuk ancaman gua singa (ayat 8-10). Dan hal inilah yang membuatnya memiliki kehidupan yang radikal di dalam-Nya.
Hanya seorang Kristen yang radikal, yang akan menang dan bertahan di dalam zaman seperti ini. Waktu kita berjalan di dalam kebenaran firman Tuhan, kita akan memiliki kehidupan radikal / yang bersungguh hati kepada Tuhan, dan tetap berjalan di dalam terang-Nya. Kita tidak akan mau berkompromi. Kita tetap memegang kebenaran firman Tuhan di dalam Alkitab.
Jagalah persekutuan karib kita bersama-Nya. Buatlah komitmen dalam keadaan apa pun juga, kita tetap setia memegang kebenaran firman Tuhan. Jangan pernah berkompromi dengan dunia, karena hanya seorang Kristen yang bersungguh hati dan radikal di dalam mengasihi Tuhan, dirinya yang akan bertahan. Tetapi pertanyaannya adalah,
Apakah kita sudah bersungguh hati pada Tuhan?
Sering kali kita sebentar semangat, sebentar tidak bersemangat. Demikian hal seperti itu terus berulang. Bisa jadi mungkin selama ini kita masih ada beberapa area yang berkompromi dengan dosa. Milikilah komitmen yang utuh untuk mau terus belajar, untuk mengerti, dan melakukan kebenaran firman Tuhan. Berapapun harganya. Dan hal inilah yang menjadi dasar dari iman Kekristenan kita. Dari sini akan lahir pengharapan.
Kalau kita terus memegang Tuhan dan kebenaran firman-Nya, maka setiap kita akan terus dimampukan-Nya untuk dapat melewati segala musim di dalam hidup, diberi hikmat dalam menghadapi setiap permasalahan, dan juga menjadi berkat dan terang Kristus bagi sesama.
“Light yourself on fire with passion, and people will come from miles to watch you burn.” (John Wesley).
Wajan / tempat penggorengan yang dingin, akan didiami banyak serangga dan sarang laba-laba. Tetapi ketika wajan tersebut dipanasi oleh api, maka tidak ada satu ekor seranggapun, yang berani mendekati dan bersarang di dalamnya.
Apa artinya?
Penuhi hati dan hidup kita di setiap harinya dengan api dan semangat dari Roh Kudus, maka orang-orang akan datang dan melihat kita terbakar api Roh Kudus, dan tidak ada satupun kuasa roh jahat yang berani tinggal dan menyentuh kita.
Amin. Tuhan Yesus memberkati..
Comments