Catatan Khotbah: Maria dan Marta. Ditulis dari sharing Bp. Pdt. Arthur Siagian di Ibadah Doa Malam, pada Tgl. 14 Maret 2023.
“Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku." Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya." (Lukas 10:38-42).
Kerinduan Marta pada mulanya saat mengundang Tuhan Yesus ke dalam rumahnya adalah ingin menyenangkan hati-Nya, dengan sibuk melayani. Tetapi Marta mulai terjebak ke dalam usaha untuk menyenangkan hati-Nya, hanya sesuai dengan cara yang dirinya pikir. Memang, di dalam hatinya memiliki kerinduan yang besar untuk dapat menyenangkan hati-Nya, tetapi ketika Tuhan Yesus tidak merespon apa yang Marta sudah perbuat, dirinya mulai merasa terganggu dan meminta agar Dia menyuruh Maria untuk membantunya. Agar rasa terganggu / tidak enak itu dapat dibagi dengan Maria.
Ada dua hal yang dapat direnungkan dari perkataan Tuhan Yesus, setelah mendengar permintaan Marta agar Maria dapat membantu pelayanannya.
“Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara,“ (ayat 41).
Pertama. Sering kali hidup kita didorong rasa kuatir akan sesuatu. Entah tentang kesejahteraan, masa depan, perkenanan orang lain bagi hidup kita, dsb. Sehingga akhirnya kita akan berusaha dengan keras untuk menunjukkan pada mereka bahwa kita ini adalah sosok figur yang pantas untuk diakui, dipuji, dan dinilai terbaik. Dengan didorong rasa kuatir di dalam hidup ini, kita melakukan banyak hal yang di mana kita anggap kita sudah memiliki dan menjalani hidup yang menyenangkan hati-Nya.
Tetapi sesuatu yang pada awalnya didorong rasa kuatir dan cemas, hanya akan menghadirkan rasa capai, putus asa, dan juga kecewa. Kita tidak akan benar-benar mendapatkan apa yang kita inginkan. Sama seperti Marta yang bersusah payah untuk dirinya sendiri dan memikirkan apa yang dipikirkan Yesus mengenai perbuatannya. Alih-alih Tuhan memujinya, Dia malah mencelanya dengan mengatakan “menyusahkan diri dengan banyak perkara”. Hidup kita selama ini hanya concern / berfokus pada apa yang dinilai orang lain, dan tidak lagi berfokus pada apa yang Tuhan mau nilai dari hidup kita. Saat semuanya berakhir, kita akan berdiri di takhta pengadilan-Nya, dan apa yang ada di dalam hati kita selama ini akan dinilai oleh-Nya, bukan orang lain.
“tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya." (ayat 42).
Kedua. Marta ingin menyenangkan hati-Nya dengan caranya sendiri, sehingga dia menjadi kuatir akan segala sesuatu. Untuk menyenangkan hati Tuhan itu tidak terletak pada banyak hal yang sudah kita perbuat saja, tetapi juga dengan kita mau untuk duduk di bawah kaki Tuhan Yesus, berdiam diri mendengar, dan juga melakukan apa yang Dia perkatakan bagi kita.
Kita hidup dalam dunia yang semuanya serba terburu-buru, dan banyak orang sudah terjebak dalam pemikiran bahwa hidup selama dua puluh empat jam dalam sehari itu waktunya kurang. Kita mengerahkan segenap yang kita punya, hanya untuk mengejar apa yang kita anggap penting selama ini. Kita berusaha untuk mendapat lebih banyak uang dari orang lain yang hidupnya kurang bekerja dengan lebih keras, menurut pendapat kita. Tetapi seberapa jauh kesejahteraan dan juga nilai-nilai di dalam hidup kita itu tidak sekadar bergantung dari banyaknya jumlah uang di saldo rekening kita saja. Sebab hanya Tuhan yang sejatinya sanggup untuk memberkati hidup kita..
“Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya.” (Amsal 10:22).
Apa yang dapat kita lakukan pada hari ini, yang dapat menyenangkan hati-Nya? Apa yang sebenarnya Dia inginkan untuk kita perbuat?
Dengan apa yang kita perkatakan dan juga perbuat dalam hidup ini, kita dapat menyenangkan hati-Nya. Setiap kita adalah “domba” milik-Nya, dan seharusnya kita terlahir dengan telinga yang dapat mendengar suara tuntunan dari Sang Gembala Agung kita. Marilah meminta-Nya untuk terus berbicara dan menuntun hidup kita, duduk diam dan tenang, serta mendengar dan mau melakukan apa yang Dia kehendaki bagi setiap kita.
Firman Tuhan itu jauh lebih bernilai dari segala nasihat orang berhikmat. Firman Tuhan merupakan kehidupan yang berkuasa, yang masih sanggup untuk menolong dan mengubah hidup kita. Firman Tuhan berkata,
“Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.” (Roma 10:17).
Naikkan setiap permohonan doa kita dengan kerinduan yang besar, kepada-Nya. Dia pasti yang akan berbicara, terus menuntun, dan juga menjagai hidup kita, sampai kita menyelesaikan di garis akhir kehidupan. Dia yang akan memampukan setiap kita untuk dapat melewati berbagai musim dalam hidup. Kalau kita dimampukan untuk dapat melihat dan mendengar apa yang Dia mau perbuat, maka dengan iman kita juga akan melihat kuasa Tuhan itu masih sanggup untuk memulihkan setiap apa yang hilang dari dalam hidup kita.
Jangan kuatir dan berputus asa, Tuhan itu selalu setia menyertai. Saat kita mengatakan “Amin” terhadap semua janji-Nya, maka percayalah bahwa hidup kita pasti juga akan diberi-Nya hikmat dan kekuatan untuk dapat mengalami pemulihan di setiap aspek di hidup kita. Penuhilah hati dan hidup kita dengan iman dan pengharapan pada-Nya. Tuhan masih sanggup untuk mengadakan dari apa yang tidak ada menjadi ada, melakukan terobosan, dan juga mengubah hidup kita dengan kuasa firman-Nya.
We Don’t Play Like God.
Oleh: Bp. Pdt. Andreas Rahardjo.
Banyak dari antara kita yang sudah bersikap lebih besar dari firman Tuhan yang tertulis di dalam Alkitab. Kita merasa sudah tahu dan dapat melakukan banyak hal, tanpa mencari hikmat dan meminta penyertaan-Nya terlebih dahulu di dalam hidup. We don’t play like God. Kita tidak bermain menjadi seperti Tuhan. But, we trust and submit to God. Tetapi kita percaya dan mau tunduk pada apa maunya Tuhan. Kalau kita sudah mengetahui apa yang benar, marilah menempatkan Pribadi Tuhan dan kebenaran firman-Nya itu tetap di atas prioritas di dalam hidup kita. Menjunjung tinggi dan menjadikan firman Tuhan sebagai panutan, menjadi penuntun arah di langkah hidup kita.
Waktu ada masalah, seharusnya kita berlari mendekat pada Tuhan dan juga firman-Nya. Tetapi yang kita perbuat malah berusaha dengan kekuatan dan mengandalkan pengalaman kita di masa lampau, menganggap diri jauh lebih hebat, dan kita tidak mau tunduk pada firman-Nya. Kalau tidak ada spirit / roh / semangat untuk mau tunduk pada kebenaran firman Tuhan, maka yang ada malah spirit lainnya yaitu sak karepe sendiri. Semaunya sendiri. Dan hal inilah yang membuat kita susah untuk melayani Tuhan, karena kita merasa benar sendiri.
Kesombongan Hati Naaman.
“Elisa menyuruh seorang suruhan kepadanya mengatakan: "Pergilah mandi tujuh kali dalam sungai Yordan, maka tubuhmu akan pulih kembali, sehingga engkau menjadi tahir." Tetapi pergilah Naaman dengan gusar sambil berkata: "Aku sangka bahwa setidak-tidaknya ia datang ke luar dan berdiri memanggil nama TUHAN, Allahnya, lalu menggerak-gerakkan tangannya di atas tempat penyakit itu dan dengan demikian menyembuhkan penyakit kustaku! Bukankah Abana dan Parpar, sungai-sungai Damsyik, lebih baik dari segala sungai di Israel? Bukankah aku dapat mandi di sana dan menjadi tahir?" Kemudian berpalinglah ia dan pergi dengan panas hati.” (2 Raja 5:10-12).
Perintah-Nya melalui Elisa sangatlah sederhana. Naaman mandi sebanyak tujuh kali di dalam sungai Yordan. Tetapi karena ego dan kesombongan hatinya, segala sesuatu menjadi sulit. Mukjizat-Nya jadi terhalang untuk terjadi di dalam hidupnya. Tetapi pegawai-pegawainya datang mendekat serta berkata kepadanya,
"Bapak, seandainya nabi itu menyuruh perkara yang sukar kepadamu, bukankah bapak akan melakukannya? Apalagi sekarang, ia hanya berkata kepadamu: Mandilah dan engkau akan menjadi tahir." (ayat 13).
“Maka turunlah ia membenamkan dirinya tujuh kali dalam sungai Yordan, sesuai dengan perkataan abdi Allah itu. Lalu pulihlah tubuhnya kembali seperti tubuh seorang anak dan ia menjadi tahir.” (ayat 14).
Tuhan menyembunyikan mukjizat-Nya di tempat yang sederhana. Waktu kita mau humble / rendah hati, maka kita akan menemukan rencana dan mukjizat-Nya terjadi lebih lagi di dalam hidup kita. Tuhan itu memberikan anugerah-Nya pada orang-orang yang rendah hati.
Apakah kita sedang menantikan terobosan di dalam hidup? Humble ourself. Rendahkanlah hati kita. Datanglah menghampiri-Nya dan letakkan diri kita di bawah otoritas kebenaran firman-Nya. Kalau memang ada yang perlu diampuni, ampunilah. Kalau tidak mau mengampuni, berarti kita telah menjadi orang yang jahat, karena dosa kita yang begitu jahat sudah diampuni-Nya.
Tuhan bisa memakai orang-orang yang rendah hati, yang hidupnya sederhana, dan juga yang mau menempatkan dirinya di bawah otoritas kebenaran firman Tuhan.
Amin. Tuhan Yesus memberkati..
Comentários