Catatan Khotbah: “Empat Sikap Hati yang Tetap Dibangun, Saat Mendekat Pada-Nya.” Ditulis dari sharing Bp. Pdt. Arthur Siagian di Ibadah Doa Malam Tgl. 13 Juni 2023..
Ketika Iblis berusaha mengintimidasi hidup kita dengan mengatakan kita tidak akan pernah layak untuk masuk ke dalam hadirat-Nya, hidup kita masih penuh dengan dosa, dan juga berbagai intimidasi lainnya.. tetaplah mendorong hati dan diri kita untuk terus mendekat pada Tuhan. Karena Dia pasti memberi kita kekuatan untuk melalui berbagai hal yang sedang dipergumulkan.
Sering kali kita juga mempertanyakan di manakah Tuhan berada. Mengapa berbagai pergumulan kita terasa tidak dijawab-Nya. Kita ke gereja tidak merasakan hadirat Tuhan. Dalam jam-jam doa pribadi kita, Tuhan juga terasa jauh. Tetapi melalui ke semuanya itu, ada sebuah pertanyaan yang perlu diajukan pada kita saat kita datang menghampiri-Nya,
Apa motivasi sesungguhnya yang terkandung di dalam hati kita?
Apakah kita mendekat pada-Nya hanya karena ingin usaha kita diberkati, sakit penyakit kita dengan segera disembuhkan, ketika ada persoalan kita dengan mudahnya mendapat hikmat dan dengan bersegera keluar dari berbagai persoalan yang sedang kita hadapi, dan juga berbagai motivasi lainnya?
Kalau kita salah dengan sikap hati kita, bisa-bisa ujungnya kita menjadi kecewa dalam upaya mencari dan mendekat pada Tuhan.
“Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa! dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati!” (Yakobus 4:8).
Ayat di atas adalah perintah dari Tuhan, dan kita harus mendorong diri untuk selalu memutuskan untuk tetap mencari Tuhan, apa pun situasi dan kondisi yang sedang dialami. Membuat keputusan di setiap harinya untuk selalu membawa diri kita untuk datang mendekat pada-Nya. Tuhan adalah Sumber dari segala yang kita butuhkan. Bersama-Nya, hidup kita akan selalu dicukupkan dan dimampukan untuk dapat menghadapi segala situasi yang diizinkan-Nya datang.
Empat Sikap Hati yang perlu dibangun saat datang mendekat pada-Nya.
Pertama. Memiliki Kerinduan di Hati.
Orang-orang yang merindukan-Nya tidak dapat dipaksakan, dan akan terlihat dari gaya hidupnya. Tetapi sering kali kita baru menutup mata untuk berdoa, kita sudah merasa bosan. Waktu terasa begitu lama berjalan, padahal baru beberapa menit saat kita mau menyembah-Nya. Dan mungkin hal ini mencerminkan kita masih belum sepenuhnya memiliki kerinduan akan Tuhan, dan belum sampai memiliki kegigihan untuk mau melakukan apa yang Tuhan mau agar kita melakukannya di dalam hidup ini.
Tetapi kita harus memelihara dan terus menyalakan kerinduan tersebut. Kerinduan kita bisa jadi semakin pudar karena berbagai peristiwa yang dialami, tetapi mintalah agar Roh Kudus yang menyalakannya kembali. Bisa jadi kita masih memiliki berbagai kesibukan, masalah yang masih harus dipergumulkan dan belum ada jawabannya.. tetapi kalau kita mau untuk terus mengobarkan kerinduan tersebut, kita akan berkata sama seperti Daud,
“Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya.” (Mazmur 27:4).
Daud tidak memiliki agenda apa-apa di dalam hidupnya. Di sepanjang hidupnya, Dia mau untuk menikmati Tuhan dan juga hadirat-Nya.
Mungkin kita sudah tidak bisa lagi merasakan kehadiran-Nya di dalam hidup kita. Tetapi tidak ada tempat terindah dan terbaik, selain berada di dalam hadirat Tuhan. Tidak hanya nyaman, tetapi juga mengubah sudut pandang dan hidup kita. Mintalah agar Roh Kudus yang menyalakan kembali kerinduan tersebut agar kita dapat mengalami Pribadi-Nya. Kerinduan akan Dia menjaga hati kita untuk tetap memiliki fokus hidup yang benar. Ketika hadirat-Nya semakin bertambah nyata dan jelas, kita dimampukan untuk dapat memahami apa yang Tuhan rindukan, untuk dilakukan di dalam diri kita.
Kedua. Datang dengan Sikap Hati yang Mau Bertobat.
Hidup kita selama ini menjadi benar semuanya hanya karena anugerah dan pengampunan dari-Nya, bukan karena apa yang kita bisa atau apa yang sudah kita lakukan saja.
“Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." (Lukas 18:10-14).
Dari ayat di atas kita dapat belajar bagaimana sikap hati dari orang Farisi dan pemungut cukai. Bagaimana pun juga, keduanya tetap seorang pendosa, tetapi mereka memiliki sikap hati yang berbeda. Datanglah dan menghampiri-Nya dengan sikap yang mengharapkan kemurahan-Nya. Sama seperti yang dialami Bartimeus,
“..ada seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus, anak Timeus, duduk di pinggir jalan. Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru: "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!"” (Markus 10:46-47).
Bartimeus sadar bahwa dirinya tidak memiliki sesuatu yang dia inginkan agar dapat melihat, dan dia meminta belas kasihan Tuhan dan kemurahan-Nya. Tak jarang kita datang dengan sikap hati yang memaksa Tuhan harus melakukan ini dan itu, karena kita merasa sudah melakukan banyak hal. Tetapi jangan pernah lupakan bahwa Dia bukan pembantu kita, Dia itu Tuhan dan Raja yang harus kita taati. Bukan Tuhan yang harus taat pada apa yang kita mau.
Milikilah sikap hati yang sama seperti seorang pendosa yang membutuhkan kemurahan Tuhan, saat kita datang menghampiri-Nya. Dia yang akan membenarkan hidup kita dan juga mendengar setiap seruan doa yang kita naikkan. Jangan pernah datang pada Tuhan dengan hati yang selalu merasa benar. Kita masih membutuhkan pengampunan dan kemurahan-Nya yang mengubah hati dan hidup kita.
Ketiga. Milikilah Kerendahan Hati.
Kebenarannya adalah, kita masih tetap membutuhkan pertolongan dan penyertaan-Nya di setiap hari. Bukan hanya hal besar yang kita tidak bisa lakukan, tetapi juga hal-hal rutinitas yang selama ini kita terbiasa dalam melakukannya. Mintalah selalu hikmat dari-Nya. Dengan sikap penuh kerendahan hati, maka kita akan selalu memiliki dorongan untuk terus mendekat hanya pada Tuhan. Bukan yang lain.
Keempat. Memiliki Iman.
Kita memang tidak selalu dapat merasakan hadirat-Nya dan tidak selalu bisa mendengar suara dan sukacita dari-Nya. Tetapi teruslah mendekat pada-Nya karena hal ini adalah perintah dari-Nya. Sekalipun bisa jadi keadaan masih belum berubah, masalah masih diizinkan-Nya terjadi.. dekat dengan Tuhan itu jauh lebih dari cukup agar kita dapat mengalami kemenangan iman bersama dengan-Nya.
Manage-lah hati kita untuk tidak mudah kecewa, ketika mukjizat-Nya tidak datang sesuai dengan apa mau dan waktu kita. Dia tetap adalah Allah yang benar. Teruslah mendekat pada Allah dan Dia akan mendekat pada kita. Amin.
“Aku menanti-nantikan TUHAN, jiwaku menanti-nanti, dan aku mengharapkan firman-Nya. Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi, lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi.” (Mazmur 130:5-6).
Sama seperti pagi yang pasti akan datang, Tuhan juga pasti akan datang dan menolong kita. Pengharapan kita pada-Nya pastilah tidak sia-sia. Orang-orang yang berharap hanya pada Tuhan, pasti tidak akan pernah dikecewakan.
“Singa-singa muda merana kelaparan, tetapi orang-orang yang mencari TUHAN, tidak kekurangan sesuatupun yang baik.” (Mazmur 34:11).
Amin. Tuhan Yesus memberkati..
コメント