Catatan Khotbah: Pressing Forward. Ditulis dari sharing Bp. Pdt. Andreas Rahardjo di Ibadah Minggu pada Tgl. 26 Februari 2023..
“Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.” (Filipi 3:13-14).
Ayat di atas ditulis Rasul Paulus pada saat dirinya sedang berada di dalam pengapnya penjara, dan kakinya sedang terbelenggu. Tetapi walau pun fisiknya terbelenggu pasungan penjara, roh dan jiwanya merdeka. Hari-hari ini banyak orang secara tubuh dan fisiknya merdeka, tetapi jiwa dan rohnya terbelenggu, sehingga hidupnya tidak mengalami kemajuan rohani apa-apa.
“Perhatikanlah semuanya itu, hiduplah di dalamnya supaya kemajuanmu nyata kepada semua orang.” (1 Timotius 4:15).
Ada kata penting yang kita dapat dari ayat di atas yakni “kemajuanmu nyata”, yang di mana menuntun kita pada beberapa pertanyaan,
Apakah hidup kerohanian kita sudah mengalami kemajuan yang semakin signifikan? Adakah kita sudah menjadi pribadi yang jauh lebih baik dari sebelumnya? Menjadi lebih cinta Tuhan dan menjadi lebih sabar? Apakah kehidupan doa kita sudah menjadi lebih kuat dan lebih dalam dari sebelumnya?
Jangan pernah meremehkan dan melalaikan kehidupan doa, karena ketika masalah datang, dasar kehidupan kita akan tampak. Pada mulanya memang tidak apa-apa, tetapi bila kita tidak segera memperbaikinya maka bisa jadi akan semakin memburuk, dan menjadi apa-apa.
Frog in the Kettle.
Adalah sebuah kisah yang di mana kita pasti sering mendengarnya. Karena sudah terlalu nyaman dengan air yang hangat, maka ketika suhu air tersebut semakin mencapai ukuran panas maksimal, setiap saraf dalam tubuh katak tersebut menjadi otomatis lumpuh. Dan tak lama kemudian kita bisa menikmati berbagai ragam masakan swike / masakan yang terbuat dari daging katak hijau.
Di satu sisi, pandemi ini memang menyusahkan banyak orang. Tetapi di sisi lainnya, pandemi dapat membuat kita menikmati banyak waktu di rumah. Tetapi ketika Pemerintah sudah memberi keputusan agar ibadah dapat dilakukan secara Onsite, kita pun dapat menaati keputusan tersebut. Justru ketika kita dapat beribadah secara Onsite, dikatakan bahwa Tuhan itu bertakhta di atas pujian umat-Nya.
Tanpa terasa, ibadah secara Online telah melunturkan hal-hal essential. Mulai dari semangat, antusias dalam memuji dan menyembah Tuhan, sehingga pada akhirnya dapat membunuh hidup kerohanian kita.
Yang Dipelajari dari Filipi 3:13-14.
Melupakan. Mengarahkan. Berlari-lari.
Bagian Pertama. Melupakan.
"Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.” (Lukas 16:10).
“I can accept failure, everyone fails at something. But I can’t accept not trying.” -Michael Jordan.
Di bagian pertama ini, kita dapat belajar untuk melupakan Kegagalan yang pernah terjadi di dalam hidup, dan yang selalu menghantui kita. Tidak ada orang sukses yang tidak pernah gagal, dan yang terpenting adalah kita tidak tinggal di dalam kegagalan tersebut. Jangan pernah takut untuk gagal, karena dapat menjadi “vitamin” bagi setiap kita untuk dapat menggapai berbagai keberhasilan di masa yang akan datang.
“Hurt leads to bitterness, bitterness to anger, travel too far that road, and the way is lost. -Terry Brooks, Author.
Selanjutnya yang kita perlu belajar untuk melupakan adalah Kepahitan, karena dapat menuntun kita Kemarahan. Kalau kita marah, janganlah kita sampai berbuat dosa. Buat apa kita terlalu lama menyimpan kepahitan? Banyak orang memulai pertandingan imannya dengan luar biasa, tetapi ketika hidup mereka dibebani kepahitan, perkataan dan perbuatan mereka menjadi negatif. Seseorang yang hidupnya mudah marah, maka dirinya tidak akan pernah dapat untuk mengayomi keluarga dan juga orang-orang yang sebenarnya, menyayanginya.
Kalau kita masih belum berhasil menyelesaikan bagian pertama ini, maka kita tidak akan pernah siap untuk menerima berkat Tuhan di hari esok. Milikilah sikap pada waktu orang-orang sibuk dalam mencari dan membicarakan kesalahan, kita ini sudah seribu langkah dalam berbuat kebaikan. Hal apa yang perlu kita lupakan? Dosa dan Pelanggaran.
“Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” (1 Yohanes 1:9).
Selain itu, kita juga perlu berhati-hati terhadap yang namanya keberhasilan yang telah kita perbuat di masa lampau. Kita tidak bisa maju ke depan dan menyelesaikan setiap rencana Tuhan, karena kita living in the past glory. Kita ingin hidup di masa nostalgia. Memang, sulit untuk menerima kenyataan. Tetapi kita harus belajar meninggalkannya untuk menggapai hal yang lebih lagi dari Tuhan. The best is yet to come!
“If you cannot say Good Bye to your past, then you just can’t Hello to your future.” -Tony King.
Bagian Kedua. Mengarahkan.
Sama dengan mempunyai goal / tujuan.
Seorang pemimpin memiliki dua macam pengikut. Tipe pengikut pertama yang memiliki visi, misi, dan punya goal yang sama dengan pemimpinnya. Yang Kedua, mereka tidak memiliki goal dan bertindak seenaknya sendiri. Kita harus memiliki prioritas, sebab bila tidak, kita tidak akan menghasilkan apa-apa.
“If a man knows not what harbor he seeks, any wind is the right wind.” -Seneca.
Banyak orang melakukan sesuatu, dan tidak memiliki goal / tujuan hidup. Dan lama-kelamaan, hidupnya dapat menyusahkan kehidupan orang lain. Hal apakah yang benar-benar kita inginkan di dalam hidup ini?
Bagian Ketiga. Berlari-lari.
Sama dengan memiliki daya juang, semangat, dan juga komitmen. Waktu kita memiliki goal / tujuan hidup, maka Tuhan yang akan memberi kekuatan bagi kita untuk terus berjuang.
Kalau kita tidak mengalami kebaikan Tuhan, jangan salahkan keberadaan orangtua dan sekitar. Apa yang kita inginkan? Do something. Kita tidak mau apa-apa, sehingga tidak melakukan apa-apa. Kita tidak punya apa-apa, sehigga tidak menjadi siapa-siapa, dan jangan salahkan siapa-siapa. Setialah pada perkara kecil. Seseorang dipakai Tuhan untuk menjadi somebody karena mereka tahu apa yang harus diperbuat di dalam hidupnya.
Ada cerita seorang yang sudah berusia lanjut, yang fisiknya (mohon maaf) agak bungkuk, tetapi dirinya sangat rindu untuk melayani Tuhan. Dan diputuskan dirinya menjadi seorang pendoa. Di akhir hidupnya, ketika gembala dari gereja tersebut melayat di rumah duka, ditemukan ada sebuah buku yang berisi 1200 nama orang yang didoakan, dan semua pernohonan doanya sudah dijawab Tuhan. Selama hidupnya, dirinya dengan tekun dan tidak pernah menyerah untuk berdoa bagi orang-orang di sekitarnya, yang membutuhkan doa-doanya selama ini.
Jangan pernah takut untuk dinilai orang, yang penting kita ini sudah melakukan yang benar dan yang terbaik, di hadapan Tuhan. Jangan sampai hidup kita terlalu terfokus di keberhasilan masa lampau, sehingga kita tidak lagi berfokus pada Tuhan yang masih menyediakan hal yang jauh lebih besar. Tuhan mengangkat iman kita agar tidak melihat masa lalu, dan tidak mengungkit kesalahan yang diperbuat sesama.
“Dengan Allah akan kita lakukan perbuatan-perbuatan gagah perkasa, sebab Ia sendiri akan menginjak-injak para lawan kita.” (Mazmur 108:14).
“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa;” (Yohanes 14:12).
Amin. Tuhan Yesus memberkati.
Comments