top of page

Andreas Rahardjo - Part 7. Jadilah Kaya di Hadapan Allah

Catatan Khotbah: “Letters to the Seven Church. Part 7. Jemaat di Laodikia: Jadilah Kaya di Hadapan Allah.” Ditulis dari sharing Bp. Pdt. Andreas Rahardjo di Ibadah Minggu Tgl. 30 Juli 2023..


Surat yang ditulis oleh Rasul Yohanes ini adalah firman yang diucapkan dari Tuhan Yesus sendiri kepada tujuh jemaat-Nya, di mana merupakan surat yang berisi teguran yang penuh kasih bagi setiap gereja-Nya. Dan surat ini ditulis sesungguhnya bukan untuk menghancurkan gereja Tuhan, tetapi lebih untuk membawa gereja-Nya agar dapat kembali pada jalan yang benar, sesuai kehendak-Nya.


Sama seperti kisah ada seorang anak yang bermain perahu kayu di pinggiran danau, dan ada riak yang membuat mainan perahu kayu semakin menjauh dari anak tersebut. Akibatnya anak tersebut menangis karena mainan perahu kayunya semakin menjauh dari jangkauannya. Dan ada seorang bapak yang melihatnya dan berusaha melemparkan batu lebih jauh dari mainan perahu kayu itu, agar timbul riak dan juga gelombang yang dapat mendekatkan kembali mainan perahu pada anak tersebut.


Dan sama seperti yang dilakukan-Nya, tak jarang Dia “melempar sesuatu” yang membuat hidup kita merasa tidak enak dengan tujuan agar kita dapat mendekat kembali kepada-Nya. Mengapa harus demikian? Karena gereja Tuhan harus sering mengevaluasi dirinya, sebab bila tidak, kita dapat melenceng / bergeser dari panggilan-Nya pada gereja-Nya. Apa panggilan-Nya bagi gereja-Nya? Yakni menjadi harapan bagi orang-orang yang terhilang di dunia ini.


Tuhan telah membangun institusi gereja-Nya bukan hanya untuk sekadar gagah-gagahan dan bergelimang dalam suasana yang sarat “pesta rohani”, tetapi agar setiap kita dapat menjadi garam dunia dan terang-Nya. Masa depan anak-anak dan juga komunitas kita bergantung pada kehidupan kita sebagai gereja-Nya.


Surat kepada Jemaat di Laodikia.


"Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Laodikia: Inilah firman dari Amin, Saksi yang setia dan benar, permulaan dari ciptaan Allah: Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku. Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang, maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat. Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah! Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku. Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Akupun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat." (Wahyu 3:14-22).


“Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat.” (1:3).


Gereja Laodikia terletak di Turki, dan sekarang hanya tertinggal puing-puingnya saja. Apa artinya? Hal ini seharusnya membawa perenungan yang mendalam bagi setiap kita bahwa, gereja bisa menjadi punah kalau tidak mau mengikuti dan melakukan apa yang Tuhan ingin kita kerjakan. Sebab gereja Tuhan sendiri adalah penopang dari kebenaran firman Tuhan, orang-orang yang mencari kebenaran harus lari ke dalam gereja Tuhan, bertemu dengan pribadi-Nya dan kehidupan mereka diubahkan untuk dapat menjadi outstanding dan menyelesaikan kehendak-Nya. Kalau tidak ada gereja Tuhan, maka hancurlah sebuah komunitas.


Ketika melayani di luar Indonesia, Ps. Andreas selalu mencari toko buku Kristen. Dan hampir kebanyakan toko buku ini sudah tidak ditemukan, padahal buku sendiri adalah “guru” yang paling sabar. Kalau kita tidak memahami apa yang tertulis di dalamnya, maka kita akan membacanya terus-menerus.


John C. Maxwell pernah berkata,


“Kalau kita berhenti untuk belajar, maka kita akan berhenti bertumbuh.”

Membaca buku, terutama Alkitab, dapat mengembangkan wawasan pengetahuan kita. Marilah kita terus mengingatkan diri sebagai gereja Tuhan, agar kita terus berjalan sesuai dengan apa yang Tuhan mau untuk kita selesaikan di dalam hidup ini, sehingga kita sebagai gereja-Nya tidak punah. Sebab bila tidak ada nilai dan kebenaran firman Tuhan yang dapat diwariskan pada generasi selanjutnya.. maka kita bisa saja membangun gedung yang bagus dan banyak prestasi wah, tetapi semuanya percuma dan akhirnya gereja dapat menjadi punah.


Pertama. Allah yang firman-Nya pasti benar dan pasti terjadi.


"Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Laodikia: Inilah firman dari Amin, Saksi yang setia dan benar, permulaan dari ciptaan Allah:” (3:14).

Allah memperkenalkan Diri-Nya di gereja di Laodikia sebagai Pribadi “Amin”, dan kata ini memiliki arti firm / kokoh, tidak berubah, pasti, dapat dipercaya, dan dapat diandalkan. Jadi kalau kita berdoa dan mengakhirinya dengan kata “Amin”, maka apa yang kita naikkan dalam permohonan doa-doa kita itu pasti dijawab sesuai dengan waktu terbaik-Nya, karena kita berdoa pada Allah yang hidup, yang janji-Nya teguh dan yang selalu dapat kita andalkan.


Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk tidak hanya sekadar mengucapkan “Amin, Syalom, Haleluya, Puji Tuhan” saja tetapi kita ini benar-benar telah memahami makna di balik kata tersebut. Saat kita mengatakan “Syalom”, kata tersebut memiliki arti saya memiliki damai / syalom dari Tuhan, dan saya ingin mengimpartasi / membagikannya kepada orang-orang di sekitar kita. Saat kita berkata “Amin”, hal ini sama seperti kita menyerahkan berkas-berkas doa kita pada Tuhan, dan Dia akan menjawab sesuai dengan waktu terbaik-Nya.


Sama seperti yang dilakukan di ibadah gereja dari Dr. Tony Evans yang memperkenalkan pribadi Tuhan Yesus selama lima belas menit lamanya. Semuanya dimulai dengan pertanyaan,


Siapakah Tuhan bagi diri kita pribadi?

Iman kita tidak akan melebihi pengenalan yang kita miliki selama ini akan siapa Pribadi Tuhan. Kalau kita memiliki kerinduan untuk terus mengenal-Nya lebih, maka iman kita juga akan terus bertumbuh. Dan ketika mengenal-Nya lebih, maka ketika mengakhiri setiap permohonan doa dengan kata “Amin”, maka kita juga percaya bahwa setiap permasalahan itu sudah terselesaikan di dalam satu kata yakni, “Amin.” Dia menyertai kita selamanya. It’s done, dan tidak ada lagi keraguan. Walau pun kita jauh dari anak-anak, tetapi Tuhan pasti akan selalu menyertai mereka. Dan doa ini termeterai di dalam kata “Amin”. Tidak dapat diubah dan pasti akan diwujudkan sesuai waktu terbaik-Nya.


Dia itu setia dan menggenggam setiap permohonan doa kita. Semua beban pergumulan dan permasalahan kita harus kembali kepada Pribadi Allah yang setia dan Amin. Tetapi kita menjauh dari Tuhan yang justru adalah Sumber kehidupan kita, maka akan terjadi kesuaman.


“Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.” (3:15-16).


Menurut sumber sarapanpagi.org ,


“Letaknya (Laodikia) sangat ditentukan oleh sistem jaringan jalan raya, sehingga tidak mempunyai sumber air bersih yang tetap dan dekat. Air harus disalurkan lewat pipa-pipa ke kota dari sumber-sumber air panas di tempat yang agak jauh, dan bila tiba di kota air itu mungkin sudah menjadi hangat-hangat kuku. Pada akhirnya kota itu ditinggalkan dan kota baru tumbuh di lahan kota zaman modern (Denizli) di sekitar sumber-sumber air itu.”


Secara figuratif, Tuhan ingin mengatakan pada setiap kita agar tidak memiliki hidup yang suam-suam kuku, dan jangan pernah menjauh dari Sang Sumber kehidupan itu sendiri. Tetapi yang menjadi permasalahannya adalah sering kali kita tidak sadar. Padahal kekuatan iman kita terletak di hukum terutama di bawah ini,


“Lalu seorang ahli Taurat, yang mendengar Yesus dan orang-orang Saduki bersoal jawab dan tahu, bahwa Yesus memberi jawab yang tepat kepada orang-orang itu, datang kepada-Nya dan bertanya: "Hukum manakah yang paling utama?" Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini."” (Markus 12:28-31).


Watchman Nee mengatakan,


“Akan datang masa-masa yang sulit, di mana seorang anak Tuhan tidak dapat hidup bila tidak memiliki persekutuan dengan Tuhan secara pribadi dan juga memiliki persekutuan terhadap sesamanya.”

Kalau hidup kita menjauh dari persekutuan dengan Tuhan dan sesama, maka kerohanian kita dapat menjadi suam-suam kuku. Kita dapat melihatnya dalam kehidupan Tomas,


“Tetapi Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ.” (Yohanes 20:24).

Dikatakan di ayat di atas, Tomas tidak hadir di dalam persekutuan bersama para murid-Nya, sehingga kita membaca di selanjutnya,


“Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: "Kami telah melihat Tuhan!" Tetapi Tomas berkata kepada mereka: "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya."” (ayat 25).

Itulah sebabnya tidak cukup dengan hadir di ibadah secara Online saja, tetapi kita juga perlu hadir di ibadah secara Onsite untuk dapat menyembah Tuhan bersama-sama dengan jemaat lainnya di dalam gereja kita. Kalau kita selalu menghindar dari setiap pertemuan ibadah Onsite, maka kesuaman dapat masuk dan mencuri berkat-berkat rohani di dalam hidup kita. Menjauh dari-Nya dan juga persekutuan dengan sesama selain mengakibatkan kesuaman rohani, juga kesusahan secara jasmani.


Kedua. Jangan dibutakan oleh kekayaan materi.


“Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang,” (Wahyu 3:17).


Gereja Laodikia adalah gereja yang kaya. Menurut sumber sarapanpagi.org ,


“Karena letaknya begitu strategis, maka kota ini menjadi pusat perdagangan yang sangat makmur, terutama pada zaman pemerintahan Romawi. Ketika kota itu hancur karena gempa bumi yang hebat di tahun 60 M, kota itu sanggup menolak tawaran bantuan biaya pembangunan kembali dari kaisar. Laodikia menjadi pusat yang penting untuk perbankan dan pertukaran (Cicero, ad Fam 3.5.4). Dan karena terletak di lembah Sungai Likus yang lebar, kota ini dikelilingi oleh tanah yang subur (Sungai Likus adalah anak Sungai Meander). Produksinya yang terkenal antara lain adalah jubah dari wol hitam yang berkilau (Strabo, Geog. 12.8.16 [578]), dan Laodikia juga terkenal sebagai pusat ilmu kesehatan mata.”


Watchman Nee mengatakan,


“Kalau kita sudah membanggakan sesuatu itu lebih dari Pribadi Tuhan, maka lambat laun hidup kerohanian kita dapat menjadi mati.”

“Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah." (Lukas 12:20-21).


Berhati-hatilah dengan false security / rasa aman palsu dan salah, yang di mana kita merasa dengan harta kekayaan ataupun hal-hal lainnya yang menjadi pegangan di dalam hidup.. kita dapat merasa aman. Kalau kita dipanggil Tuhan “pulang” saat ini, maka kita bisa apa? Apakah selama ini kita hanya berusaha untuk terus memperkaya diri sendiri, tetapi tidak berjuang untuk menjadi kaya di hadapan Tuhan?


Dia tidak melihat seberapa banyak pabrik, mobil, dan juga banyak hal yang kita dapat raih dari dalam dunia ini.. tetapi Dia melihat seberapa banyak kita sudah melakukan dan menyelesaikan kehendak Tuhan, dan menjadi berkat bagi sesama? Seberapa banyak yang sudah kita tabur untuk hal-hal yang bernilai kekekalan? Seberapa banyak orang yang kepadanya sudah kita ceritakan tentang Pribadi Yesus?


Bila kita tidak pernah / jarang melakukan hal-hal di atas, maka mulailah dari hari ini untuk kita terus berjuang menjadi kaya di hadapan-Nya. Sama seperti pesan yang selalu disampaikan oleh Bp. Pdt. Yeremia Rim agar setiap sumber daya yang ada di dalam gereja kita, baik dari sisi daya maupun dana, semuanya dipergunakan untuk melebarkan kerajaan Allah, mengirim banyak misionaris di tempat yang tidak pernah / jarang mendengar Injil Yesus Kristus. Sama seperti di acara “Tomohon Berdoa”, yang kita rindukan agar ada kegerakan doa di kota tersebut.


Sudahkah kita menyisihkan waktu untuk hal-hal yang bernilai kekekalan? Dan kelak ketika kita berdiri di hadapan Takhta Pengadilan-Nya, apakah Dia dapat berkata pada kita,


“Maka kata Tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba-Ku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, Aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan Tuanmu.” (Matius 25:23).


Watchman Nee mengatakan,


“Jemaat Laodikia adalah jemaat yang sombong.”

Gereja Tuhan harus menutup setiap celah kesombongan, sebab bila tidak akan muncul bahaya darinya:


Pertama. Kesombongan mengembangkan pandangan terhadap diri sendiri secara tidak realistis.


“..Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.” (Roma 12:3).


Kedua. Kesombongan menciptakan “critical spirit”.


“Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?” (Matius 7:3).


Ketiga. Kesombongan Mengakibatkan Kehancuran.


“Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan.” (Amsal 16:18).

Tuhan menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani dan memberi anugerah kepada orang yang hidupnya rendah hati.


The Danger of Pride / Bahaya Kesombongan. Leadership 101 with Kyler Briscoe.


Tidak ingin mendengar nasihat atau pendapat dari orang lain. Merasa tidak perlu lagi untuk mendengar kritik yang membangun dari sesama. Merasa memiliki semua hak, baik hak untuk marah, menghakimi, dikagumi, dipuji, dan diperhatikan lebih dari lainnya.. yang merupakan tanda kesombongan. Kita orang Kristen dipanggil untuk melayani, bukan dilayani. Merasa berjasa atas kesuksesan yang telah diraih orang lain, hanya agar orang lain melihat diri kita yang berjasa, tidak lagi karena kasih dan anugerah Tuhan. Berkompetisi secara tidak sehat.


Gagal untuk melihat kelemahan / kekurangan diri sendiri, sebaliknya selalu suka melihat kekurangan orang lain. Suka mencari perhatian. Suka memanipulasi orang lain untuk mengutamakan agenda pribadi. Sama seperti kisah ibu kos di bawah ini,


“Ada kisah seorang ibu dari grup paduan suara yang mengajak rekan-rekannya yang bergabung di dalam paduan suara tersebut untuk menyumbang uang bagi seorang mahasiswa yang baru saja ayahnya meninggal dunia, sehingga terancam di-dropout dari tempat kuliahnya, dan juga tidak bisa membayar uang kos yang ditempati. Rekan-rekannya merasa terharu dan bertanya apakah ibu ini anggota keluarganya, atau kerabat jauhnya? Tetapi ibu ini berkata tidak pada semua pertanyaan, dan menjelaskan bahwa dia hanyalah ibu pemilik kos dari yang ditempati mahasiswa tersebut.


Jadi, ibu ini memiliki motivasi agar nantinya setelah mahasiswa tersebut mendapat uang, mahasiswa tersebut dapat membayar uang kos dan juga melanjutkan sewa selanjutnya.”


Hidupnya penuh dengan kemunafikan. Tidak mau menundukkan diri pada otoritas dan suka memberontak. Egois. Mencari kemuliaan hanya bagi diri sendiri, dan tidak lagi bagi kemuliaan Tuhan. Merasa dirinya paling benar, lebih benar dari orang lain. Keras kepala dan gengsi untuk meminta pertolongan dari orang lain.


Mengutamakan reputasi daripada karakter. Tidak pernah mau untuk meminta maaf. Memiliki unteachable spirit / roh yang tidak mau diajar. Suka untuk merendahkan derajat hidup orang lain. Ingin dilayani dan tidak mau melayani. Suka pamer. Dan malas untuk berdoa.


Hanya orang yang rendah hati yang bisa berdoa. Tetapi seorang yang keras hati tidak bisa berdoa. Dan seorang yang tinggi hati tidak mau berdoa.

Ketiga. Jadilah Kaya di Hadapan Allah.


“maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat. Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah! Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.” (Wahyu 3:18-20).


Standar kehidupan Kekristenan kita adalah Kristus, dan bukan dari kebenaran diri kita sendiri. Dan seberapa jauh perjalanan iman kita selama ini apakah sudah menyerupai Kristus? Keluarga dan keberadaan orang-orang di sekitar kita membutuhkan Kristus yang dapat dinyatakan, melalui keteladanan di hidup kita.


Ayat 18-20 juga merupakan ayat figuratif, yang darinya Tuhan mau agar kita belajar,


Pertama. “..supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya..”


Artinya adalah: Agar kita memiliki cukup kerendahan hati untuk selalu mau diproses sehingga kita memiliki karakter seperti Kristus, dan menjadi kaya di dalam karakter.


Kedua. “..dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan;”


Artinya adalah: Agar kita mau memutuskan untuk selalu hidup di dalam kekudusan, sehingga kesaksian hidup kita nantinya tidak memalukan nama Tuhan kita.


Ketiga...dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat.”


Artinya adalah: Selalu membuka diri terhadap dan mengandalkan selalu pekerjaan Allah Roh Kudus yang dapat membuat mata hati kita menjadi terang.


Keempat. Duduk di Atas Takhta Allah.


“Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Akupun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat." (Wahyu 3:21-22).


Orang yang sombong / tinggi hati akan selalu mencari kedudukan. Tetapi orang-orang yang rendah hati, Tuhan dapat semakin mempromosikan. Bersama dengan kasih dan hikmat Tuhan yang akan selalu menuntun, hidup kita akan selalu dimampukan untuk dapat memerintah bersama dengan Kristus.


Amin. Tuhan Yesus memberkati..

11 tampilan0 komentar

コメント


bottom of page