top of page

Andreas Rahardjo - Mengucap Syukur Senantiasa

Catatan Khotbah: “Mengucap Syukur Senantiasa.” Ditulis dari sharing Bp. Pdt. Andreas Rahardjo di Ibadah Minggu MDC Graha Pemulihan, pada Tgl. 14 Januari 2023.

Mengucap Syukur adalah Kehendak Tuhan.



“Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” (1 Tesalonika 5:18).

“In every situation (no matter what circumstances) be thankful and continually give thanks to God, for this is the will of God for you in Christ Jesus.” (1 Thessalonians 5:18).

Mengucap syukur sangat mudah untuk dilakukan bila segala sesuatu di dalam hidup kita berjalan dengan mudah dan baik-baik saja. Tetapi dari bacaan ayat firman Tuhan di atas mengajar kita untuk belajar melakukannya di dalam segala hal, keadaan baik maupun kurang baik, keadaan mudah maupun sedang menghadapi berbagai tantangan, melalui “keadaan terang” maupun lembah kekelaman yang gelap.. Dia menghendaki agar kita tetap mengucap syukur di dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki-Nya di dalam Kristus Yesus.


Selain itu, di balik kita belajar untuk mau mengucap syukur juga terdapat mukjizat luar biasa yang Tuhan sudah sediakan dalam kehidupan anak-anakNya.


Contoh praktisnya ketika kita mau belajar untuk mengampuni seseorang yang sudah berbuat tidak adil di dalam hidup kita, hal ini harus dilakukan karena tidak ada cara lain untuk dapat memerdekakan jiwa kita dari segala macam geram, kepahitan, dan belenggu emosional yang membuat kita tidak berbahagia. Tidak ada jalan lain menuju restorasi / pemulihan dari sebuah hubungan, selain melalui pengampunan.


Bahkan di dalam dunia pernikahan,


“A happy marriage is the union of two good forgivers.” (Ruth Bell Graham).

Saat forgiving spirit / semangat untuk mengampuni hilang, maka kita tidak akan dapat lagi mengalami kebahagiaan.


Di balik kita mau belajar mengucap syukur, berkat Tuhan apa yang tersedia di baliknya? Tidak ada cara lain untuk dapat membuat jiwa kita positif selain dengan mengucap syukur, karena dapat mengubah sudut pandang dan pola pikir yang sebelumnya negatif menjadi positif.


Bahkan ada yang berkata,


“Thanksgiving change from pressure to God’s presence. Mengucap syukur mengubah keadaan yang sebelumnya penuh dengan tekanan, menjadi hadirat Tuhan yang memulihkan hidup.”

“Kita tidak bisa memiliki kehidupan yang positif, kalau selalu memiliki pola pikir yang negatif.” (Joyce Meyer).

Saat kita mau belajar untuk mengucap syukur, maka pikiran kita dapat diubah menjadi positif, dan hal itu disusul dengan berbagai hal positif yang juga ikut terjadi di dalam hidup kita.


Wallace E. Johnson yang kehilangan pekerjaan, pada mulanya marah terhadap Tuhan mengapa Dia membiarkan hal tersebut terjadi. Mengapa tidak ada pembelaan dan penjagaan dari-Nya. Tetapi pada akhirnya dirinya belajar mengucap syukur dan mencoba untuk bangkit kembali. Tuhan memberikan dirinya hikmat sehingga cara berpikirnya berkembang, dan dengan sahabatnya Kemmons Wilson Jr., mencoba membuka motel di tengah keadaan yang sulit. Dan usahanya ini diberkati Tuhan dan berhasil, dari beberapa motel saja telah bertumbuh menjadi jaringan hotel terbesar di dunia. Nama jaringan hotel tersebut adalah Holiday Inn.


“Hari orang berkesusahan buruk semuanya, tetapi orang yang gembira hatinya selalu berpesta.” (Amsal 15:15).

Kalau kita mengawali sebuah hari dengan omelan, maka kita akan melihat yang terjadi di dalam hidup kita selanjutnya hanyalah hal-hal buruk. Mau mencari dan mengalami hari baik? Mulailah hari kita dengan belajar mengucap syukur, dan Dia yang akan bekerja selanjutnya di dalam hidup kita. Ada berbagai mukjizat yang Tuhan sediakan, pada saat kita mau belajar untuk mengucap syukur di dalam segala hal.


Mengapa kita harus belajar untuk Mengucap Syukur Senantiasa?


Pertama. Mengucap Syukur adalah Tanda Kedewasaan.


Hanya orang dewasa yang bisa mengucap syukur, karena anak-anak akan selalu merasa kurang dan penuh dengan keluhan.


Seseorang bisa saja mengalami berbagai tantangan di dalam hidupnya, dan bisa jadi beberapa di antaranya mungkin dirasanya terbesar. Tetapi saat dirinya mau menyadari dan melihat bahwa apa yang Tuhan beri dan kerjakan di dalam hidupnya itu masih jauh lebih banyak.. maka tantangan seberat apa pun tidak akan sebanding dengan banyaknya berkat yang sudah Dia berikan. Kedewasaan memampukan kita untuk melihat, bahwa Tuhan yang kita sembah itu masih jauh lebih besar dari tantangan apa pun yang sedang kita hadapi di dalam hidup ini.


Pernahkah kita mengucap syukur atas pengorbanan yang Tuhan Yesus sudah kerjakan di atas kayu salib untuk menebus dosa-dosa kita? Hidup kita sudah dipulihkan, diberi kekuatan, kesehatan, dan masih banyak hal lainnya agar kita dapat mengucap syukur. Pernahkah kita mengucap syukur karena semua indera kita masih berjalan dengan normal, dan kita bisa menikmati betapa luar biasanya Tuhan?


Masih banyak hal yang dapat kita syukuri. Dan semakin dewasa kerohanian kita, maka semakin banyak kita dapat mengucap syukur pada-Nya atas setiap berkat-Nya.


Kedua. Mengucap Syukur menjadikan Doa kita Efektif.


“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” (Filipi 4:6-7).


Mengalami kekuatiran itu adalah hal yang wajar di dalam hidup kita. Mengapa? Agar kita memiliki sesuatu yang dapat kita serahkan ke dalam tangan Tuhan. Tetapi pada saat kita mengalami kekuatiran, kita dapat menyatakan “..dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” (ayat 6). Mengapa kita harus menyatakannya? Karena Tuhan itu jarang menjawab doa dari seseorang yang hidupnya suka mengeluh.


Tuhan masih sanggup untuk menolong kita dan ketika kita mau menyatakannya dalam doa dan permohonan ucapan syukur maka,


“Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” (ayat 7).

Kalau damai Tuhan diberikan di dalam hidup, maka kita akan menjadi orang yang paling secure / aman di atas muka bumi ini. Dan hal ini disebut dengan kita tinggal di dalam kerajaan yang tidak tergoncangkan, yakni kerajaan yang penuh dengan damai sejahtera-Nya. Damai sejahtera ini tidak dijual di mall atau di manapun juga, tetapi didapat pada saat kita mau untuk menyatakannya dalam segala hal keinginan kita kepada Allah, dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.


“Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut.” (Ibrani 12:28).


“dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu. Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya,dan Ia akan bertindak;” (Mazmur 37:4-5).


Ayat di atas mengajar kita untuk bergembira karena Tuhan, bukan karena berkat-berkat yang Dia berikan. Pada saat kita mau belajar untuk bersyukur, maka kita akan melihat lebih banyak lagi kebaikan Tuhan, yang sesungguhnya telah dan sedang terjadi di dalam hidup kita.


Hana. Kita semua sudah hafal dengan kisahnya. Hatinya begitu pahit karena: Tidak memiliki anak (zaman dahulu dianggap aib), suaminya mengambil Penina sebagai istri keduanya, Penina memiliki anak sedangkan Hana tidak, Penina selalu menyakiti hatinya, saat menangis dan tidak mau makan Hana pergi ke bait suci Tuhan dan menyangkanya mabuk (1 Samuel 1:1-17).


Tetapi ketika Hana mau mengubah sikapnya,


“..Lalu keluarlah perempuan itu, ia mau makan dan mukanya tidak muram lagi.” (ayat 18b).

Lebih lanjut dikatakan,


“..Ketika Elkana bersetubuh dengan Hana, isterinya, TUHAN ingat kepadanya. Maka setahun kemudian mengandunglah Hana dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ia menamai anak itu Samuel, sebab katanya: "Aku telah memintanya dari pada TUHAN."” (ayat 19b-20).


Ketika Hana mau makan dan mukanya tidak muram lagi, dirinya mau melayani suaminya dengan baik, relasinya dengan sesama juga diperbaiki.. maka dikatakan TUHAN itu ingat kepadanya. Dia memberikan anak yang dinamakan Samuel, seorang nabi pertama yang nantinya akan mengurapi Saul sebagai raja pertama atas Israel. Dan Tuhan mengubah sejarah bangsa Israel melalui keberadaan Samuel.


Bagi Hana, masalahnya hanya sebatas tidak memiliki anak. Tetapi bagi Tuhan, Dia masih memiliki rencana yang jauh lebih besar.


Setiap masalah yang diizinkan-Nya terjadi, yang harus kita hadapi, masih ada rencana Allah yang luar biasa. Jadikan doa itu efektif, apa pun situasi dan kondisi yang sedang kita alami, dan tetaplah belajar untuk mengucap syukur.


Ketiga. Mengucap syukur Memberi kita Rasa Puas.


Dasar iman kita haruslah rasa cukup. Kekayaan Surga pun tidak akan pernah cukup bagi orang yang tidak bisa mengucap syukur. Kalau kita tidak bisa merasa cukup atas setiap berkat yang sudah Tuhan berikan, maka kita akan selalu merasa kurang dan pada akhirnya kita tidak mau berbagi berkat-Nya pada orang lain. Bukan berarti kita tidak mau maju dan berkembang lebih lagi, tetapi belajarlah untuk merasa puas dan juga mengucap syukur atas apa yang Tuhan sudah berikan di dalam hidup kita.


Kita menjadi seorang yang sangat kaya, ketika kita dapat mengucap syukur. Kita tidak lagi melihat kekurangan atau apa yang kita masih belum miliki, tetapi kita melihat kelebihan atau berkat yang sudah Tuhan beri. Dan inilah yang menjadi fondasi dari penyembahan kita.


Dengan belajar mengucap syukur akan memberi rasa puas dalam hidup kita, dan menghasilkan penyembahan sejati pada Tuhan. Sebaliknya, ketika kita tidak mau belajar untuk mengucap syukur, selalu mengeluh, maka hal ini akan mengarah pada rasa tidak puas, dan berujung pada sikap pemberontakan.


Kita tidak mungkin menjadi seorang penyembah bila hati kita tidak dipenuhi dengan ucapan syukur. Segala sesuatu yang dimulai dari keluh kesah, bila kita tidak berhati-hati, maka dapat berujung pada pemberontakan. Belajarlah untuk selalu mengucap syukur. Ketika kita bisa bersyukur, maka Tuhan akan memberi rasa puas, dan hal ini dapat membawa keuntungan yang luar biasa di dalam hidup kita.


Bersyukur yang Salah.


Bersyukur karena merasa lebih baik dari orang lain.


“Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini;” (Lukas 18:11).


Bersyukur karena rasa aman yang salah.

“Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?” (12:19-20).


Bisa juga ketika kita bersyukur untuk kejatuhan musuh kita, karena diperlakukan tidak adil dan merasa sakit hati selama ini.


“Jangan bersukacita kalau musuhmu jatuh, jangan hatimu beria-ria kalau ia terperosok, supaya TUHAN tidak melihatnya dan menganggapnya jahat, lalu memalingkan murkanya dari pada orang itu.” (Amsal 24:17-18).


Keempat. Mengucap syukur membuat kita Bermurah Hati.


Cerita tentang Zakheus yang bersukacita dan mengucap syukur karena Tuhan Yesus mau menumpang di rumahnya, membuat kita belajar bahwa rasa syukur itu menjadikan seseorang dapat bermurah hati pada sesamanya.


Kisah seorang bapak tunanetra di bawah ini mungkin sering kita dengar. Duduk mengemis di pinggiran kota, di hari yang seperti biasanya, dan tak lupa membawa kardus yang setiap hari dibawanya. Di kardus tersebut ada tulisan,


“I'am blind! Help me!”
“Aku buta! Tolong aku!”

Sementara itu, dirinya hanya duduk termenung menanti pemberian koin-koin dari pejalan kaki yang lewat. Namun semakin siang, hanya ada beberapa orang yang memberi beberapa koin di kardus yang diletakkan di depannya.


Tak lama kemudian datanglah seseorang yang mendatangi bapak tunanetra ini dan membaca tulisan yang tertera di kardus tersebut. Bapak tersebut hanya dapat meraba-raba kaki seseorang yang datang itu. Dan orang tersebut langsung pergi meninggalkan bapak tersebut dan tak lama kemudian datang lagi dengan membawa sebuah spidol.


Apa yang ia lakukan?


Ternyata dia mengganti tulisan yang ada di kardus bapak tersebut, tanpa memberi beberapa koin untuk bapak itu. Dan bapak tunanetra ini kemudian mendengar banyak orang memberi beberapa koin di dalam kardusnya. Mengapa banyak orang sekarang memberikan koin pada bapak tunanetra ini? Karena sekarang tulisannya telah berubah menjadi,


“It’s a beautiful day, but I can't see it.”
“Ini adalah hari yang indah, tetapi aku tidak bisa melihatnya.”

Pada waktu rasa syukur hadir, maka hal tersebut dapat menciptakan kemurahan hati. Berapa banyak dari antara kita yang masih bisa bersyukur karena mata kita masih dapat melihat dan berfungsi dengan normal?


Seseorang yang dipakai Tuhan untuk dapat memberkati hidup orang lain dan memperlebar kerajaan-Nya adalah seseorang yang dapat mengucap syukur. Hal ini meluap dari hati yang dapat bersyukur, dan kita akan melihat hidup kita dapat dipakai Tuhan dengan luar biasa.


Kelima. Mengucap Syukur ada hubungannya dan mengajar kita tentang Kerendahan Hati.


Mengucap syukur memiliki beberapa ekspresi, dan bagaimana ekspresi dan sikap kasih kita selama ini kepada Tuhan? Apakah sudah maksimal sampai kita dapat menyentuh hati-Nya?


Kita dapat mengucap syukur pada Tuhan kalau kita dapat menyadari bahwa sesungguhnya semua berkat yang telah kita terima dari Tuhan ini, kita tidak layak menerima semua berkat-Nya. Dasarnya hanyalah pengorbanan-Nya dari atas kayu salib, kita diselamatkan karena anugerah. Karena Tuhan menyayangi hidup kita, dan telah memberi yang terbaik bagi setiap kita.


“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yohanes 3:16).


Pada waktu kita dapat melihat bahwa semua pemberian Tuhan di dalam hidup kita itu adalah hal yang baik adanya, maka kita akan merasa rendah hati dan mensyukuri semua berkat yang sesungguhnya kita tidak layak menerimanya. Dan ucapan syukur kita menjadi luar biasa.


"Tidak ada seorangpun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga.” (Yohanes 3:27).

Kita tidak bisa mengambil sesuatu bagi diri kita sendiri, kalau hal tersebut tidak dikaruniakan Tuhan di dalam hidup kita. Pada waktu kita menyadarinya, ucapan syukur kita menjadi berkualitas di hadapan-Nya. Mintalah kekuatan dari Tuhan, dan ambillah selalu komitmen untuk dapat mengucap syukur dalam segala hal.


Amin. Tuhan Yesus memberkati..

22 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua

Komentáře


bottom of page