top of page

Andreas Rahardjo - Mengenal Kebaikan Tuhan

Catatan Khotbah: “Mengenal Kebaikan Tuhan.” Ditulis ulang dari sharing Bp. Pdt. Andreas Rahardjo di Ibadah Minggu di MDC Graha Pemulihan, pada Tgl. 10 Maret 2024.



Ayat Bacaan: Mazmur 23.


Kalau melihat hidup kita ke belakang, maka kita akan mendapati bahwa semuanya dipenuhi dengan God’s Favor / kasih karunia dan juga kesetiaan Tuhan. Semua yang terjadi di dalam hidup kita semata-mata hanyalah karena kebaikan dan pemeliharaan-Nya semata.


Saat ada masalah, saat semua pintu kesempatan tertutup, kita tidak bisa lagi mengembangkan bisnis.. tiba-tiba Tuhan membuka sedikit celah dan memberikan opportunity / kesempatan yang mungkin terlihat kecil, tetapi melaluinya kita dapat bertahan dan bahkan mengembangkan bisnis kita. Ini adalah kebaikan dari Tuhan. Ketika kita bertemu dengan seseorang, kita jatuh cinta, Tuhan memberkati dan menyertai, dan lebih jauh kita dapat membangun sebuah keluarga. Ini semua juga karena kebaikan Tuhan.


Ketika di pekerjaan kita dipromosikan, padahal masih banyak yang lebih pandai dari kita, semua karena ada favor / perkenanan-Nya. Kalau kita tetap mempercayai-Nya, sekalipun keadaan bisa jadi diizinkan tampak berat untuk dilalui, maka percayalah bahwa semuanya pada akhirnya akan Tuhan letakkan berada di porsi dan di tempat yang tepat. Semua masih berada di dalam kendali Tuhan yang seutuhnya. Sekalipun keadaan bisa jadi diizinkan berantakan, Tuhan itu masih sanggup untuk memulihkannya kembal.


“Iman yang sejati adalah keyakinan yang kokoh akan kebaikan Tuhan.” (Martin Luther).

Hidup kita dapat mengalami sukacita yang luar biasa dari Tuhan, kalau kita memiliki iman dan keyakinan yang teguh bahwa Dia tidak pernah meninggalkan kita, apa pun yang menjadi situasi dan kondisinya. Dasar dari penyembahan kita haruslah we see the goodness of God / kita melihat masih ada kebaikan Tuhan, di dalam segala sesuatu yang diizinkan-Nya terjadi.


Kalau hidup kita selalu dipenuhi dengan sikap menggerutu, maka kita tidak akan bisa menjadi seorang penyembah. Dimensi kebaikan-Nya itu sifatnya dari kekal sampai kekal. Tidak dapat dibatasi oleh apa pun. Selain itu, segala sesuatu yang baik di dunia ini, original-nya berasal dari Tuhan. Ketika kita tidak lagi bisa untuk melihat kebaikan Tuhan di dalam segala sesuatu yang terjadi, maka kita tidak akan bisa lagi untuk enjoy / menikmati kebaikan-Nya.


Apa yang terjadi pada kita, jika melupakan kebaikan Tuhsan di dalam kehidupan ini?


Pertama. Kita akan mengambil kemuliaan hanya untuk diri kita sendiri, atas apa yang Tuhan sudah perbuat di dalam hidup kita.


Kita merasa semuanya terjadi hanya karena hebatnya kita, padahal kita lupa semua hanyalah karena kebaikan Tuhan yang telah memelihara dan menjagai kita. Di dalam Alkitab banyak kisah yang menceritakan generational blessings / berkat dari generasi ke generasi. Kita dapat memulai segala sesuatu dengan better start / permulaan yang baik tidak hanya karena hasil usaha kerja keras kita saja, tetapi juga karena ada peran orang tua yang terlebih dahulu telah memulai dan bekerja keras dalam membangun sebuah bisnis, dan anak-anaknya yang tinggal meneruskan dan mengembangkannya.


Kedua. Kita akan kehilangan kepercayaan saat kita diizinkan menghadapi masa-masa yang sulit, dan kita tidak lagi atau berhenti meminta pertolongan dari Tuhan.


Kenapa bangsa Israel hidupnya suka mengeluh? Karena mereka lupa dan tidak lagi mau mengingat pekerjaan Tuhan yang telah membelah Laut Teberau / Laut Merah (Keluaran 14) agar mereka dapat berjalan di tanah yang kering. Pada masa yang sulit, mereka lebih memilih menggerutu daripada mengucap syukur.


Padahal sesungguhnya, lebih membutuhkan banyak iman untuk mengatakan bahwa Tuhan itu tidak ada daripada mengatakan Tuhan itu ada. Apa maksudnya? Di dalam hidup kita dikelilingi dengan banyak bukti yang menunjukkan Dia itu ada dan Dia mengasihi hidup kita. Oleh sebab itu ketika ada seseorang yang hidupnya suka menggerutu dan tidak dapat melihat kebaikan Tuhan, doakanlah dirinya supaya bisa melihat, bisa merasa, dan mengalami kasih dan kebaikan-Nya.


Ketiga. Kita menjadi seseorang yang pesimis akan masa depan kita.


Zaman makin lama bertambah semakin sulit, sifat seseorang bertambah semakin tidak membaik. Bahkan firman Tuhan sendiri mengatakan,


“Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar.” (2 Timotius 3:1).

Tetapi semakin gelap dan susah zaman yang sedang kita hidupi, maka semakin terang kebaikan Tuhan dapat dinyatakan di dalam hidup kita. Jangan lupakan bahwa Dia adalah Tuhan yang baik dan yang masih sanggup untuk memelihara, kita tidak akan pesimis melihat bagaimana masa depan dari anak-anak, pekerjaan, pelayanan, dan berbagai aspek di dalam hidup kita.


Berhati-hatilah,


Ketika kita mulai merasa bahwa Tuhan tidak lagi baik, maka kesaksian kita akan menghilang.

Masa depan kita secerah dari seberapa jauh kita masih percaya bahwa Tuhan itu baik bagi hidup kita. Di dalam Dia, tidak ada anak favorit. Yang ada hanyalah tidak semua orang mau meresponi kasih-Nya dengan cara dan porsi yang sama.


Sering kali dimensi dalam hidup kita ini “terlalu sempit” untuk dapat melihat kebaikan Tuhan. Hitunglah berkat-Nya satu persatu, jangan hanya menghitung beban masalah kita saja. Tetaplah mempercayai di setiap masalah yang diizinkan-Nya terjadi, Tuhan masih menunjukkan berkat-berkatNya di dalam hidup kita.


Kasih dan Kebaikan Tuhan.


Tuhan tidak bisa melakukan yang tidak baik, menurut pandangan-Nya. Goodness / kebaikan itu adalah natur / sifat-Nya. Di dalam-Nya tidak ada dosa dan kejahatan. Dimensi dari kasih dan kebaikan-Nya itu sifatnya dari kekal sampai kekal, tidak bertepi, dan tidak ada batasnya. Bisa jadi di dalam kehidupan ini kita mengambil berbagai keputusan keliru dan menyakiti hati-Nya, tetapi kasih dan kebaikan-Nya yang akan mengangkat kita untuk dapat kembali kepada-Nya.


Iblis berusaha mempengaruhi pikiran kita, bahwa kebaikan-Nya itu terbagi-bagi dan tidak sama di setiap orang. Padahal kasih dan kebaikan-Nya telah dinyatakan sempurna pada waktu Dia mengorbankan nyawa-Nya di atas kayu salib, untuk menebus dosa-dosa kita. Tidak ada kasih di dalam dunia ini yang dapat melebihi kasih-Nya. Ini adalah bukti dari kebaikan Tuhan.


Firman-Nya berkata,


“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yohanes 3:16).


Karena itu jangan biarkan hidup kita berjalan dengan biasa-biasa saja, tetapi jadikan luar biasa dengan mensyukuri dan menjalani hidup ini sesuai dengan kehendak Tuhan, serta melihat kehendak-Nya dapat terjadi di dalam hidup kita.


Dalam Mazmur 23, kasih dan kebaikan Tuhan diwujudkan di dimensi dan di masa,


Pertama. Dimensi Fisik.


“TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang;” (Mazmur 23:1-2).


Di ayat di atas terdapat kata-kata “padang yang berumput hijau, air yang tenang” sebagai perlambang bahwa Tuhan itu tahu, melihat, membimbing, dan pasti mencukupkan setiap kebutuhan fisik di dalam hidup kita.


Di dalam Matius 6 juga berbicara tentang hal fisik / keseharian di hidup kita, di mana Tuhan itu setia dan memelihara,


“Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” (Matius 6:31-34).


Kedua. Dimensi Jiwa dan Roh.


“Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.” (Mazmur 23:3).

Di ayat di atas terdapat kata-kata “menyegarkan jiwaku dan menuntun di jalan yang benar,” sebagai perlambang bahwa Tuhan itu menyegarkan dan menuntun jiwa dan roh kita.


Di dalam hidup ini kita mungkin pernah mengalami keletihan dengan sangat, tidak lagi dapat memikirkan jalan keluar atas berbagai masalah dan pergumulan hidup, dan kita memutuskan untuk pergi tidur dengan harapan dapat menenangkan diri kita sejenak pada saat kita terbangun nanti. Tetapi kita dapat tidur dengan lelap, dan ketika bangun, kita memiliki semangat yang baru. Kita mendapat kekuatan yang baru dari Tuhan untuk mau mencoba, menghadapi, dan menjalani sekali lagi, dan pada akhirnya kita mendapat kemenangan bersama dengan-Nya.


Bukankah ini juga kebaikan dari Tuhan? Pijat refleksi mungkin hanya menyegarkan kita sementara secara fisik, tetapi hanya Tuhan yang sanggup untuk menyegarkan jiwa dan roh kita.


Ketiga. Di Masa yang Sulit.


“Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.” (Mazmur 23:4).

Di ayat di atas terdapat kata-kata “lembah kekelaman, gada-Mu dan tongkat-Mu” sebagai perlambang bahwa Tuhan itu sanggup untuk menghibur di masa-masa sulit sekalipun.


Terkadang sebuah masalah dapat menjadi tidak ada masalah, bukan karena kita meremehkan masalah yang ada dengan hikmat dan kekuatan kita yang terbatas, tetapi karena Roh Allah yang diam di dalam diri kita itu masih jauh lebih besar dari segala roh yang ada di dalam dunia ini (1 Yohanes 4:4). Selain itu, cara kita dalam memandang sebuah permasalahan juga dapat menjadi masalah tersendiri, sehingga membuat kita tidak dapat melihat lagi segala kebaikan-Nya.


Gada fungsinya untuk melindungi domba dan menghadapi serangan serigala, sedangkan tongkat untuk mengarahkan jalan dari domba-domba tersebut. Hal ini memiliki arti, gada Tuhan berfungsi untuk melindungi diri kita dan Dia akan menghadapi dan menghalau serangan dari si jahat. Sedangkan tongkat-Nya berfungsi untuk mengarahkan jalan-jalan kita dan untuk menghibur kita di masa yang sulit.


Keempat. Saat ada Musuh.


“Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah.” (Mazmur 23:5).

Di ayat di atas terdapat kata-kata “menyediakan hidangan bagiku di hadapan lawanku, mengurapi kepalaku dengan minyak, pialaku penuh melimpah” sebagai perlambang bahwa Tuhan itu sanggup untuk menyediakan berkat bagi kita.


Aplikasi praktisnya adalah, Tuhan itu masih sanggup untuk menyediakan berkat di hadapan kompetitor / pesaing bisnis kita, dan Dia masih sanggup untuk menyertai dan memelihara kita. Oleh karena itu jangan pernah takut. Ketika Dia menyediakan berkat bagi kita, tidak ada seorangpun yang dapat mencurinya. Berkat-Nya tidak mungkin tertukar, dan Dia sanggup untuk memulihkan kehidupan kita yang mungkin saja terpukul di masa pandemi COVID-19 yang lalu.


Kelima. Kebajikan dan Kemurahan.


“Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.” (Mazmur 23:6).

Di ayat di atas terdapat kata-kata “mengikuti aku seumur hidupku,” sebagai perlambang bahwa sampai kita berada di penghujung akhir dari hidup, kita akan tetap setia dan melihat kebaikan Tuhan yang terus menyertai hidup kita.


Dan bukan hanya selama kita hidup di dalam dunia saja, ayat di atas mengatakan “dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa,” yang memiliki arti bahwa kasih dan kebaikan Tuhan akan menuntun dan terus menjaga hidup kita sampai pada kekekalan Surga.


Kalau kita sudah bisa mengatakan,


“TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.” (Mazmur 23:1).

Maka tidak ada kehidupan yang lebih berkualitas dari hal ini. Hal apa yang menjadi situasi dan kondisi di dalam kehidupan kita pada hari-hari ini? Jangan pernah tinggalkan kepercayaan dan keyakinan di dalam hidup kita, bahwa Tuhan itu baik. Dia Bapa yang baik, yang memiliki rencana terbaik dari segala rencana kita yang paling baik.


Firman Tuhan mengatakan,


“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Roma 8:28).


Kehidupan Roller Coaster.


Roller coaster atau permainan kereta luncur adalah sebuah permainan yang menggunakan sekumpulan kereta yang bergerak pada Iintasan yang sudah ditentukan. Kadang bisa bergerak berada di posisi atas, kadang menukik tajam ke bawah, kadang berputar-putar sesuai lintasannya.


Hidup kita mungkin diizinkan seperti roller coaster, ada keadaan di atas, kadang di bawah, ataupun berputar-putar. Tetapi selama kita tidak melepas safety belt / sabuk pengaman, kita pasti aman dan dapat mengikuti permainan tersebut hingga selesai. Hal yang sama juga berlaku di dalam kehidupan, jangan pernah lepaskan “sabuk pengaman” kita yakni, terus memegang teguh bahwa Tuhan itu baik dan rencana-Nya tetap yang terbaik. Tetap setia dan tetap tinggal di dalam kebenaran ini. Ada kemenangan yang Tuhan sudah sediakan, pada saat kita mengakhiri kehidupan di dalam dunia ini.


Pelayanan di Kinibalu.


Pada suatu hari Pdt. Andreas Rahardjo harus menggantikan jadwal dari Pdt. Jeremia Rim sebagai pembicara retreat di sebuah tempat di Kinibalu, dikarenakan Pdt. Jeremia sedang sakit. Sebelum berangkat menuju ke tempat retreat, Pdt. Jeremia sempat berpesan agar Pdt. Andreas membeli banyak Alkitab dan buku rohani untuk dapat dibagikan pada peserta.

Arah penerbangan seharusnya dari Medan langsung terbang ke Kinibalu, tetapi Tuhan mengizinkan arahnya banyak berubah. Dari Medan, hanya tersedia pesawat ke Batam, dan dari Batam menuju ke Singapura. Di dalam perjalanannya, Pdt. Andreas mengalami beberapa kendala sehingga dari Singapura hanya bisa mendapat pesawat ke Brunei dan akhirnya tertahan di bagian imigrasi dikarenakan Pdt. Andreas membawa banyak Alkitab dan buku rohani.


Tetapi Pdt. Andreas dapat menunjukkan bukti, bahwa tujuan perjalanan yang sesungguhnya bukanlah di Brunei, tetapi di Kinibalu.


Dari Brunei berangkat ke Labuan, memiliki kendala keterlambatan ditinggal pesawat akibat sebelumnya tertahan di imigrasi di Brunei. Dari Labuan ke Kinibalu, Pdt. Andreas dengan segera menuju travel agent untuk mencari kapal feri / kapal penyeberangan untuk transportasi jarak dekat, dan di dalam perjalanannya ada seseorang yang menemaninya. Tetapi ketika sampai di tempat kapal feri tersebut dua jam lebih awal, ternyata kapal feri sudah berangkat. Penduduk lokal setempat menceritakan kebiasaan kalau penumpang dari kapal feri tersebut sudah penuh, maka kapal ini akan langsung berangkat dan tidak menunggu jam yang tertera di tiket keberangkatannya.


Akhirnya yang tersedia hanya speed boat / perahu motor yang dapat bergerak dengan cepat. Dan di tengah laut, Pdt. Andreas harus berganti speed boat lainnya dengan membawa dua koper besar, ditemani juga dengan penduduk lokal yang membawa ayam hidup. Tetapi seseorang yang menemani Pdt. Andreas ini membantunya untuk memindahkan koper, di tengah lautan.


Pada akhirnya sampai di Kinibalu, panitia retreat bukannya menyambut dengan ramah malah bertanya mengapa bukan Pdt. Jeremia Rim yang melayani, mengapa beliau sakit, dan dengan segera menyuruh Pdt. Andreas untuk mandi dan bergegas mempersiapkan diri karena akan segera mengisi retreat yang akan segera dimulai.


Saat masuk ke kamar tidurnya, ternyata tempat tidurnya kecil dan kamar mandinya memiliki tong besar untuk tempat menyimpan air. Di dalam tong tersebut ada cacing yang begerak naik dan turun. Dan Pdt. Andreas mengakalinya, ketika cacing tersebut bergerak turun, dirinya segera mengambil air untuk mandi. Dan ketika cacing tersebut naik, dirinya menunggu sebentar sampai cacing tersebut bergerak turun lagi ke bawah.


Malam itu Pdt. Andreas mengisi acara retreat dengan tubuh yang lelah, tetapi dirinya tetap setia melayani. Dan di hari selanjutnya ketika Pdt. Andreas membagikan sesi tentang Roh Kudus, hadirat Tuhan melawat setiap peserta dan juga setiap panitia, yang pada mulanya tidak mau masuk dan tidak mau mendengar saat Pdt. Andreas menyampaikan firman Tuhan.


Melalui kisah Pdt. Andreas di atas mengajarkan bahwa, kita bisa saja dihempas “badai kehidupan”. Tetapi walau kita sering kali merasa ditinggalkan, Nama-Nya adalah Imanuel, yang berarti Allah yang menyertai kita (Matius 1:23). Dia selalu menyertai dan tidak pernah meninggalkan. Di dalam sudut pandang manusia yang terbatas, mungkin ada rencana terbaik kita yang diizinkan gagal dan mengalami berbagai masa yang sulit.


Tetapi gada dan tongkat Tuhan itu selalu menyertai, menjagai, dan menuntun hidup kita anak-anakNya, untuk tetap berjalan di dalam jalan yang benar, dan yang sesuai dengan kehendak-Nya.

Dan “jalan-Nya yang benar” tidak selalu berbicara mengenai berkat dari Dia secara fisik saja, tetapi Tuhan juga akan membawa kita pada dimensi kasih dan kebaikan-Nya yang jauh lebih besar lagi. Sebab Dia setia, Dia mengasihi, dan tidak akan pernah meninggalkan kita berjalan sendirian.


Amin. Tuhan Yesus memberkati..

16 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua

Comentários


bottom of page