Catatan Khotbah: “Mengalami Tuhan.” Ditulis dari sharing Bp. Pdt. Andreas Rahardjo di MDC Putat Surabaya pada Tgl. 15 Oktober 2023.
Ayat Bacaan: Matius 14:22-33.
Pelajaran apa yang bisa kita dapatkan dari pembacaan ayat firman Tuhan di atas?
Pertama. Tuhan itu masih jauh lebih besar dari hidup kita, dan Dia juga masih jauh lebih besar dari setiap masalah yang kita hadapi.
Di dalam Alkitab, kata “perahu” melambangkan kehidupan dari murid-murid Tuhan Yesus yang bekerja sebagai seorang nelayan. Dan di setiap hal yang dilakukan-Nya, Dia ingin menunjukkan pada murid-muridNya, termasuk pada kita juga, Dia masih sanggup untuk bekerja di dalam hidup kita dan juga di luar hidup (perahu) kita.
Sama seperti lagu, “Kasih Setia Tuhan lebih dari hidup”, demikian juga kasih setia-Nya itu masih sanggup memulihkan hidup kita yang sudah porak-poranda, masa lalu yang rusak, dan sekalipun banyak “lembaran hitam” di sepanjang hidup kita.. Tuhan itu masih sanggup membuat lembaran yang baru di dalam hidup kita. Dia masih jauh lebih besar dari masa lalu, masa kini, dan juga masa yang akan datang di dalam hidup kita.
Sering kali kita berpikir bahwa masalah yang kita hadapi itu jauh lebih besar dari Pribadi Tuhan. Tetapi sesungguhnya, Tuhan itu masih jauh lebih besar dari setiap permasalahan yang sedang kita hadapi.
Pdt. Paul Pitoy pernah menceritakan pengalamannya pada saat bekerja sebagai ahli mesin di kapal tanker. Pernah pada suatu hari kapalnya menghadapi ombak di laut setinggi tiga puluh meter. Semuanya terdiam. Bahkan orang yang mabuk sekalipun bisa tersadar dari mabuknya pada saat menghadapi keadaan seperti itu. Semua orang di dalam kapal tersebut merasa kecil dan tak berdaya, pada saat menghadapi alam yang sedang mengamuk hebat di depan mata mereka.
Masalah dalam kehidupan bisa saja naik dan mengamuk hebat di dalam kehidupan. Tetapi jangan pernah lupakan bahwa kasih setia Tuhan itu lebih dari hidup.
Pada suatu hari Pdt. Andreas Rahardjo bertemu dengan seorang anak muda yang fasih dalam berbahasa Inggris, dan mengajaknya berbicara panjang lebar. Namun setelah Pdt. Andreas memperkenalkan dirinya, anak muda ini mengatakan bahwa dirinya tidak mempercayai keberadaan Allah dan membeberkan semua teori yang dirinya ketahui. Dan setelah itu, anak muda ini bertanya pada Pdt. Andreas,
“What do you think?”
Mendengarnya, Pdt. Andreas mulai membagikan beberapa nasihatnya pada anak muda ini. Pertama. Anak muda ini adalah anak yang pandai karena bisa mengetahui semua teori. Tetapi yang kedua, kelihatannya anak muda ini masih belum pernah menghadapi masalah yang besar dan berat, yang sampai membuatnya tidak bisa berbuat apa-apa, dan hanya bisa menatap “ke Atas” dan meminta pertolongan dari Tuhan. Dan anak mudah tersebut terdiam mendengar nasihat dari Pdt. Andreas.
Sering kali kita mengganggap diri besar, bisa melakukan segala sesuatu, dan Tuhan “terlihat kecil.” Tetapi marilah berdoa dan meminta agar Dia dapat membuka mata hati kita untuk dapat menyadari betapa besar dan hebatnya Tuhan.
John Piper mengatakan,
“Tuhan menjadikan alam semesta itu begitu besar, dan manusia itu begitu kecil. Supaya kita sadar betapa besarnya Tuhan.”
Ada satu gambar foto yang selalu disimpan di HP dari Pdt. Andreas. Di foto itu tertulis,
“You should no be afraid who stands against you, if you know who stands behind you.”
Image courtesy of : https://ifunny.co/picture/everyone-runs-away-lion-cub-momma-i-did-a-fierce-7yaTDUzu7
Menyikapi hal ini, maka kita tidak akan sempat menyombongkan diri di hadapan-Nya, karena menyadari semua hanyalah pemeliharaan kasih karunia-Nya semata. Kita tidak akan pernah dibiarkan berjalan sendirian. Ada Allah yang mem-backup di belakang hidup kita.
Di foto tersebut, anak singa itu bisa tenang karena di belakangnya ada mata induknya yang selalu mengamati bagaimana suasana di sekitar, apakah terlihat tenang atau mencekam? Hal yang sama juga, di belakang kita ada Allah luar biasa yang selalu melindungi dan menopang hidup kita. Oleh karena itu, hiduplah di dalam kerendahan hati, semua hanya pemeliharaan-Nya semata di dalam hidup kita.
Kedua. Tentang Kebaikan Tuhan.
“Ketika Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal, maka kira-kira jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka.” (Markus 6:48).
Di ayat di atas ada kata “melihat betapa payahnya..” dan dalam komentari Alkitab, jaraknya ini sangat jauh, secara fisik manusia. Tetapi Tuhan adalah Tuhan yang luar biasa. Secara mata jasmani mungkin terlalu jauh jaraknya, tetapi Dia dapat melihat setiap kita yang bersusah payah menghadapi beban pergumulan. Dia juga dapat merasakan apa yang sedang kita rasakan. Tuhan itu selalu tahu. Jangan pernah beranggapan bahwa Tuhan tidak mau tahu apa yang sedang kita alami.
Dalam sesi konseling, kita juga tidak harus memberikan solusi / jawaban. Karena terkadang mereka hanya membutuhkan telinga yang mendengar setiap curhatan mereka. Ketika ada seseorang yang mau mencoba mendengar dan merasakan apa yang mereka rasakan, bisa jadi Tuhan dapat memberi kekuatan bagi hidup mereka.
Dan di ayat di atas, Tuhan Yesus tidak hanya “melihat betapa payahnya mereka..” tetapi Dia juga mau “..datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka.” Dia tidak hanya melihat dan merasakan saja, tetapi Dia juga mau datang dan melewati mereka. Supaya murid-murid, dan juga setiap kita, dapat belajar dan tahu masih ada Allah yang peduli dan mau memimpin hidup kita di depan.
Martin Luther berkata,
“Iman adalah keyakinan yang teguh akan kebaikan Tuhan.”
Seseorang yang meragukan kebaikan Tuhan, akan memiliki kebiasaan suka mengeluh dan menyalahkan keberadaan orang-orang di sekitarnya. Tak lama kemudian, imannya pada Tuhan dapat tenggelam dan dirinya tidak percaya lagi akan kebaikan-Nya.
Apa pun yang terjadi di dalam hidup kita, jangan pernah lupakan..
“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Roma 8:28).
Jangan pernah kehilangan pandangan bahwa Dia tetap adalah Tuhan yang baik bagi setiap kita.
Ketiga. Bagaimana Mengalami Kuasa Tuhan?
“Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: “Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air.” Kata Yesus: “Datanglah!” Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: “Tuhan, tolonglah aku!”” (Matius 14:28-30).
Di dalam dunia ini, ada dua dunia. Pertama adalah dunia iman, dengan roh yang menyala-nyala kepada Tuhan. Dan dunia yang kedua adalah dunia bimbang / khawatir, dengan roh yang tenggelam. Dan iman di sini berbicara tentang sikap dinamis, aktif, menggebu-gebu, dan tidak suam-suam kuku. Firman Tuhan berkata,
“Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.” (Roma 12:11).
Kata antusias di dalam bahasa Inggrisnya terdapat kata enthusiasm, dan berasal dari dua kata yakni en dan theos. Kata en itu memiliki arti di dalam, dan theos memiliki arti Tuhan. Jadi, antusias bila diartikan sesuai asal katanya adalah,
Orang-orang yang di dalam hidupnya memiliki Tuhan, tandanya pasti bersemangat dalam menjalani hidup ini. Rohnya menyala-nyala.
Reinhard Boonke penginjil dari Afrika pernah berbagi kalau kita bersemangat, maka kita dapat terhindar dari berbagai pencobaan yang bisa kita alami. Hati kita diibaratkan wajan penggorengan. Kalau dibiarkan terus-menerus dingin dan tidak dipakai apa-apa, maka lama kelamaan dijadikan sarang laba-laba dan ditinggali beraneka ragam serangga. Tetapi kalau wajan tersebut dinyalakan api dan sering dipakai.. maka tidak ada serangga yang mau tinggal dalam wajan tersebut.
Pada waktu kita bersemangat hidup bagi Tuhan, maka tidak ada hal di dunia ini yang memiliki kesempatan untuk “mengotori” hati kita. Kalau ke gereja saja kita malas, maka bisa terjadi banyak pencobaan di dalam diri. Kita bisa bertambah jauh dari Tuhan, padahal Tuhan ingin agar kita terus menyala-nyala dan melayani-Nya.
“Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami.” (2 Korintus 4:8-10).
Paulus sudah tertekan dari segala arah, dirinya sudah tidak tahu lagi apa yang harus dikatakan dan diperbuat. Tetapi kita dapat belajar dari keteladanan hidupnya yang tidak pernah berputus asa, karena selalu membawa kematian dan kehidupan Yesus dalam hidupnya.
Pdt. Yeremia Rim berkata,
“Tantangan memang banyak. Tetapi jangan pamer masalah, pamerkan Tuhan Yesus yang luar biasa, yang tinggal di dalam hidup kita.”
“Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah?” (Amsal 18:14).
“A healthy spirit conquers adversity, but what can you do when the spirit is crushed?” (The Message Version).
Bagaimana dengan kondisi di dalam hati kita? Mungkin selama ini kita dikecewakan dan dibikin pahit. Apa yang akan kita lakukan? Apakah kita menjadi bimbang dan putus asa, sehingga roh kita tenggelam? Atau kita tetap menyala-nyala?
Waktu roh kita tenggelam, maka tidak akan terjadi mukjizat. Janji Tuhan memang banyak, tetapi kalau roh dan semangat kita tidak bangkit dan padam, maka tidak akan terjadi apa-apa.
Orang-orang yang Tidak Menyerah.
Pertama. Ada kisah seorang perempuan yang mengalami pendarahan selama dua belas tahun lamanya (Matius 9:20-22), tetapi dirinya tidak pernah berputus asa. Hartanya sudah habis, keadaan semakin memburuk, tetapi semangatnya tidak pernah habis.
Dirinya berkata,
“Asal kujamah jubahnya, aku akan sembuh.”
Perempuan ini terus berjuang mengejar Tuhan Yesus, dan ada kuasa yang mengalir dari dalam Diri-Nya. Mukjizat-Nya terjadi. Bagaimana dengan keadaan roh dan semangat kita hari-hari ini?
Jadilah menurut iman kita.
Kedua. Ada dua orang dari murid-muridNya yang mengalami kecewa berat karena Guru mereka disalib, dan mereka hendak pulang ke Emaus (Lukas 24:13-35).
Bisa jadi mereka juga memutuskan untuk berhenti mengiring-Nya. Tetapi datanglah Tuhan Yesus, dan menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi (ayat 27).
Ketika mata mereka terbuka dan Dia pergi dari tengah-tengah mereka, kata mereka seorang pada yang lain,
“Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?” (ayat 32).
Ketika Tuhan Yesus menjumpai mereka, iman mereka dibangkitkan kembali sehingga seharusnya mereka berjalan menuju ke Emaus, tetapi mereka berbalik langkah dan kembali ke Yerusalem, serta menceritakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Tuhan Yesus pada waktu Dia memecah-mecahkan roti (ayat 35).
Ketiga. Hana memiliki masalahnya sendiri yakni tidak mempunyai anak (1 Samuel 1).
Di zaman tersebut, seorang perempuan yang tidak memiliki anak dianggap kena kutuk. Hati Hana pahit. Suaminya mengambil istri kedua, memiliki anak, dan menghina Hana. Pahitnya semakin bertambah. Hana pergi ke bait suci-Nya. Imamnya keluar, malah dikira orang mabuk (ayat 12-14). Tambah pahit lagi. Akhirnya imam Eli tahu, Hana menangis karena tidak mempunyai anak.
Tetapi setelah Hana mendapat janji Tuhan yang dikatakan Imam Eli,
“Pergilah dengan selamat, dan Allah Israel akan memberikan kepadamu apa yang engkau minta dari pada-Nya.” (ayat 17).
Alkitab mencatat pada kita,
“Lalu keluarlah perempuan itu, ia mau makan dan mukanya tidak muram lagi. Keesokan harinya bangunlah mereka itu pagi-pagi, lalu sujud menyembah di hadapan TUHAN; kemudian pulanglah mereka ke rumahnya di Rama. Ketika Elkana bersetubuh dengan Hana, isterinya, TUHAN ingat kepadanya.” (ayat 18b-19).
Ketika Hana bangkit dari muka yang cemberut dan tidak mau makan.. Tuhan mengingat dan memberinya anak. Tidak ada yang mustahil bagi orang yang benar.
Bila Tuhan memberi Samuel pada saat Hana dalam kondisi bimbang dan galau, maka Samuel tidak akan menjadi seorang nabi Tuhan. Samuel hanya diperlakukan sebagai “piala” yang dipamerkan ke orang-orang. Samuel hanya dianggap sebagai “hasil kerja keras” Hana yang berdoa.
Seseorang yang memiliki iman, dirinya tidak hitung-hitungan pada Tuhan. Mau mengampuni sesama. Ketika ada persatuan, di sana Tuhan memberi terobosan.
Keempat. Seorang lumpuh yang disembuhkan di Betesda (Yohanes 5:1-9).
Dirinya didatangi dan ditanya Tuhan Yesus, apakah mau sembuh? Seharusnya jawabnya hanyalah “Mau / Tidak?” Tetapi orang sakit ini malah menjawab-Nya,
“Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku.” (ayat 7).
Tetapi Yesus menjawabnya,
“Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.” (ayat 8).
Tuhan Yesus menyuruh apa yang tak bisa dilakukan orang lumpuh tersebut. Melalui ayat di atas kita juga belajar, jangan sampai kita ini sudah tahu banyak tentang firman-Nya, melihat mukjizat dan pertolongan-Nya.. tetapi kita malah tidak berbuat apa-apa.
Bagaimana agar kita dapat mengalami Tuhan? Dari pribadi yang dipenuhi kebimbangan menjadi pribadi yang memiliki iman yang menyala-nyala bagi Tuhan?
“Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!” (Mazmur 42:11).
“Dari Daud. Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!” (Mazmur 103:1-2).
Ketika Daud sedang gundah gulana dan gelisah, dia memerintahkan dirinya sendiri untuk bersyukur dan memuji-Nya. Memiliki ketaatan pada Tuhan, karena ketaatan adalah langkah terakhir menuju mukjizat. Selain itu, milikilah hati yang tetap bersukacita. Mengetahui bahwa Allah kita besar dan tidak ada hal apapun yang dapat membatasi-Nya. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan, dan juga bagi orang-orang yang percaya kepada-Nya.
Amin. Tuhan Yesus memberkati..
Comments